BAB 2
LANDASAN TEORI
2. 1. KONSEP DASAR NIFAS
2.1.1. Definisi
Masa nifas (Puerperium) adalah masa dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat kandung kembali seperti semula sebelum hamil, yang berlangsung selama 6 minggu atau ± 40 hari (Prawirohardjo, 2002 : 122).
Nifas adalah masa partus selesai dan berakhir setelah kira – kira 6 minggu. Akan tetapi seluruh alat genetalia baru pulih kembali seperti sebelum hamil dalam waktu 3 bulan. (hanifa wiknojosastro, 2006 : 237).
Masa nifas (puerperium) adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput janin hingga kembalinya traktus reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil. (Helen varney, 2007 : 958).
2.1.2. Klasifikasi Nifas
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung lama kira-kira 6 minggu. (sarwono prawirohardjo, 2002 : 122). Nifas dapat dibagi kedalam 3 periode :
a. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan – jalan.
b. Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat – alat genetalia yang lamanya 6 – 8 minggu.
c. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih kembali dan sehat sempurnah baik selama hamil atau sempurna. Terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bias berminggu – minggu, berbulan – bulan atau tahunan (Rustam Mochtar, 1998).
2.1.3. Perubahan System Tubuh Yang Terjadi Selama Masa Nifas
a. Perubahan tanda – tanda vital
Ù Tekanan darah
Segera setelah melahirkan banyak wanita mengalami peningkatan sementara tekanan darah sistolik dan diastolic, yang kembali secara spontan ke tekanan darah sebelum hamil dalam ½ bulan tanpa pengobatan apabila tidak terdapat penyakit – penyakit lain yang menyertai.
Ù Suhu
Suhu maternal kembali normal dari suhu yang sedikit meningkat selama periode intrpartum dan stabil dalam 24 jam pertama pascapartum
Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37, 2 °C dan satu hari (24 jam). Dapat naik ≤ 0,5 °C dari keadaan normal menjadi sekitar (37,5°C - 38°C). namun tidak akan melebihi 38°C. hal ini sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan. Sesudah 2 jam pertama melahirkan umumnya suhu badan akan kembali normal.
Ù Nadi
Denyut nadi yang meningkat selama persalinan akhir, kembali normal setelah beberapa jam pertama pascapartum. Hemoragi, demam selama persalinan dan nyeri akut atau persisten dapat mempengaruhi proses ini. Apabila denyut nadi di atas 100 selama puerperium, hal tersebut abnormal dan mungkin menunjukkan adanya infeksi atau hemoragi pascapartum lambat.
Ù Pernafasan
Fungsi pernafasan kembali pada rentang normal wanita selama jam pertama pascapartum. Nafas pendek, cepat atau perubahan lain memerlukan evaluasi adanya kondisi – kondisi seperti kelebihan cairan, eksaserbasi asma dan embolus paru. (Helen vaney , 2007 : 961)
b. Perubahan system reproduksi
Ù Involusi Uterus
Involusi uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan bobot hanya 30 gram. (www.sweety.com). Involusi uteri dapat juga dikatakan sebagai proses kembalinya uterus pada keadaan semula atau keadaan sebelum hamil. Involusi uterus meliputi pengreorganisasian dan pengguguran desidua serta pengelupasan situs (tempat) plasenta yang ditandai dengan penurunan ukuran dan berat serta perubahan pada lokasi uterus juga ditandai dengan warna dan jumlah lokia.
Penurunan ukuran yang cepat ini dicerminkan dengan perubahan lokasi uterus ketika uterus turun dari abdomen dan kembali ke organ panggul. Segera setelah lahirnya plasenta, tinggi fundus uteri (TFU) terletak sekitar dua per tiga hingga tiga per empat bagian atas antara simfisis pubis dengan umbilikus. Letak TFU kemudian naik sejajar dengan atau satu ruas jari dibawah umbilikus. Selama satu atau dua hari dan secara bertahap turun kedalam panggul sehingga tidak dapat di palpasi lagi di atas simfisis pubis setelah hari ke sepuluh pascapartum. (Helen varney, 2007 : 959).
Uterus segera setelah kelahiran bayi, plasenta dan selaput janin beratnya sekitar 1000 gram. Kemudian setelah 1 minggu berat uterus menurun sekitar 750 gram dan uterus turun sampai kembali pada berat yang biasanya pada saat tidak hamil yaitu 30 gram pada minggu ke delapan pascapartum. (Helen varney, 2007 : 959).
Tabel TFU dan berat uterus menurut masa involusi
Involusi
|
TFU
|
Berat Uterus
|
Bayi lahir
|
Setinggi pusat, 2 JbPst*
|
1000 gram
|
1 minggu
|
Pertengahan pusat simfisis
|
750 gram
|
2 minggu
|
Tidak teraba di atas simfisis
|
500 gram
|
6 minggu
|
Normal
|
50 gram
|
8 minggu
|
Normal tapi sebelum hamil
|
30 gram
|
* JbPst => Jari di bawah Pusat
Otot – otot uterus berkontraksi segera setelah postpartum. Pembuluh – pembuluh darah yang berbeda diantara anyaman otot uterus akan terjepit.. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta dilahirkan. Setiap kali otot – otot uterus berkontraksi, fundus uteri berada di atas umbilikus. Maka hal – hal yang perlu dipertimbangkan adalah pengisian uterus oleh letak darah atau pembekuan darah awal jam postpartum atau pergeseran uterus karena kandung kemih yang penuh setiap saat setelah kelahiran. Untuk itu apabila ibu ingin berkemih harus cepat dapat dilakukan sendiri. Bila kandung kencing penuh & wanita tidak dapat berkemih sendiri, sebaiknya dilakukan kateterisasi dengan memperhatikan jangan sampai infeksi. (Sitti Saleha, 2009 : 55)
Desidua yang tersisa di dalam uterus setelah pelepasan dan ekspulsi plasenta dan membrane terdiri dari lapisan zona basalis dan suatu bagian lapisan zona spongiosa pada desidua basalis (pada tempat perlekatan plasenta) dan desidua parientalis (lapisan sisa uterus). Desidua yang tertinggal ini akan berubah menjadi dua lapis sebagai akibat invasi leukosit yaitu :
1. Suatu degenerasi nekrosis lapisan superficial yang akan terpakai lagi sebagai bagian dari pembuangan lochia dan lapisan dalam dekat miometrium.
2. Lapisan yang terdiri dari sisa-sisa endometrium di lapisan basalis. Endometrium akan diperbaharui oleh proliferasi epithelium endometrium. Regenerasi endometrium diselesaikan selama pertengahan atau akhir dari postpartum minggu ketiga kecuali di tempat implantasi plasenta. Dengan involusi uterus ini, maka lapisan luar dari decidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi nekrotik. Decidua yang mati akan keluar bersama dengan sisa cairan, suatu campuran antara darah yang dinamakan lochia, yang biasanya berwarna merah muda atau putih pucat. Pengeluaran Lochia ini biasanya berakhir dalam waktu 3 sampai 6 minggu. (www. Sweety.com)
Ù Lochea
Lochea adalah cairan secret yang berasal dari cavum uteri dan vagina selama masa nifas.
Lochea terbagi menjadi tiga jenis yaitu :
Lochea rubra
|
Lochea sanguilenta
|
Lochea serosa
|
Lochea alba
| |
warna
|
Merah
|
merah kecoklatan
|
merah jambu lalu menjadi kuning
|
putih
|
waktu
|
2 – 3 hari pp
|
3 – 7 hari pp
|
7 – 14 hari pp
|
Setelah 14 hari pp
|
Berisi
|
sisa selaput ketuban, sel desidua, verniks caseosa, lanugo dan mekonium
|
Sisa darah dan jaringan desidua
|
cairan serum, jaringan desidua, leukosit dan eritrosit
|
leukosit dan sel-sel desidua
|
Lochea mempunyai suatu karakteristik bau yang tidak sama dengan secret menstrual. Bau yang paling kuat pada Lochea Serosa dan harus dibedakan juga dengan bau yang menandakan infeksi. Lochea disekresikan dengan jumlah banyak pada awal jam postpartum yang selanjutnya akan berkurang jumlahnya sebagai lochea rubra, lalu berkurang sedikit menjadi sanguilenta, serosa dan akhirnya lochea alba. Umumnya jumlah lochea lebih sedikit bila wanita postpartum berada dalam posisi berbaring daripada berdiri. Hal ini terjadi akibat pembuangan bersatu di vagina bagian atas manakala wanita dalam posisi berbaring dan kemudian akan mengalir keluar manakala dia berdiri. Total jumlah rata-rata pembuangan lochea kira-kira 8 hingga 9 oz atau sekitar 240 hingga 270 ml. (Sitti saleha, 2009 : 56)
Ù vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur. (Www. Sweety. Com.). Vagina dan lubang vagina pada permulaan puerpurium merupakan suatu saluran yang luas berdinding tipis. Secara berangsur – angsur luasnya berkurang, tetapi jarang sekali kembali seperti ukuran seorang nulipara. Rugae timbul kembali pada minggu ke tiga. Hymen tampak sebagai tonjolan jaringan yang kecil, yang dalam proses pembentukan berubah menjadi karunkulae mitiformis yang khas bagi wanita multipara. (Sitti Saleha, 2009 : 57)
Ukuran vagina akan selalu lebih besar dibandingkan keadaan saat sebelum persalinan pertama. Meskipun demikian, latihan otot perineum dapat mengembalikan tonus tersebut dan dapat mengencangkan vagina hingga tingkat tertentu. Hal ini dapat dilakukan pada akhir puerperium dengan latihan harian. (www. Sweety. Com).
Ù Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari ke 5, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur dari pada keadaan sebelum melahirkan.
c. Perubahan sistem urinarius
Ù Komponen Urin
R Glikosuria ginjal diinduksikan oleh kehamilan menghilang.
R Laktosuria positif pada ibu meyusui merupakan hal yang normal.
R BUN (blood urea nitrogen), yang meningkat selama pasca partum, merupakan akibat otolisis uterus yang berinvolusi.
R Pemecahan kelebihan protein di dalam sel otot uterus juga menyebabkan proteinuria ringan (+1) selama satu sampai dua hari setelah wanita melahirkan. Hal ini terjadi pada sekitar 50% wanita.
R Asetonuria bisa terjadi pada wanita yang tidak mengalami komplikasi persalinan atau setelah suatu persalinan yang lama dan disertai dehidrasi.
Ù Diuresis pasca partum
Dalam 12 jam pasca melahirkan, ibu mulai membuang kelebihan cairan yang tertimbun di jaringan selama ia hamil. salah satu mekanisme untuk mengurangi cairan yang teretensi selama masa hamil ialah diaforesis luas, terutama pada malam hari, selama dua sapai tiga hari pertema setelah melahirkan.
Diuresis pascapartum, yang disebabkan oleh :
R Penurunan kadar estrogen
R Hilangnya peningkatan tekanan vena pada tingkat bawah, dan
R Hilangnya peningkatan volume darah akibat kehamilan, merupakan mekanisme tubuh untuk mengatasi kelebihan cairan. Kehilangan cairan melalui keringat dan peningkatan jumlah urine menyebabkan penurunan berat badan sekitar 2,5 kg selama masa pasca partum.
Ù Uretra dan Kandung Kemih
Trauma bila terjadi pada uretra dan kandung kemih selama proses melahirkan, yakni sewaktu bayi melewati jalan lahir. Dinding kandung kemih dapat mengalami hiperemesis dan edema, seringkali disertai di daerah-daerah kecil hemoragi. Kandung kemih yang oedema, terisi penuh dan hipotonik dapat mengakibatkan overdistensi, pengosongan yang tak sempurna dan urine residual kecuali jika dilakukan asuhan untuk mendorong terjadinya pengosongan kandung kemih bahkan saat tidak merasa untuk berkemih.
Pengambilan urine dengan cara bersih atau melalui kateter sering menunjukkan adanya trauma pada kandung kemih. Uretra dan meatus urinarius bisa juga mengalami edema. Kombinasi trauma akibat kelahiran, peningkatan kapasitas kandung kemih setelah bayi lahir, dan efek konduksi anestesi menyebabkan keinginan untuk berkemih menurun. Selain itu, rasa nyeri pada panggul yang timbul akibat dorongan saat melahirkan, leserasi vagina, atau episiotomi menurunkan atau mengubah refleks berkemih. Penurunan berkemih, seiring diuresis pascapartum, bisa menyebabkan distensi kandung kemih. Distensi kandung kemih yang muncul segera setelah wanita melahirkan dapat menyebabkan perdarahan berlebih karena keadaan ini bisa menghambat uterus berkontraksi dengan baik. pada masa pascapartum tahap lanjut, distensi yang berlebihan ini dapat menyebabkan kandung kemih lebih peka terhadap infeksi sehingga mengganggu proses berkemih normal. Apabila terjadi distensi berlebih pada kandung kemih dalam mengalami kerusakan lebih lanjut (atoni). Dengan mengosongkan kandung kemih secara adekuat, tonus kandung kemih biasanya akan pulih kembali dalam lima sampai tujuh hari setelah bayi lahir.
d. Perubahan Sistem pencernaan
Ù Nafsu Makan
Ibu biasanya lapar segera setelah melahirkan, sehingga ia boleh mengonsumsi makanan ringan. Ibu sering kali cepat lapar setelah melahirkan dan siap makan pada 1-2 jam post primordial, dan dapat ditoleransi dengan diet yang ringan. Setelah benar-benar pulih dari efek analgesia, anastesia, dan keletihan, kebanyakan ibu merasa sangat lapar.
Ù Motilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan anastesia bisa memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal.
Ù Defekasi
BAB secara spontan bisa tertunda selama dua sampai tiga hari setelah ibu melahirkan. Keadaan ini bisa disebabkan karena tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan pada awal masa pascapartum, diare sebelum persalinan, enema sebelum melahirkan, kurang makan atau dehidrasi. Ibu sering kali sudah menduga nyeri saat defekasi karena nyeri yang dirasakannya di perineum akibat episiotomi, laserasi atau hemoroid. Kebiasaan buang air yang teratur perlu dicapai kembali setelah tonus usus kembali normal. Kebiasaan mengosongkan usus secara regular perlu dilatih kembali untuk merangsang pengosongan usus. Sistem pencernaan pada masa nifas membutuhkan waktu yang berangsur-angsur untuk kembali normal. Pola makan ibu nifas tidak akan seperti biasa dalam beberapa hari dan perineum ibu akan terasa sakit untuk defekasi. Faktor-faktor tersebut mendukung konstipasi pada ibu nifas dalam minggu pertama. Suppositoria dibutuhkan untuk membantu eliminasi pada ibu nifas. Akan tetapi proses konstipasi juga dapat dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan ibu dan kekhawatiran lukanya akan terbuka bila ibu buang air besar.
e. Perubahan sistem muskuloskeletel
Ù Dinding perut dan peritoneum
Setelah persalinan, dinding perut longgar karena diregang begitu lama, tetapi biasanya pulih kembali dalam 6 minggu. Kadang-kadang pada wanita yang asthenis terjadi diastasis dari otot-otot rectus abdominis sehingga sebagian dari dinding perut di garis tengah hanya terdiri dari peritoneum, fascia tipis dan kulit. Tempat yang lemah ini menonjol kalau berdiri atau mengejan.
Ù Kulit abdomen
Kulit abdomen yang melebar selama masa kehamilan tampak melonggar dan mengendur sampai berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan yang dinamakan strie. Melalui latihan postnatal, otot-otot dari dinding abdomen seharusnya dapat normal kembali dalam beberapa minggu.
Ù Striae
Striae pada dinding abdomen tidak dapat menghilang sempurna melainkan membentuk garis lurus yang samar. Ibu postpartum memiliki tingkat diastasis sehingga terjadi pemisahan muskulus rektus abdominishal tersebut dapat dilihat dari pengkajian keadaan umum, aktivitas, paritas, jarak kehamilan yang dapat menentukan berapa lama tonus otot kembali normal.
Ù Perubahan Ligamen
Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang sewaktu kehamilan dan partus, setelah janin lahir, berangsur-angsur menciut kembali seperti sediakala. Tidak jarang ligamentum rotundum menjadi kendor yang mengakibatkan letak uterus menjadi retroflexi. Tidak jarang pula wanita mengeluh “kandungannya turun” setelah melahirkan oleh karena ligament, fasia, jaringan penunjang alat genetalia menjadi agak kendor. (www.sweety.com).
f. Perubahan hematology
Leukositosis dengan peningkatan hitung sel darah putih hingga 15.000/lebih selama persalinan, dilanjutkan dengan peningkatan sel darah putih selama 2 hari pertama pasca partum. Hitung sel darah putih dapat mengalami peningkatan lebih lanjut hingga 25.000 – 30.000 tanpa menjadi patologis jika wanita mengalami persalinan lama. Akan tetapi dugaan infeksi harus dipastikan jika peningkatan sel darah putih signifikan hemoglobin, hematokrit dan hitung eritrosit bervariasi dalam puerperium awal sebagai akibat fluktuasi volume darah, volume plasma dan kadar volume sel darah merah. Kadar ini depengaruhi oleh status hidrasi wanita saat ini, volume cairan yang ia dapat selama persalinan dan selama kehamilan. Factor ini menyebabkan hematokrit kurang efektif sebagai ukuran kehilangan darah selama sedikitnya dua hingga empat hari pascapartum. (Helen varney, 2007 : 962).
2.2. KONSEP DASAR BENDUNGAN ASI
2.2.1. Definisi
Pembendungan ASI menurut Pritchar (1999) adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus lakteferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada puting susu (Buku Obstetri Williams)
Keluhan ibu menurut Prawirohardjo, (2005) adalah payudara bengkak, keras, panas dan nyeri. Penanganan sebaiknya dimulai selama hamil dengan perawatan payudara untuk mencegah terjadinya kelainan. Bila terjadi juga, maka berikan terapi simptomatis untuk sakitnya (analgetika), kosongkan payudara, sebelum menyusui pengurutan dulu atau dipompa, sehingga sumbatan hilang. Kalau perlu berikan stilbestrol atau lynoral tablet 3 kali sehari selama 2-3 hari untuk membendung sementara produksi ASI.
Kepenuhan fisiologis menurut Rustam (1998) adalah sejak hari ketiga sampai hari keenam setelah persalinan, ketika ASI secara normal dihasilkan, payudara menjadi sangat penuh. Hal ini bersifat fisiologis dan dengan penghisapan yang efektif dan pengeluaran ASI oleh bayi, rasa penuh tersebut pulih dengan cepat. Namun dapat berkembang menjadi bendungan. Pada bendungan, payudara terisi sangat penuh dengan ASI dan cairan jaringan. Aliran vena limpatik tersumbat, aliran susu menjadi terhambat dan tekanan pada saluran ASI dengan alveoli meingkat. Payudara menjadi bengkak, merah dan mengkilap.
Jadi dapat diambil kesimpulan perbedaan kepenuhan fisiologis maupun bendungan ASI pada payudara adalah :
a. Payudara yang penuh terasa panas, berat dan keras. Tidak terlihat mengkilap. ASI biasanya mengalir dengan lancar dengan kadang-kadang menetes keluar secara spontan.
b. Payudara yang terbendung membesar, membengkak dan sangat nyeri. Payudara yang terbendung membesar, membengkak dan sangat nyeri. Payudara terlihat mengkilap dan puting susu teregang menjadi rata. ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit menghisap ASI sampai bengkak berkurang.
2.2.2. Gejala
Keluhan pada ibu adalah payudara:
1. bengkak
2. keras
3. panas
4. dan nyeri.
2.2.3. Perawatan Payudara pada Masa Nifas Menurut Depkes, RI (1993)
Dengan tangan yang sudah dilicinkan dengan minyak lakukan pengurutan 3 macam cara :
1) Tempatkan kedua telapak tangan diantara ke 2 payudara kemudian urut keatas, terus kesamping, kebawah dan melintang hingga tangan menyangga payudara, kemudian lepaskan tangan dari payudara.
2) Telapak tangan kiri menopang payudara kiri dan jari-jari tangan saling dirapatkan, kemudian sisi kelingking tangan kanan mengurut payudara dari pangkal ke arah puting, demikian pula payudara kanan.
3) Telapak tangan menopang payudara pada cara ke – 2 kemudian jari tangan kanan dikepalkan kemudian buku-buku jari tangan kanan mengurut dari pangkal ke arah puting.
2.2.4. Terapi dan Pengobatan Menurut Prawirohardjo (2005)
a. Anjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya
b. Anjurkan ibu untuk melakukan post natal breast care
c. Lakukan pengompresan dengan air hangat sebelum menyusui dan kompres dingin sesudah menyusui untuk mengurangi rasa nyeri
d. Gunakan BH yang menopang
e. Berikan parasetamol 500 mg untuk mengurangi rasa nyeri dan menurunkan panas.
2.3. KONSEP DASAR ASUHAN KEBIDANAN
Untuk dapat memberikan asuhan kebidanan secara baik, yang perlu dilaksanakan dengan menerapkan pendekatan proses manajemen kebidanan. Untuk itu penulis akan menguraikan berdasarkan studi kepustakaan yang berhubungan dengan asuhan kebidanan.
1. Definisi
Asuhan kebidanan adalah aktifitas atau intervensi yang dilaksanakan oleh bidan kepada klien yang mempunyai kebutuhan atau permasalahn yang khususnya dalam bidang kesejahteraan klien, anak dan KB.
Manajemen kebidanan adalah suatu metode dengan pendekatan pemecah masalah kesehatan yang digunakan oleh bidan dalam pemberian pelayanan dan asuhan kebidanan .
Dalam asuhan kebidanan, penulis menggunakan tujuh langkah Hellen Varney :
I. Pengkajian
Langkah awal proses askeb yaitu mengumpulkan data, mengolah data dan menganalisa data yang diperoleh dalam bentuk data subyektif, data obyektif dan data penunjang yang akan memberikan gambaran keadaan kesehatan klien.
A. Data Subjektif
Adalah data yang diperoleh dari hasil anamnesa dari klien, keluarga dan anggota tim kesehatan lain yang mencakup semua keluhan klien pada masalah kesehatan yang dialaminya. Anamnesa ini meliputi :
a. Biodata
Nama yang jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari – hari.
Umur dicatat dalam tahun, sebaiknya juga ditanyakan tanggal lahir klien, umur berguna untuk mengantisipasi pasti diagnosa masalah kesehatan dan tindakan yang akan dilakukan.
Suku / bangsa perlu dicatat karena hal tersebut sangat berpengaruh dalam kehidupan termasuk kesehatan. Disamping itu memudahkan dalam melakukan pendekatan dan melakukan asuhan kebidanan.
agama perlu dicatat karena hal tersebut sangat berpengaruh dalam kehidupan termasuk kesehatan. Disamping itu memudahkan dalam melakukan pendekatan dan melakukan asuhan kebidanan.
pendidikan klien perlu ditanyakan untuk mengetahui tingkat intelektualnya. Tingkat pendidikan mempengaruhi sikap perilaku kesehatan seseorang.
Pekerjaan dicatat untuk mengetahui sejauh mana pengaruh kesehatan klien dalam pembiayaan.
Alamat perlu dicatat untuk mempermudah hubungan bila keadaan mendesak. Misalnya memerlukan bantuan keluarga, alamat juga dapat memberikan petunjuk keadaan lingkungan tempat tinggal klien.
Dari biodata ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang faktor resiko, keadaan social, ekonomi dan pendidikan klien serta keluarga yang dapat mempengaruhi kesembuhan klien.
b. Keluhan Utama
Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien datang ke fasilitas pelayanan kesehatan.
Pada kasus ibu postpartum normal misalnya, keluhan utamanya adalah karena ia ingin memeriksakan kembali kesehatannya setelah persalinan atau pada kasus postpartum patologis, ibu datang ke fasilitas pelayanan kesehatan karena demam, keluar darah segar dalam jumlah banyak, nyeri, infeksi luka jahitan dan lain – lain.
c. Riwayat menstruasi
Data ini memang tidak secara langsung berhubungan dengan masa nifas, namun dari data yang kita peroleh kita akan mempunyai gambaran tentang keadaan dasar dari organ reproduksinya. Beberapa data yang harus kita peroleh dari riwayat menstruasi antara lain :
- menarche adalah usia pertama kali mengalami menstruasi. Wanita indonesia pada umumnya mengalami menarche sekitar 12 sampai 16 tahun.
- siklus menstruasi adalah jarak menstruasi yang dialami dengan menstruasi berikutnya, dalam hitungan hari. Biasanya sekitar 23 sampai 32 hari.
- volume. Data ini menjelaskan seberapa banyak darah menstruasi yang dikeluarkan. Kadang kita akan kesulitan untuk mendapatkan data yang valid. Sebagai acuan biasanya kita gunakan kriteria banyak, sedang, dan sedikit. Jawaban yang diberikan oleh pasien biasanya bersifat subyektif, namun kita dapat kaji lebih dalam lagi dengan beberapa pertanyaan pendukung, misalnya sampai berapa kali mengganti pembalut dalam sehari.
d. Status perkawinan
ini penting untuk dikaji karena dari data ini kita akan mendapatkan gambaran mengenai suasana rumah tangga pasangan. Beberapa pertanyaan yang dapat diajukan antara lain sebagai berikut :
- berapa tahun usia ibu ketika menikah pertama kali?
- Lama pernikahan?
- Ini adalah suami yang ke?
e. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas, dan kb yang lalu
Hal ini penting untuk mengetahui faktor resiko pada persalinan berikutnya. Yang perlu ditanyakan : kehamilan, penolong, apakah masalah/gangguan kesehatan yang timbul sewaktu hamil dan melahirkan, seperti perdarahan, kelainan letak juga riwayat pre eklamsi. Selain itu ditanyakan pula tempat melahirkan, cara melahirkan(spontan atau dengan tindakan) begitu juga dengan kelahiran anak meliputi BB, PB, jenis kelamin, dan keadaan sekarang (hidup atau mati).
f. Riwayat Kehamilan Sekarang
Yang ditanyakan usia kehamilan, kapan dan dimana ANC berapa kali, dimana, dan kapan pernah dapat imunisasi, jika ya kapan, dimana, berapa kali, obat - obatan yang didapatkan dan keluhan yang dirasakan. Informasi apa yang didapatkan waktu periksa hamil.
g. Riwayat Persalinan Sekarang
Kita tanyakan bagimana proses persalinannya, mulai datang keluhan sampai persalinan kala I dan IV nya untuk melakukan penatalaksanaan yang tepat sesuai dengan masalahnya.
h. Riwayat kesehatan yang lalu
Dari data riwayat kesehatan ini dapat digunakan sebagai “penanda” akan adanya penyulit selama masa nifas. Adanya perubahan fisik dan fisiologis pada masa nifas yang melibatkan seluruh sistem dalam tubuh akan mempengaruhi organ yang mengalami gangguan. Beberapa data penting tentang riwayat kesehatan pasien yang perlu kita ketahui adalah apakah pasien pernah menderita penyakit menular (TBC, AIDS, hepatitis), menahun (Asma, jantung, hipertensi), dan menurun (DM, Asma, Hipertensi).
i. Riwayat kesehatan keluarga
Dari data riwayat kesehatan ini dapat digunakan sebagai “penanda” penyakit menular (TBC, AIDS, hepatitis), menahun (Asma, jantung, hipertensi), dan menurun (DM, Asma, Hipertensi).
j. Pola kehidupan sehari - hari
pola nutrisi
Perlu ditanyakan bagaimana pemenuhan nutrisi selama dirumah sakit, apakah klien menghabiskan porsi yang disajikan, apakah sudah sesuai dengan kebutuhan ibu nifas. Begitu juga dengan cairan yang diberikan.
pola eliminasi
Apakah setelah melahirkan sudah BAB, bagaimana konsistensinya, warna, bau dan kapan. Begitu juga bagaimana dengan BAKnya, berapa kali sehari, apakah mengalami kesulitan atau sudah pergi ke kamar mandi sendiri. Dalam keadaan normal, klien dapat BAK secara spontan dalam 8 jam setelah melahirkan, sedangkan BAB biasanya tertunda 2 sampai 3 hari setelah melahirkan.
Pola istirahat
Setelah melahirkan apakah klien dapat istirahat atau tidur sesuai kebutuhannya. Berapa jam klien tidur dalam sehari dan apakah ada kesulitan selama ibu melakukan istirahat. Kebutuhan istirahat dan tidur selama phase taking hold dimana klien ingin seklai menerima tanggung jawab sebagai ibu. Kebutuhan tidur ± 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang hari.
Pola aktifitas
Ditanyakan kemampuan aktifitas setelah melahirkan. Sejauh mana ibu melakukan ambulasi dini, apakah mengalami hambatan atau kesulitan. Mobilisasi hendaknya dilakukan secepatnya.
Pola personal hygiene
Setelah melahirkan apakah dapat melaksanakan mandi sendiri di kamar mandi, bagaimana kebersihan alat kemaluannya apakah dicuci memakai sabun, bagaimana mengenai pembalut, kapan ganti dan berapa kali. Begitu juga dengan kebersihan payudara. Hal ini perlu diperhatikan untuk mencegahsumber infeksi dan memberi rasa nyaman. Segera setelah klien cukup kuat/ sehat boleh mandi minimal kurang lebih 1 jam PP dan dilakukan 2X sehari. Begitu juga dengan kebersihan vagina dilakukan 2X sehari (mandi pagi dan mandi sore), maksimal setiap kali BAB/BAK. Sedangkan pembalut diganti setiap kali BAB dan setiap perawatan. Kebersihan payudara juga dilakukan minimal 2X sehari selama mandi
k. Riwayat psikososial
Yang perlu dikaji adalah bagaimana sikap klien terhadap interaksi yang dilakukan:
Hari ke 3 – 10 : terjadi phase taking hold, kadang terjadi postpartum bluess
Hari ke >10 : terjadi phase letting go
l. Riwayat Sosial budaya
Yang ditanyakan adalah kebiasan yang ada dilingkungan klien. Kebiasaan yang menunjang seperti selamatan / selapan / tujuh bulanan. Rencana meneteki sampai usia berapa. Kebiasaan yang menghambat seperti minum jamu, pijat dan ibu dilarang untuk keluar rumah selama hamil.
m. Riwayat spiritual
Data ini diperlukan untuk mengetahui kebiasaan beragama/ketaatan pasien terhadap agamanya.
B. Data obyektif
Adalah data yang dikumpulkan melalui pemeriksaan fisik secara inspeksi palpasi, auscultasi. Data objektif ini meliputi :
a. Pemeriksaan Keadaan Umum
Langkah awal pemeriksaan fisik adalah dengan inspeksi atau periksa pandang secara berurutan dari kepala sampai kaki, keadaan umum ditunjukan pada keadaan klien, kesadaran, tensi, suhu, nadi, pernafasan, BB, TB, dan cara berjalan. Bila hal itu semua dalam batas normal berarti tidak ada gangguan kesehatan pada klien.
b. Pemeriksaan fisik
1.) Inspeksi
1.) Inspeksi
Kepala dan Rambut : simetris/tidak, bersih/tidak, warna , rontok/tidak, berketombe/tidak.
Muka : simetris/tidak, pucat/tidak , oedema/ tidak , ada chloasma gravidarum /
tidak.
ada bintik bitot/tidak.
Hidung :
simetris/tidak, bersih/tidak, ada sekret/tidak, ada polip/ tidak , ada
pernafasan cuping hidung/tidak.
Mulut
dan gigi : simetris/tidak, mukosa
bibir lembab /kering,stomatitis / tidak, cyanosis/ tidak , ada caries/tidak
Telinga
: simetris/tidak,
bersih/tidak, ada serumen/tidak
Leher
:
ada pembesaran kelenjar limfe/ tidak, ada pembesaran kelenjar tiroid/ tidak dan
ada bendungan vena jugularis/ tidak.
Dada
:
simetris/ tidak, ada tarikan intercostae/ tidak, pernafasan teratur/ tidak
Payudara
: simetris/ tidak,keadaan puting
susu, hiperpigmentasi areola mammae/tidak, ada pembesaran kelenjar montgommery
/ tidak,
Perut : ada linea alba/ tidak ,
ada linea nigra / tidak dan ada striae gravidarum/tidak , ada bekas jahitan SC
/ tidak.
Genetalia : ada varises/ tidak, oedema/
tidak.
Anus :
ada hemorroid/ tidak
Ekstremitas
Atas : oedema/tidak,
Bawah :oedema/tidak, ada gangguan pergerakan /
tidak.
2.) Palpasi
Kepala :
tidak ada massa/ benjolan .
Leher : Ada
bendungan vena jugularis/tidak dan
kelenjar thyroid / tidak.
Dada :
Ada massa pada payudara / tidak.
Abdomen :
kontraksi uterus baik/tidak ,
konsis- tensi keras/tidak, besar TFU
Ekstrimitas
Atas
: odema/ tidak, ada nyeri
tekan/tidak.
Bawah :
odema/ tidak, ada nyeri tekan/tidak.
3.) Perkusi
Refleks patella +/+
4.) Auskultasi
Dada :
ada whezzing/tidak atau ronchi
c. Pemeriksaan
penunjang
Merupakan data yang diperoleh dari hasil
laborat, yang perlu dilakukan dalam pemeriksaan laborat adalah Hb,
leukosit,eritrosit, trombosit, PCV, Gula darah acak.
II. Identifikasi Diagnosa
Diagnosa
kebidanan adalah hasil analisis dan perumusan masalah yang doputuska sesuai
dengan teori dan masalah yang sering terjadi pada ibu nifas HPP.
III. Identifikasi diagnosa
potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosisi potensial
lain berdasarkan rangkaian masalah yang lain juga. Langkah ini membutuhkan
antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil terus mengamati
kondisi klien.
IV. Identifikasi kebutuhan tindakan segera
Dalam pelaksanaannya terkadang bidan dihadapkan
pada beberapa situasi yang memerlukan penanganan segera dimana bidan harus
segera melakukan tindakan untuk menyelamatkan pasien. Kadang juga berada pada
situasi pasien yang memerlukan tindakan segera sementara menunggu instruksi
dokter, atau bahkan mungkin juga situasi pasien memerlukan konsultasi dengan
tim kesehatan lain.
V. Intervensi
Tahap ini merupakan langkah lanjutan dari diagnosa
kebidanan, yang bertujuan untuk membantu mengatasi masalah dan memenuhi
kebutuhan klien. Perenacanaan yang tersusun merupakan padoman untuk
melaksanakan tindakan perawatan kebidanan, metode kemampuan berfikir analitik
dan rasional.
VI. Implementasi
Langkah pelaksanaan dalam manajemen kebidanan,
dilaksanakan oleh bidan berdasarkan rencana yang ditetapkan. Pada langkah ini
bidan dituntut melakukan tindakan kebidanan secara mandiri, tetapi di dalam
pelaksanaan penyelesaian kasus klien sewaktu – waktu bidan harus juga
melaksanakan kegiatan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya, antara lain
dokter obgin, perawat, ahli gizi, dan sebagainya.
VII. Evaluasi
Merupakan
tahap akhir dari keseluruhan proses asuhan kebidanan. Evaluasi ditulis dalam
bentuk catatan perkembangan yang meliputi subyektif, assesment dan planing (
SOAP ) .
BAB 3
TINJAUAN KASUS
Asuhan Kebidanan
pada NY ”C” P10001 Post Partum hari ke-4
Dengan Bendungan ASI
Di Ruang
Bersalin RS Brawijaya Surabaya .”
3.1. PENGKAJIAN
Tanggal
: 10 Juni 2010 Oleh : Anike Putri Mardani
Jam : 09.00 wib
3.1.1. Data Subyektif
A. Biodata
Nama Ibu : Ny “C” Nama
Suami
: Tn “G”
Umur : 26 tahun Umur
: 30 tahun
Suku / bangsa : Jawa/Indonesia Suku / bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam Agama
: Islam
Pendidikan : S1 Pendidikan
: Akpol
Pekerjaan : Dosen Pekerjaan
: Polisi
Alamat : Jl. Ksatria
Baru Alamat : Jl. Ksatria Baru
I/17 I/17
No. Register : 34.67.06
B. Keluhan utama
Ibu post partum 4 hari, partus tanggal 6 Juni 2010 mengeluh payudara panas,
bengkak, terasa nyeri dan pengeluaran ASI hanya sedikit.
C. Riwayat menstruasi
Menarche : umur 12tahun
Siklus : 34 hari teratur
Banyaknya : 2 softek/ hari
Lamanya : 7 hari
Sifat darah : Encer, warna merah
Fluor albus : Ya, sebelum menstruasi, bau normal,
warna putih
Dismenorea : Ya, saat haid
D. Riwayat
kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Ha-
mil
ke
|
Ka-win
ke
|
Keha
milan
|
Persalinan
|
Bayi
|
Nifas
|
Ket.
|
||||||
UK
|
Jnis p’
salinan
|
Tmt
P’salinan
|
komplikasi
|
Peno-
long
|
PB/BB
J.Kelamn
|
Keadan/umur
|
keadaan
|
laktasi
|
||||
ibu
|
janin
|
|||||||||||
N
|
I
|
F
|
A
|
S
|
I N I
|
|||||||
E. Riwayat kehamilan ini
Ibu mengatakan ini adalah anak
ke – 1, dengan usia kehamilan 40 minggu. Ibu mengatakan suntik TT 2X yaitu saat
CPW dan pada kehamilan pertama. Ibu melakukan ANC sebanyak 5 kali ke bidan
dengan keluhan :
Trimester I :
nafsu makan menurun dan mual muntah
Trimester II :
nyeri pinggang
Trimester III
: pusing
HPHT :
1 september 2009
TP : 8 juni 2010
F. Riwayat
Persalinan Sekarang
a.
Kala I
Lamanya 7 jam berlangsung normal, pengeluaran
bload slym
b.
Kala II
Lamanya 30 menit, persalinan
spontan perdarahan 100 cc. Kelamin : perempuan, berat badan : 3100 gr, panjang
badan : 50 cm, apgar score 8-9 hidup.
c.
Kala III
Lamanya
8 menit plasenta lahir lengkap, berat plasenta 500 gr, panjang tali pusat 15 cm
dan perdarahan 100 cc.
d.
Kala IV
Berlangsung normal, kontraksi uterus baik perdarahan 100 cc keadaan umum
baik.
G. Status
perkawinan
Berapa kali menikah : 1 kali
Usia saat menikah : 23 tahun
Lama perkawinan : 3 tahun
H. Riwayat
kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan tidak pernah
menderita penyakit menular seperti (TBC, Hepatitis, AIDS), menahun seperti
(asma, jantung, hipertensi), dan menurun (DM, asma, hipertensi).
I. Riwayat penyakit keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang terkena penyakit menular
seperti (TBC, Hepatitis, AIDS), menahun seperti (asma, jantung, hipertensi),
dan menurun (DM, asma, hipertensi).
J. Pola kebiasaan sehari – hari
Pola
|
Sebelum Melahirkan
|
Sesudah melahirkan
|
Nutrisi
|
Ibu mengatakan makan 3X sehari porsi sedang, dengan menu : nasi, lauk,
sayur kadang buah, minum 8-10 gelas / hari
|
Ibu mengatakan makan 3X sehari porsi sedang, dengan menu : nasi, lauk,
sayur kadang buah, minum 10-12 x gelas / hari
|
Eliminasi
|
BAK : Ibu mengatakan kencing 6-8 x/hari, warna kuning jernih, bau khas.
BAB : Ibu mengatakan berak 1X/hari, warna kuning, konsistensi lunak, bau
khas
|
BAK : Ibu mengatakan kencing 8-10x/hari, warna kuning jernih, bau khas.
BAB : Ibu mengatakan berak 1X/hari, warna kuning, konsistensi lunak, bau
khas
|
Personal Hygiene
|
Ibu mengatakan mandi 2X/hari, gosok gigi 3X/hari, ganti baju 2X/hari,
mencuci rambut 2X/minggu
|
Ibu mengatakan mandi 2X/hari, gosok gigi 3X/hari, ganti baju 2X/hari,
mencuci rambut 2X/minggu
|
Istirahat
|
Ibu mengatakan tidur siang ± 2 jam/ hari
Malam ± 8 jam/hari
|
Ibu mengatakan tidur siang ± 2 jam/ hari
Malam ± 8 jam/hari
|
Aktifitas
|
Ibu mengatakan mengerjakan pekerjaan rumah sendiri bersama suami
|
Ibu hanya tiduran di brancard
|
Seksualitas
|
Ibu mengatakan tidak pernah melakukan hubungan seks 5 bulan terakhir
|
Ibu mengatakan belum melakukan hubungan seks
|
K. Riwayat kontrasepsi
Ibu mengatakan tidak pernah
menggunakan apapun.
L. Riwayat Psikososial
- Ibu mengatakan sangat senang menerima
kelahiran anaknya yang pertama.
- Suami dan keluarga sangat mengharapkan
kelahiran bayinya.
-
Ibu menanyakan bagaimana dengan keadaan perdarahannya.
3.1.2. Data Obyektif
A. Pemeriksaan Fisik Umum
Keadaan umum :
baik
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda vital : TD : 120/70 mmHg
Nadi :
80x/menit
Suhu
: 37,80C
RR
: 20x/menit
Berat badan : 54 kg
Tinggi badan : 156 cm
Ukuran lila : 23 cm
B. Pemeriksaan Fisik khusus
a.
Kepala : simetris, kulit kepala bersih, tidak ada ketombe, distribusi
merata, warna rambut hitam, tidak rontok bila dicabut, tidak ada benjolan.
b.
Muka : bentuk simetris, tidak ada oedema, tidak pucat
c.
Mata : bentuk simetris, sclera putih, konjungtifa merah muda, tidak ada luka, tidak konjungtifitis, tidak
ada bintik bitot.
d.
Hidung
: bentuk simetris, tidak ada polip, bersih, tidak ada secret.
e.
Mulut
dan gigi : bersih, tidak berbau, bibir sedikit pucat, tidak ada stomatitis,
tidak ada caries, tidak ada peradangan tonsil.
f.
Telinga
: bentuk simetris, keadaan bersih, tidak ada serumen, tidak ada
kelainan, pendengaran normal.
g.
Leher
: tidak ada pembengkakan vena jugularis, tidak
ada pembesaran kelenjar tyroid, dan tidak ada pembesaran kelenjar limfa, tidak
ada gangguan gerak.
h.
Dada
/thorax : tidak ada tarikan / retraksi dada, tidak ada ronchi dan wheezing.
i.
Payudara
: simetris, payudara membesar, bengkak dan merah mengkilap, putting
susu menonjol.
j.
Abdomen
: tidak ada luka bekas operasi, hiperpigmentasi linea alba dan linea
nigra terdapat strie albican dan strie livide TFU 3 jari bawah pusat kontraksi
uterus baik.
k.
Genetalian : lokhea rubra, tidak ada odema, tidak ada
varises, tidak ada condiloma, tidak ada bartolinites.
l. Anus : Bersih,
tidak ada hemmoroid
m. Ekstremitas :
Atas : bentuk simetris, tidak
oedema, kuku tidak cyanosis, tangan kanan/kiri tidak pucat, tidak ada
sindaktili, tidak ada polidaktili.
Bawah : bentuk simetris, tidak
oedema, kuku tidak cyanosis, tangan kanan/kiri tidak pucat, tidak ada
sindaktili, tidak ada polidaktili.
C. Pemeriksaan PEnunjang
a. Laboratorium : tidak dilakukan
b. Rontgen : tidak dilakukan
3.2. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH
Diagnosa : NY ”C” P10001
Post Partum hari ke-4 Dengan Bendungan ASI.
DS :
Ibu mengatakan payudara panas, bengkak, terasa nyeri dan pengeluaran ASI hanya
sedikit.
DO : Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda
vital : TD : 120/70 mmHg
Nadi :
80x/menit
Suhu :
37,80C
RR
: 20x/menit
Payudara :
simetris, payudara membesar, bengkak dan
merah mengkilap, putting susu menonjol.
Masalah : Bendungan ASI
Kebutuhan :
- Lakukan Penyuluhan tentang post natal breast car
3.3. IDENTIFIKASI DIAGNOSA POTENSIAL
Potensial terjadi mastitis
3.4. KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA
Kolaborasi dengan dokter bila terjadi
mastitis yang berlanjut
3.5. INTERVENSI
Tujuan : Setelah diberikan asuhan kebidanan selama 1x24 jam
diharapkan keadaan ibu sehat dan masalah bendungan ASI dapat teratasi.
Kriteria hasil :
Keadaan umum baik
Tanda – tanda vital dalam batas normal yaitu
:
TD : 110/70 – 130/80 mmHg
Nadi :
80 – 100x/menit
Suhu :
36,5 – 37,5 º C
RR :
16 – 20x/menit
ASI lancer
Payudara tidak merah dan bengkak
Intervensi :
1. Lakukan pendekatan terapeutik pada klien,
suami dan keluarga
Rasional :
Dengan pendekatan terapeutik akan terjalin kerjasama yang baik antara ibu dan
petugas kesehatan
2. Lakukan observasi TTV, TFU, kontraksi
uterus
Rasional : Untuk mengetahui status kesehatan ibu saat ini
3. Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang
kondisi ibu saat ini
Rasional : Dengan menjelaskan
kondisi ibu dapat mempermudah asuhan yang diberikan dan ibu lebih kooperatif
terhadap tindakan yang akan dilakukan
4. Jelaskan penyebab nyeri dan cara mengatasi
rasa nyeri
Rasional : Agar
ibu mengetahui tentang penyebab nyeri yang dialaminya dan ibu dapat beradaptasi
dengan keadaannya sekarang
5.
Berikan penyuluhan tentang perawatan
payudara
Rasional : dengan perawatan payudara teratur,
produksi ASI akan lancar dan tidak terjadi bendungan lagi
6. Berikan penyuluhan tentang cara menyusui
yang baik dan benar
Rasional : dengan menyusui secara rutin dapat
mengurangi terjadinya bendungan payudara.
7. Beri terapi obat untuk menghilangkan rasa
nyeri bila ibu mengalami nyeri hebat
Rasional : fungsi independent
.3.6. IMPLEMENTASI
Tanggal : 10 Juni 2010 Jam :
09.10 wib
1. Melakukan pendekatan terapeutik pada
ibu, suami, dan keluarga dengan komunikasi yang baik, tidak menyinggung
perasaan ibu dan ramah.
2. Melakukan observasi TTV, TFU, kontraksi uterus.
3. Menjelaskan pada ibu dan keluarga tentang
kondisi ibu saat ini :
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda vital : TD :
120/70 mmHg
Nadi :
80x/menit
Suhu
: 37,80 C
RR
: 20x/menit
TFU 3 jari bawah pusat, lokhea rubra, kontraksi uterus baik
Menjelaskan pada ibu bahwa saat ini ibu mengalami pembendungan ASI yang
menyebabkan payudara ibu membengkak, nyeri dan suhu tubuh ibu meningkat.
4.
Mejelaskan penyebab nyeri itu dari bendungan ASI pada payudara dan cara mengatasi rasa nyeri yaitu sebelum menyusui dengan mengkompres
payudaranya dengan air hangat, lakukan pengurutan, peras ASI secara manual
sebelum menyusui dan membasahi puting susunya sebelum menyusui agar bayi mudah
menghisap. Untuk mengurangi rasa nyeri setelah menyusui lakukan pengompresan
payudara dengan air dingin dan pakai BH yang menyagnga payudara. Serta
anjurkan ibu tetap menyusui banyinya.
5.
Memberikan penyuluhan tentang perawatan payudara
persiapan
alat : - air hangat
- air dingin
- kapas/waslap
- minyak
teknik :-
licinkan tangan dengan sedikit minyak
-lakukan pengurutan secara berturut – turut 20 kali
setiap 5 menit dengan cara :
CARA I :
Tempatkan
kedua telapak tangan diantara kedua payudara kemudian urut ke arah atas, terus
ke samping terus ke bawah dan melintang sehingga tangan menyangga payudara
kemudian lepaskan tangan dari payudara.
CARA II :
Telapak
tangan kiri menopang payudara kiri dan jari – jari tangan kanan saling
dirapatkan kemudian sisi kelingking tangan kanan mengurut payudara kiri dari
pangkal ke arah puting. Demikian pula payudara kanan
CARA III :
Telapak
tangan menopang payudara seperti cara II kemudian jari – jari tangan kanan
dikepalkan kemudian buku – buku jari tangan kanan mengurut payudara dari
pangkal ke arah puting.
( Rangsang
payudara dengan menggunakan air hangat dan air dingin caranya siram atau
kompres dengan waslap.
6. Memberikan penyuluhan tentang cara
menyusui yang baik dan benar yaitu dengan memasukkan semua areola mamae kedalam
mulut bayi serta menyusui bayinya sesering mungkin sesuai keinginan bayi
7. Memberikan terapi obat untuk menghilangkan
rasa nyeri bila ibu mengalami nyeri hebat yaitu paracetamol 500 mg untuk
mengurangi nyeri dan menurunkan suhu tubuh ibu, bila ibu sudah tidak bisa
menahan rasa nyeri
3.7. EVALUASI
Tanggal : 11 Juni 2010 Jam : 07.00 wib
S : Ibu mengatakan ASI nya mulai lancar tpi belum banyak, Ibu mengatakan suhu badannya mulai turun, bayinya menyusu dengan puas, Ibu sudah
melaksanakan anjuran bidan, dan melakukan psot natal breas care di rumah
O : Keadaan umum :
Baik
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda
vital : TD : 110/80 mmHg
Nadi
: 88x/menit
Suhu
: 370C
RR
: 20x/menit
Pengeluaran
lochea rubra
Kontraksi
uterus baik (keras), TFU pertengahan sympisis pusat
A : P10001 Post partum hari
ke 5 tujuan teratasi
P : - Anjurkan ibu untuk kontrol tepat waktu atau setiap ada keluhan
- Anjurkan ibu untuk imunisasi bayinya di puskesmas atau pusat pelayanan
kesehatan
terdekat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar