BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Perdarahan post partum primer adalah perdarahan yang
terjadi 24 jam pertama, penyebab utama perdarahan post partum primer adalah
atonis, retensio placenta, sisa plasenta, dan robekan jalan lahir terbanyak
dalam 2 jam post partum.
Perdarahan
post partum yang disebabkan oleh atonia uteri atau sisa placenta sering
berlangsung sangat banyak dan cepat. Renjatan karena perdarahan banyak segera
akan disusul dengan kematian maternal, jika masalah ini tidak dapat diatasi
secara cepat dan tepat oleh tenaga yang terampil dan fasilitas pelayanan
kesehatan yang memadai (Sarwono Prawirohardjo, 2002).
Seperti
dikatakan oleh Tadjuluddin (1965) : “Perdarahan post partum masih merupakan
ancaman yang tidak terduga, walaupun dengan pengawasan yang sebaik-baiknya,
perdarahan post partum masih merupakan salah satu penyebab kematian ibu yang
penting”. Sebaliknya menurut pendapat para ahli kebidanan modern : “Perdarahan
post partum tidak perlu membawa kematian pada ibu bersalin”.
Pendapat
ini memang benar bila kesadaran masyarakat tentang hal ini sudah tinggi dan
dalam klinik tersedia banyak darah dan cairan serta fasilitas lainnya. Dalam
masyarakat kita masih besar anggapan bahwa darahnya adalah merupakan hidupnya,
karena itu mereka menolak menyumbangkan darahnya, walaupun untuk menolong jiwa
istri dan keluarganya sendiri.
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan
kedokteran diharapkan kematian maternal akibat perdarahan post partum dapat
lebih ditekan terlebih ditunjang oleh tenaga kesehatan yang profesional,
terampil dan fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai.
1.2. TUJUAN PENULISAN
I.2.1. Tujuan Umum
Penulis dapat menerapkan dan
mengembangkan pola pikir secara ilmiah dalam memberikan asuhan kebidanan secara
nyata serta mendapatkan pengetahuan dalam memecahkan masalah khususnya
pada “ Asuhan Kebidanan pada NY ”N”
P20002 Post Partum hari ke-1
Dengan HPP (Hemorrhage Post Partum) Primer Di Ruang Bersalin RS Brawijaya Surabaya .”
I.2.2.Tujuan Khusus
Tujuan khusus yang akan dicapai adalah mampu melakukan :
1. Melakukan Pengkajian baik secara subyektif
maupun obyektif kepada NY ”N” P20002 Post Partum hari ke-1 Dengan HPP (Hemorrhage
Post Partum) Primer.
2. Mengintepretasikan data dasar dan
merumuskan diagnosa kebidanan pada NY
”N” P20002 Post
Partum hari ke-1 Dengan HPP (Hemorrhage Post Partum) Primer.
3. Menentukan diagnosa potensial pada NY ”N” P20002 Post Partum hari ke-1 Dengan HPP (Hemorrhage
Post Partum) Primer.
4. Menentukan tindakan segera pada NY ”N” P20002 Post Partum hari ke-1 Dengan HPP (Hemorrhage
Post Partum) Primer.
5. Membuat rencana asuhan kebidanan pada pada
NY ”N” P20002 Post Partum hari ke-1 Dengan HPP (Hemorrhage
Post Partum) Primer.
6. Melaksanakan tindakan asuhan kebidanan
pada NY ”N” P20002 Post Partum hari ke-1 Dengan HPP (Hemorrhage
Post Partum) Primer.
7. Mengevaluasi tindakan asuhan kebidanan
pada NY ”N” P20002 Post Partum hari ke-1 Dengan HPP (Hemorrhage
Post Partum) Primer.
1.3. METODE PENULISAN
Metode penulisan yang digunakan dalam proses
penyusunan laporan ini adalah :
1. Metode
pendekatan deskriptif yaitu metode yang sifatnya mengungkapkan peristiwa dan
gejala yang terjadi.
2. Teknik
pengumpulan data dan pengidentifikasian data melalui observasi, wawancara,
pemeriksaan fisik, studi dokumen dan studi kepustkaan.
3. Sumber
data primer dari klien dan data sekunder dari keluarga dan petugas kesehatan.
1.4. LOKASI DAN WAKTU
1.4.1. LOKASI
Asuhan Kebidanan ini disusun saat penulis
melaksanakan praktek lapangan di ruang di Ruang bersalin RS TK III Brawijaya
Surabaya.
1.4.2. WAKTU
Penyusunan asuhan kebidanan ini dilakukan
pada saat jam kerja ruang bersalin sip siang yaitu pukul 14.00 s/d 21.00 WIB.
1.5. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika
penulisan laporan ini terdiri dari :
LEMBAR
JUDUL
LEMBAR
PENGESAHAN
KATA
PENGANTAR
DAFTAR
ISI
BAB
I Pendahuluan meliputi latar
belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, lokasi dan waktu, serta
sistematika penulisan.
BAB II Landasan
teori meliputi Konsep Dasar Nifas terdiri dari : Definisi, Klasifikasi Nifas,
Perubahan System Tubuh Yang Terjadi Selama Masa Nifas, Konsep Dasar HPP terdiri
dari : Definisi,
Etiologi, Faktor Predisposisi, Diagnosis, Penilaian Klinik, Penanganan Perdarahan post partum, Komplikasi, Pencegahan, Pertolongan khusus, Konsep Dasar Asuhan Kebidanan terdiri dari :
Pengkajian Data, Interpretasi Data, Identifikasi Diagnosa Potensial, Kebutuhan
Tindakan Segera, Intervensi, Implementasi, Evaluasi.
BAB
III Tinjauan kasus meliputi Pengkajian
Data, Interpretasi Data, Identifikasi Diagnosa Potensial, Kebutuhan Tindakan
Segera, Intervensi, Implementasi, Evaluasi.
BAB
IV Penutup meliputi kesimpulan dan
saran.
DAFTAR PUSTAKA
BAB 2
LANDASAN TEORI
2. 1. KONSEP DASAR
NIFAS
2.1.1. Definisi
Masa nifas (Puerperium) adalah masa dimulai setelah kelahiran
plasenta dan berakhir ketika alat kandung kembali seperti semula sebelum hamil,
yang berlangsung selama 6 minggu atau ± 40 hari (Prawirohardjo,
2002 : 122).
Nifas adalah masa partus selesai dan berakhir setelah
kira – kira 6 minggu. Akan tetapi seluruh alat genetalia baru pulih kembali
seperti sebelum hamil dalam waktu 3 bulan. (hanifa wiknojosastro, 2006 : 237).
Masa nifas (puerperium) adalah masa dari kelahiran
plasenta dan selaput janin hingga kembalinya traktus reproduksi wanita pada
kondisi tidak hamil. (Helen varney, 2007 : 958).
2.1.2. Klasifikasi Nifas
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran
plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil. Masa nifas berlangsung lama kira-kira 6 minggu. (sarwono
prawirohardjo, 2002 : 122). Nifas dapat dibagi kedalam 3 periode :
a.
Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah
diperbolehkan berdiri dan berjalan – jalan.
b. Puerperium intermedial yaitu kepulihan
menyeluruh alat – alat genetalia yang lamanya 6 – 8 minggu.
c. Remote puerperium yaitu waktu yang
diperlukan untuk pulih kembali dan sehat sempurnah baik selama hamil atau
sempurna. Terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bias berminggu – minggu, berbulan –
bulan atau tahunan (Rustam Mochtar, 1998).
2.1.3. Perubahan System Tubuh Yang Terjadi Selama
Masa Nifas
a. Perubahan tanda – tanda vital
Ù Tekanan darah
Segera setelah melahirkan banyak
wanita mengalami peningkatan sementara tekanan darah sistolik dan diastolic,
yang kembali secara spontan ke tekanan darah sebelum hamil dalam ½ bulan tanpa
pengobatan apabila tidak terdapat penyakit – penyakit lain yang menyertai.
Ù Suhu
Suhu maternal
kembali normal dari suhu yang sedikit meningkat selama periode intrpartum dan
stabil dalam 24 jam pertama pascapartum
Suhu tubuh
wanita inpartu tidak lebih dari 37, 2 °C dan satu hari (24 jam). Dapat naik ≤
0,5 °C dari keadaan normal menjadi sekitar
(37,5°C - 38°C). namun tidak akan melebihi 38°C. hal ini sebagai akibat
kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan. Sesudah 2 jam
pertama melahirkan umumnya suhu badan akan kembali normal.
Ù Nadi
Denyut
nadi yang meningkat selama persalinan akhir, kembali normal setelah beberapa
jam pertama pascapartum. Hemoragi,
demam selama persalinan dan nyeri akut atau persisten dapat mempengaruhi proses
ini. Apabila denyut nadi di atas 100 selama puerperium, hal tersebut abnormal
dan mungkin menunjukkan adanya infeksi atau hemoragi pascapartum lambat.
Ù Pernafasan
Fungsi
pernafasan kembali pada rentang normal wanita selama jam pertama pascapartum. Nafas pendek, cepat atau perubahan lain memerlukan
evaluasi adanya kondisi – kondisi seperti kelebihan cairan, eksaserbasi asma
dan embolus paru. (Helen vaney , 2007 : 961)
b. Perubahan system reproduksi
Ù Involusi Uterus
Involusi uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana
uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan bobot hanya 30 gram. (www.sweety.com).
Involusi uteri dapat juga dikatakan sebagai proses kembalinya uterus pada
keadaan semula atau keadaan sebelum hamil. Involusi uterus meliputi
pengreorganisasian dan pengguguran desidua serta pengelupasan situs (tempat)
plasenta yang ditandai dengan penurunan ukuran dan berat serta perubahan pada
lokasi uterus juga ditandai dengan warna dan jumlah lokia.
Penurunan
ukuran yang cepat ini dicerminkan dengan perubahan lokasi uterus ketika uterus
turun dari abdomen dan kembali ke organ panggul. Segera setelah lahirnya
plasenta, tinggi fundus uteri (TFU) terletak sekitar dua per tiga hingga tiga
per empat bagian atas antara simfisis pubis dengan umbilikus. Letak TFU
kemudian naik sejajar dengan atau satu ruas jari dibawah umbilikus. Selama satu
atau dua hari dan secara bertahap turun kedalam panggul sehingga tidak dapat di
palpasi lagi di atas simfisis pubis setelah hari ke sepuluh pascapartum. (Helen
varney, 2007 : 959).
Gambar :
TFU dan involusi Uterus
Uterus segera setelah kelahiran bayi, plasenta dan
selaput janin beratnya sekitar 1000 gram. Kemudian setelah 1 minggu berat
uterus menurun sekitar 750 gram dan uterus turun sampai kembali pada berat yang
biasanya pada saat tidak hamil yaitu 30 gram pada minggu ke delapan pascapartum. (Helen varney, 2007 :
959).
Tabel TFU dan berat uterus menurut masa
involusi
Involusi
|
TFU
|
Berat Uterus
|
Bayi lahir
|
Setinggi
pusat, 2 JbPst*
|
1000 gram
|
1 minggu
|
Pertengahan
pusat simfisis
|
750 gram
|
2 minggu
|
Tidak teraba di atas simfisis
|
500 gram
|
6 minggu
|
Normal
|
50 gram
|
8 minggu
|
Normal tapi
sebelum hamil
|
30 gram
|
* JbPst => Jari di bawah Pusat
Otot – otot uterus
berkontraksi segera setelah postpartum. Pembuluh – pembuluh darah yang berbeda
diantara anyaman otot uterus akan terjepit.. Proses ini akan menghentikan
perdarahan setelah plasenta dilahirkan. Setiap kali otot – otot uterus
berkontraksi, fundus uteri berada di atas umbilikus. Maka hal – hal yang perlu
dipertimbangkan adalah pengisian uterus oleh letak darah atau pembekuan darah
awal jam postpartum atau pergeseran uterus karena kandung kemih yang penuh
setiap saat setelah kelahiran. Untuk itu apabila ibu ingin berkemih harus cepat dapat dilakukan
sendiri. Bila kandung kencing penuh & wanita tidak dapat berkemih sendiri,
sebaiknya dilakukan kateterisasi dengan memperhatikan jangan sampai infeksi. (Sitti
Saleha, 2009 : 55)
Desidua yang tersisa di dalam uterus setelah pelepasan
dan ekspulsi plasenta dan membrane terdiri dari lapisan zona basalis dan suatu bagian lapisan zona spongiosa pada
desidua basalis (pada tempat perlekatan plasenta) dan desidua parientalis (lapisan sisa uterus). Desidua
yang tertinggal ini akan berubah menjadi dua lapis sebagai akibat invasi
leukosit yaitu :
1. Suatu degenerasi nekrosis lapisan
superficial yang akan terpakai lagi sebagai bagian dari pembuangan lochia dan
lapisan dalam dekat miometrium.
2. Lapisan yang terdiri dari sisa-sisa
endometrium di lapisan basalis. Endometrium akan diperbaharui oleh proliferasi
epithelium endometrium. Regenerasi endometrium diselesaikan selama pertengahan
atau akhir dari postpartum minggu ketiga kecuali di tempat implantasi plasenta.
Dengan involusi uterus ini, maka lapisan luar dari decidua yang mengelilingi
situs plasenta akan menjadi nekrotik. Decidua yang mati akan keluar bersama
dengan sisa cairan, suatu campuran antara darah yang dinamakan lochia, yang
biasanya berwarna merah muda atau putih pucat. Pengeluaran Lochia ini biasanya
berakhir dalam waktu 3 sampai 6 minggu. (www. Sweety.com)
Ù Lochea
Lochea
adalah cairan secret yang berasal dari cavum uteri dan vagina selama masa
nifas.
Lochea terbagi menjadi tiga jenis yaitu :
Lochea rubra
|
Lochea sanguilenta
|
Lochea serosa
|
Lochea alba
|
|
warna
|
Merah
|
merah kecoklatan
|
merah jambu lalu menjadi kuning
|
putih
|
waktu
|
2 – 3 hari pp
|
3 – 7 hari pp
|
7 – 14 hari pp
|
Setelah 14 hari pp
|
Berisi
|
sisa selaput ketuban, sel desidua, verniks caseosa, lanugo dan
mekonium
|
Sisa darah dan jaringan desidua
|
cairan serum, jaringan desidua, leukosit dan
eritrosit
|
leukosit dan sel-sel desidua
|
Lochea mempunyai suatu karakteristik bau yang
tidak sama dengan secret menstrual. Bau yang paling kuat pada Lochea Serosa dan
harus dibedakan juga dengan bau yang menandakan infeksi. Lochea disekresikan
dengan jumlah banyak pada awal jam postpartum yang selanjutnya akan berkurang
jumlahnya sebagai lochea rubra, lalu berkurang sedikit menjadi sanguilenta,
serosa dan akhirnya lochea alba. Umumnya jumlah lochea lebih sedikit bila
wanita postpartum berada dalam posisi berbaring daripada berdiri. Hal ini
terjadi akibat pembuangan bersatu di vagina bagian atas manakala wanita dalam
posisi berbaring dan kemudian akan mengalir keluar manakala dia berdiri. Total
jumlah rata-rata pembuangan lochea kira-kira 8 hingga 9 oz atau sekitar 240
hingga 270 ml. (Sitti saleha, 2009 : 56)
Ù vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta
peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa
hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam
keadaan kendur. (Www. Sweety. Com.). Vagina dan lubang vagina pada permulaan
puerpurium merupakan suatu saluran yang luas berdinding tipis. Secara berangsur
– angsur luasnya berkurang, tetapi jarang sekali kembali seperti ukuran seorang
nulipara. Rugae timbul kembali pada minggu ke tiga. Hymen tampak sebagai
tonjolan jaringan yang kecil, yang dalam proses pembentukan berubah menjadi
karunkulae mitiformis yang khas bagi wanita multipara. (Sitti Saleha, 2009 :
57)
Ukuran
vagina akan selalu lebih besar dibandingkan keadaan saat sebelum persalinan
pertama. Meskipun demikian, latihan otot perineum dapat mengembalikan tonus
tersebut dan dapat mengencangkan vagina hingga tingkat tertentu. Hal ini dapat
dilakukan pada akhir puerperium dengan latihan harian. (www. Sweety. Com).
Ù Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi
kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada
post natal hari ke 5, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian besar
tonusnya sekalipun tetap lebih kendur dari pada keadaan sebelum melahirkan.
c.
Perubahan sistem urinarius
Ù Komponen Urin
R Glikosuria ginjal diinduksikan oleh kehamilan menghilang.
R Laktosuria positif pada ibu meyusui merupakan hal yang normal.
R BUN (blood urea nitrogen), yang meningkat selama pasca partum,
merupakan akibat otolisis uterus yang berinvolusi.
R Pemecahan kelebihan protein di dalam sel otot uterus juga menyebabkan proteinuria
ringan (+1) selama satu sampai dua hari setelah wanita melahirkan. Hal ini
terjadi pada sekitar 50% wanita.
R Asetonuria bisa terjadi pada wanita yang tidak mengalami komplikasi
persalinan atau setelah suatu persalinan yang lama dan disertai dehidrasi.
Ù Diuresis pasca partum
Dalam 12 jam pasca melahirkan, ibu mulai
membuang kelebihan cairan yang tertimbun di jaringan selama ia hamil. salah
satu mekanisme untuk mengurangi cairan yang teretensi selama masa hamil ialah
diaforesis luas, terutama pada malam hari, selama dua sapai tiga hari pertema
setelah melahirkan.
Diuresis pascapartum, yang disebabkan oleh :
R Penurunan kadar estrogen
R Hilangnya peningkatan tekanan vena pada tingkat bawah, dan
R Hilangnya peningkatan volume darah akibat kehamilan, merupakan
mekanisme tubuh untuk mengatasi kelebihan cairan. Kehilangan cairan melalui
keringat dan peningkatan jumlah urine menyebabkan penurunan berat badan sekitar
2,5 kg selama masa pasca partum.
Ù Uretra dan Kandung Kemih
Trauma bila terjadi pada uretra dan kandung
kemih selama proses melahirkan, yakni sewaktu bayi melewati jalan lahir. Dinding
kandung kemih dapat mengalami hiperemesis dan edema, seringkali disertai di
daerah-daerah kecil hemoragi. Kandung kemih yang oedema, terisi penuh dan hipotonik
dapat mengakibatkan overdistensi, pengosongan yang tak sempurna dan urine
residual kecuali jika dilakukan asuhan untuk mendorong terjadinya pengosongan
kandung kemih bahkan saat tidak merasa untuk berkemih.
Pengambilan urine dengan cara bersih atau melalui
kateter sering menunjukkan adanya trauma pada kandung kemih. Uretra dan meatus
urinarius bisa juga mengalami edema. Kombinasi trauma akibat kelahiran,
peningkatan kapasitas kandung kemih setelah bayi lahir, dan efek konduksi
anestesi menyebabkan keinginan untuk berkemih menurun. Selain itu, rasa nyeri
pada panggul yang timbul akibat dorongan saat melahirkan, leserasi vagina, atau
episiotomi menurunkan atau mengubah refleks berkemih. Penurunan berkemih,
seiring diuresis pascapartum, bisa menyebabkan distensi kandung kemih. Distensi
kandung kemih yang muncul segera setelah wanita melahirkan dapat menyebabkan
perdarahan berlebih karena keadaan ini bisa menghambat uterus berkontraksi
dengan baik. pada masa pascapartum tahap lanjut, distensi yang berlebihan ini
dapat menyebabkan kandung kemih lebih peka terhadap infeksi sehingga mengganggu
proses berkemih normal. Apabila terjadi distensi berlebih pada kandung kemih
dalam mengalami kerusakan lebih lanjut (atoni). Dengan mengosongkan kandung
kemih secara adekuat, tonus kandung kemih biasanya akan pulih kembali dalam
lima sampai tujuh hari setelah bayi lahir.
d. Perubahan Sistem pencernaan
Ù Nafsu Makan
Ibu biasanya lapar segera setelah melahirkan,
sehingga ia boleh mengonsumsi makanan ringan. Ibu sering kali cepat lapar
setelah melahirkan dan siap makan pada 1-2 jam post primordial, dan dapat
ditoleransi dengan diet yang ringan. Setelah benar-benar pulih dari efek
analgesia, anastesia, dan keletihan, kebanyakan ibu merasa sangat lapar.
Ù Motilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas
otot traktus cerna menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan
analgesia dan anastesia bisa memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke
keadaan normal.
Ù Defekasi
BAB secara spontan bisa tertunda selama dua
sampai tiga hari setelah ibu melahirkan. Keadaan ini bisa disebabkan karena
tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan pada awal masa
pascapartum, diare sebelum persalinan, enema sebelum melahirkan, kurang makan
atau dehidrasi. Ibu sering kali sudah menduga nyeri saat defekasi karena nyeri
yang dirasakannya di perineum akibat episiotomi, laserasi atau hemoroid. Kebiasaan
buang air yang teratur perlu dicapai kembali setelah tonus usus kembali normal.
Kebiasaan mengosongkan usus secara regular perlu dilatih kembali untuk
merangsang pengosongan usus. Sistem pencernaan pada masa nifas membutuhkan
waktu yang berangsur-angsur untuk kembali normal. Pola makan ibu nifas tidak
akan seperti biasa dalam beberapa hari dan perineum ibu akan terasa sakit untuk
defekasi. Faktor-faktor tersebut mendukung konstipasi pada ibu nifas dalam
minggu pertama. Suppositoria dibutuhkan untuk membantu eliminasi pada ibu
nifas. Akan tetapi proses konstipasi juga dapat dipengaruhi oleh kurangnya
pengetahuan ibu dan kekhawatiran lukanya akan terbuka bila ibu buang air besar.
e. Perubahan sistem muskuloskeletel
Ù Dinding perut dan peritoneum
Setelah persalinan, dinding perut longgar
karena diregang begitu lama, tetapi biasanya pulih kembali dalam 6 minggu. Kadang-kadang
pada wanita yang asthenis terjadi diastasis dari otot-otot rectus abdominis
sehingga sebagian dari dinding perut di garis tengah hanya terdiri dari
peritoneum, fascia tipis dan kulit. Tempat yang lemah ini menonjol kalau
berdiri atau mengejan.
Ù Kulit abdomen
Kulit abdomen yang melebar selama masa
kehamilan tampak melonggar dan mengendur sampai berminggu-minggu atau bahkan
berbulan-bulan yang dinamakan strie. Melalui latihan postnatal, otot-otot dari
dinding abdomen seharusnya dapat normal kembali dalam beberapa minggu.
Ù Striae
Striae pada dinding abdomen tidak dapat
menghilang sempurna melainkan membentuk garis lurus yang samar. Ibu postpartum
memiliki tingkat diastasis sehingga terjadi pemisahan muskulus rektus
abdominishal tersebut dapat dilihat dari pengkajian keadaan umum, aktivitas,
paritas, jarak kehamilan yang dapat menentukan berapa lama tonus otot kembali
normal.
Ù Perubahan Ligamen
Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta
fasia yang meregang sewaktu kehamilan dan partus, setelah janin lahir, berangsur-angsur
menciut kembali seperti sediakala. Tidak jarang ligamentum rotundum menjadi
kendor yang mengakibatkan letak uterus menjadi retroflexi. Tidak jarang pula
wanita mengeluh “kandungannya turun” setelah melahirkan oleh karena ligament,
fasia, jaringan penunjang alat genetalia menjadi agak kendor.
f. Perubahan hematology
Leukositosis dengan peningkatan hitung sel darah putih hingga
15.000/lebih selama persalinan, dilanjutkan dengan peningkatan sel darah putih
selama 2 hari pertama pasca partum. Hitung sel darah putih
dapat mengalami peningkatan lebih lanjut hingga 25.000 – 30.000 tanpa menjadi
patologis jika wanita mengalami persalinan lama. Akan tetapi dugaan infeksi
harus dipastikan jika peningkatan sel darah putih signifikan hemoglobin,
hematokrit dan hitung eritrosit bervariasi dalam puerperium awal sebagai akibat
fluktuasi volume darah, volume plasma dan kadar volume sel darah merah. Kadar
ini depengaruhi oleh status hidrasi wanita saat ini, volume cairan yang ia
dapat selama persalinan dan selama kehamilan. Factor ini menyebabkan hematokrit
kurang efektif sebagai ukuran kehilangan darah selama sedikitnya dua hingga
empat hari pascapartum. (Helen varney, 2007 : 962).
2.2. KONSEP DASAR HPP
2.2.1. Definisi
Haemorragic Post Partum (HPP) atau Perdarahan Post
Partum adalah perdarahan setelah bayi lahir yang volumenya melebihi 500 ml
(IBG, Manuaba: 1999). Kondisi dalam persalinan menyebabkan kesulitan menentukan
jumlah perdarahan yang terjadi karena bercampur dengan air ketuban dan serapan
pakaian atau kain alas tempat tidur.
Oleh sebab itu maka batasan operasional untuk periode
pasca persalinan adalah setelah bayi lahir. Sedangkan tentang jumlah
perdarahan, disebutkan sebagai perdarahan yang lebih dari normal dimana telah
menyebabkan perubahan tanda vital (Sarwono; 2001) seperti:
▪
Pasien mengeluh lemah, limbung
▪
Berkeringat dingin
▪
Menggigil
▪
Hipernea
▪
Sistolik < 90 mm Hg
▪
Nadi > 100
x/mnt
▪
Kadar Hb
< 8 gr %
Perdarahan post partum adalah perdarahan lebih 500-600
ml selama 24 jam setelah anak lahir. Termasuk perdarahan karena retensio plasenta. (www.gynecology.com).
Perdarahan
post partum adalah perdarahaan dalam kala IV lebih 500-600 cc dalam 24 jam
setelah anak dan plasenta lahir. (Rustam Mochtar, 1998).
S
Pembagian perdarahan post partum:
1. Perdarahan
post partum primer (early postpartum hemorrhage) yang terjadi selama 24 jam
setelah anak lahir. Penyebab utama
post partu primer adalah atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta, dan
robekan jalan lahir. Terbanyak dalam dua jam pertama.
2. Perdarahan post partum sekunder (late postpartum hemorrhage) yang
terjadi setelah 24 jam anak lahir. Biasanya hari ke 5-15 post partum. Penyebab
utama perdarahan adalah robekan jalan lahir dan sisa plasenta atau membran.
(Manuaba, 1998).
2.2.2. Etiologi
Etiologi
perdarahan post partum:
1.
Atonia uteri
Faktor predisposisi terjadinya
atonia uteri adalah :
1) Umur : umur yang terlalu muda atau tua
2) Paritas : sering dijumpai terjadi
pada multipara dan grandemultipara
3) Partus lama
4) Obstetri operatif dan narkosa
5) Uterus terlalu regang dan besar, misalnya
gemelli, hidramnion, atau janin besar
6) Kelainan pada uterus, seperti mioma uteri,
uterus couvelair pada solusio plasenta
7) Faktor sosial ekonomi, yaitu malnutrisi.
2.
Sisa plasenta dan selaput ketuban
3. Jalan lahir : robekan perineu, vagina,
serviks, forniks dan rahim.
4.
Penyakit darah
Kelainan pembekuan darah misalnya afibrinogenemia atau hipofibrinogenemia
yang sering dijumpai:
1)
perdarahan yang banyak
2)
solusio plasenta
3) kematian janin yang lama dalam kandungan
4)
pre eklamsi dan eklamsi
5) infeksi, hepatitis dan syok septic. (Rustam
Mochtar, 1998)
2.2.2. Faktor
Predisposisi
1.
Keadaan Umum parturien yang mempunyai gizi rendah.
-
Hamil dengan anemia
-
Hamil dengan kekurangan gizi / malnutrisi
2.
Kelemahan dengan kelelahan otot rahim
-
Grandemulti para
- Jarak kehamilan dan persalinan kurang dari
2 tahun
-
Persalinan lama atau terlantar
-
Persalinan dengan tindakan narkose
-
Kesalahan penanganan kala III ialah kalau rahim
dipijat-pijat untuk mempercepat lahirnya placenta (Unpadj ; 1981)
3. Pertolongan persalinan dengan tindakan
disertai narkose.
4.
Overdistensi pada kehamilan
-
Hidramnion
-
Gemelli
-
Anak yang melebihi 4000 gram
2.2.3. Diagnosis
Diagnosa perdarahan post
partum dapat ditegakkan dengan memperhatikan :
1. Adanya perdarahan post partum yang banyak
dalam waktu singkat.
2.
Pada pemeriksaan dijumpai :
1)
Uterus yang lembek
2)
Terdapat perlukaan jalan janin
3)
Disertai atau tanpa retensio plasenta
4)
Terdapat Hematoma.
3. Perdarahan melebihi 25 % dari volume darah
akan menimbulkan gejala klinis:
1)
Kesadaran menurun
2) Frekuensi nadi dan pernafasan meningkat,
tekanan darah menurun.
3)
Daerah ujung ekstremitas terasa dingin.
4)
Parturien tampak pucat (anemia)
5)
Pada keadaan yang serius, disertai gejala shock.
2.2.4. Penilaian Klinik
Gejala
dan Tanda
|
Penyulit
|
Diagnosa
Kerja
|
Uterus tidak berkontraksi dan lembek, perdarahan
setelah bayi lahir.
|
·
Shock
·
Bekuan darah pada serus atau posisi terlentang
akan menghambat aliran darah keluar.
|
Atonia Uteri
|
Darah segar yang mengalir segera setelah bayi
lahir.
Uterus berkontraksi dan keras Placenta lengkap.
|
·
Pucat
·
Lemah
·
menggigil
|
Robekan jalan
lahir
|
Placenta belum
lahir setelah 30 menit, perdarahan segera setelah bayi lahir.
Uterus
berkontraksi dan keras
|
Tali pusat
putus akibat reaksi berlebihan.
Inversio uteri akibat tarikan, perdarahan
lanjutan.
|
Retensio
Placenta
|
Placenta/sebagian selaput tidak lengkap.
Perdarahan segera setelah bayi lahir.
|
Uterus berkontraksi tetapi tinggi Furdus tidak
berkurang.
|
Tertinggalnya sebagian placenta.
|
Uterus tidak teraba
Lumen vagina terisi massa
Tampak tali
pusat (bila placenta belum lahir)
|
Neurogenik shock
Pucat dan limbung
|
Inversio Uteri
|
Sub.Invelusi Uterus
Nyeri tekan perut bawah dan pada uterus
perdarahan Lokhsa makopurulen dan berbau
(bila disertai
infeksi)
|
·
Anemia
·
demam
|
Endometritis
Atau, sisa
fragmen placenta
(terinfeksi
atau tidak)
|
2.2.5. Penanganan
Perdarahan post partum
Berupa :
1.
mencegah perdarahan post partum
2.
mengobati perdarahan kala uri
3.
mengobati perdarahan post partum pada atonia uteri
Cara
mengobati perdarahan kala uri :
1. memberikan oksitosin
2.
mengeluarkan
plasenta menurut cara Credee (1-2 kali)
3. mengeluarkan plasenta dengan tangan.Penanganan
Perdarahan post partum
2.2.2. Komplikasi
1.
Memudahkan terjadinya:
1)
Anemia yang berkelanjutan
2)
Infeksi puerperium.
2.
Terjadi rehrosis hipofisis anterior dan sindrom sheehan
1)
Kelemahan umum (Asthenia)
2)
Menurunnya berat badan sampai cachexia
3)
Penurunan fungsi sexsual
4)
Memudarnya tanda-tanda seks sekunder
5)
Turunnya metabolisme – hipotensi
6)
Amenarea sekunder
3.
Kematian perdarahan post partum
2.2.3. Pencegahan
Cara
mencegah perdarahan post partum yaitu memeriksa keadaan fisik, keadaan
umum, kadar hemoglobin, golongan darah dan bila mungkin tersedia donor darah.
Sambil mengawasi persalinan, dipersiapkan keperluan untuk infus dan obat-obatan
penguat rahim atau uterotonika. Setelah ketuban pecah, kepala janin mulai
membuka vulva, infus di pasang dan sewaktu bayi lahir diberikan satu ampul
metergin atau kombinasi dengan lima satuan sintosinon atau sintometrin
intravena. Hasilnya biasanya memuaskan.
Pencegahan terjadinya perdarahan post partum merupakan
tindakan utama, sehingga dapat menghemat tenaga, biaya dan mengurangi
komplikasi.
Upaya preventif dapat
dilakukan dengan :
1. Meningkatkan kesehatan ibu, sehingga tidak
terjadi anemia semasa kehamilan.
2.
Melakukan persiapan pertolongan persalinan
3.
Meningkatkan usaha penerimaan KB
4. Melakukan
pertolongan persalinan di rumah sakit
bagi ibu yang mengalami perdarahan post partum habitualis.
5. Memberikan uterolunika segera setelah
persalinan bayi, sehingga persalinan placenta dipercepat dan mengurangi
perdarahan.
2.2.4. Pertolongan khusus
S
Pada perdarahan karena atonia uteri dan retensio placenta :
1.
Melakukan placenta manual
2.
Pemijatan otot rahim secara bimanual atau
3. Pemberian utero tonika im / iv dengan drip
4. Melakukan pemasangan tampon uterovaginal
selama 24 jam dengan dacier kateter.
5. Bila gagal dilakukan tindakan operasi
Ligan ateri hipogastrika / histerektomi.
S Pada perdarahan yang disebabkan oleh
trauma / perlukaan jalan lahir :
1. Evaluasi tempat luka dengan menggunakan
Spekulum.
2. Melakukan Ligasi bekas luka trauma
persalinan.
S Pada perdarahan yang disertai
hipofibrinogenemia, yaitu :
1.
Solusi placenta
1)
Infus cairan pengganti
2)
Utero tonika dosis adekuat
3)
Tambahan fibrinogen langsung
4)
Dapat
diberikan tranfusi dengan jumlah darah cukup.
2.
Intrauterine fetal death / missed abortion
1)
Pemeriksaan
darah disertai analisa faktor pembekuan darah.
2)
Berikan
fibrinogen dalam dosis yang cukup.
3.
Emboli air ketuban.
·
Ketuban pecah diikuti sesak napas, frekuensi
detak jantung meningkat, menggigil, kedinginan, sianosis, shock dan dalam waktu
singkat meninggal.
·
Bahaya perdarahan disebabkan oleh gangguan
fungsi pembekuan darah atau sindrom hipofibrinogenemia.
S
Perdarahan Past Partum Sekunder.
Sebagian
besar disebabkan oleh placenta rest. Penanganannya adalah :
1. Pemasangan infus untuk persiapan kuretase.
2. Pemberian narkose ringan seperti ketalar,
pentalal atau,
3. Melakukan kuretase diikuti dengan
pemberian utera tonika.
S Tiga hal yang harus diperhatikan dalam
menolong persalinan dengan komplikasi perdarahan post partum :
1.
menghentikan perdarahan
2.
mencegah timbulnya syok
3.
mengganti darah yang hilang.
S Pengeluaran plasenta dengan tangan segera
sesudah janin lahir dilakukan bila :
1. menyangka akan terjadi perdarahan post
partum
2. perdarahan banyak atau lebih dari 500 cc
3. retensio plasenta
4. melakukan tindakan obstetri dalam narkosa
5. riwayat perdarahan post partum pada
persalinan yang lalu.
S Pencegahan
terjadinya perdarahan post partum merupakan tindakan utama, sehingga dapat
menghemat tenaga, biaya dan mengurangi komplikasi.
Upaya preventif dapat
dilakukan dengan :
- Meningkatkan kesehatan ibu, sehingga tidak
terjadi anemia semasa kehamilan.
-
Melakukan persiapan pertolongan persalinan secara
-
Meningkatkan usaha penerimaan KB
- Melakukan
pertolongan persalinan di rumah sakit
bagi ibu yang mengalami perdarahan post partum habitualis.
- Memberikan uterolunika segera setelah
persalinan bayi, sehingga persalinan placenta dipercepat dan mengurangi
perdarahan.
S
Pertolongan khusus
Pada perdarahan karena atonia uteri dan retensio placenta :
-
Melakukan placenta manual
-
Pemijatan otot rahim secara bimanual atau
- Pemberian utero tonika im / iv dengan drip
- Melakukan pemasangan tampon uterovaginal
selama 24 jam dengan dacier kateter.
- Bila gagal dilakukan tindakan operasi
Ligan ateri hipogastrika / histerektomi.
S Pada perdarahan yang disebabkan oleh
trauma / perlukaan jalan lahir :
- Evaluasi tempat luka dengan menggunakan
Spekulum.
- Melakukan Ligasi bekas luka trauma
persalinan.
S Pada perdarahan yang disertai
hipofibrinogenemia, yaitu :
▪
Solusi placenta
-
Infus cairan pengganti
-
Utero tonika dosis adekuat
-
Tambahan fibrinogen langsung
- Dapat diberikan tranfusi dengan jumlah darah cukup
▪
Intrauterine fetal death / missed abortion
- Pemeriksaan darah disertai analisa faktor
pembekuan darah.
- Berikan fibrinogen dalam dosis yang cukup.
▪
Emboli air ketuban.
-
Ketuban pecah diikuti sesak napas, frekuensi detak
jantung meningkat, menggigil, kedinginan, sianosis, shock dan dalam waktu
singkat meninggal.
-
Bahaya perdarahan disebabkan oleh gangguan fungsi
pembekuan darah atau sindrom hipofibrinogenemia.
S
Perdarahan Past Partum Sekunder.
Sebagian
besar disebabkan oleh placental rest. Penanganannya adalah :
- Pemasangan infus untuk persiapan kuretase.
- Pemberian narkose ringan seperti ketalar,
pentalal atau,
- Melakukan kuretase diikuti dengan
pemberian utera tonika.
2.2.
KONSEP DASAR ASUHAN KEBIDANAN
Untuk dapat
memberikan asuhan kebidanan secara baik, yang perlu dilaksanakan dengan
menerapkan pendekatan proses manajemen kebidanan. Untuk itu penulis akan
menguraikan berdasarkan studi kepustakaan yang berhubungan dengan asuhan
kebidanan.
1. Definisi
Asuhan
kebidanan adalah aktifitas atau intervensi yang dilaksanakan oleh bidan kepada
klien yang mempunyai kebutuhan atau permasalahn yang khususnya dalam bidang
kesejahteraan klien, anak dan KB.
Manajemen
kebidanan adalah suatu metode dengan pendekatan pemecah masalah kesehatan yang
digunakan oleh bidan dalam pemberian pelayanan dan asuhan kebidanan .
Dalam
asuhan kebidanan, penulis menggunakan tujuh langkah Hellen Varney :
I. Pengkajian
Langkah
awal proses askeb yaitu mengumpulkan data, mengolah data dan menganalisa data
yang diperoleh dalam bentuk data subyektif, data obyektif dan data penunjang
yang akan memberikan gambaran keadaan kesehatan klien.
A. Data Subjektif
Adalah data
yang diperoleh dari hasil anamnesa dari klien, keluarga dan anggota tim
kesehatan lain yang mencakup semua keluhan klien pada masalah kesehatan yang
dialaminya. Anamnesa ini meliputi :
a.
Biodata
Nama yang jelas dan lengkap, bila perlu nama
panggilan sehari – hari.
Umur dicatat dalam tahun, sebaiknya juga
ditanyakan tanggal lahir klien, umur berguna untuk mengantisipasi pasti
diagnosa masalah kesehatan dan tindakan yang akan dilakukan.
Suku / bangsa perlu dicatat karena hal tersebut
sangat berpengaruh dalam kehidupan termasuk kesehatan. Disamping itu memudahkan
dalam melakukan pendekatan dan melakukan asuhan kebidanan.
agama perlu dicatat karena hal tersebut sangat
berpengaruh dalam kehidupan termasuk kesehatan. Disamping itu memudahkan dalam
melakukan pendekatan dan melakukan asuhan kebidanan.
pendidikan klien perlu ditanyakan untuk
mengetahui tingkat intelektualnya. Tingkat pendidikan mempengaruhi sikap
perilaku kesehatan seseorang.
Pekerjaan dicatat untuk mengetahui sejauh mana
pengaruh kesehatan klien dalam pembiayaan.
Alamat perlu dicatat untuk
mempermudah hubungan bila keadaan mendesak. Misalnya memerlukan bantuan
keluarga, alamat juga dapat memberikan petunjuk keadaan lingkungan tempat
tinggal klien.
Dari biodata ini diharapkan
dapat memberikan gambaran tentang faktor resiko, keadaan social, ekonomi dan
pendidikan klien serta keluarga yang dapat mempengaruhi kesembuhan klien.
b.
Keluhan Utama
Keluhan utama ditanyakan untuk
mengetahui alasan pasien datang ke fasilitas pelayanan kesehatan.
Pada kasus ibu postpartum
normal misalnya, keluhan utamanya adalah karena ia ingin memeriksakan kembali
kesehatannya setelah persalinan atau pada kasus postpartum patologis, ibu
datang ke fasilitas pelayanan kesehatan karena demam, keluar darah segar dalam
jumlah banyak, nyeri, infeksi luka jahitan dan lain – lain.
c.
Riwayat menstruasi
Data ini memang tidak secara
langsung berhubungan dengan masa nifas, namun dari data yang kita peroleh kita
akan mempunyai gambaran tentang keadaan dasar dari organ reproduksinya.
Beberapa data yang harus kita peroleh dari riwayat menstruasi antara lain :
- menarche adalah usia pertama
kali mengalami menstruasi. Wanita indonesia pada umumnya mengalami menarche
sekitar 12 sampai 16 tahun.
- siklus menstruasi adalah
jarak menstruasi yang dialami dengan menstruasi berikutnya, dalam hitungan
hari. Biasanya sekitar 23 sampai 32 hari.
- volume. Data ini menjelaskan
seberapa banyak darah menstruasi yang dikeluarkan. Kadang kita akan kesulitan
untuk mendapatkan data yang valid. Sebagai acuan biasanya kita gunakan kriteria
banyak, sedang, dan sedikit. Jawaban yang diberikan oleh pasien biasanya
bersifat subyektif, namun kita dapat kaji lebih dalam lagi dengan beberapa
pertanyaan pendukung, misalnya sampai berapa kali mengganti pembalut dalam
sehari.
d. Status
perkawinan
ini penting untuk dikaji karena dari data
ini kita akan mendapatkan gambaran mengenai suasana rumah tangga pasangan.
Beberapa pertanyaan yang dapat diajukan antara lain sebagai berikut :
- berapa tahun usia ibu ketika menikah
pertama kali?
- Lama pernikahan?
- Ini adalah suami yang ke?
e. Riwayat
kehamilan, persalinan, nifas, dan kb yang lalu
Hal ini penting untuk mengetahui faktor
resiko pada persalinan berikutnya. Yang perlu ditanyakan : kehamilan, penolong,
apakah masalah/gangguan kesehatan yang timbul sewaktu hamil dan melahirkan,
seperti perdarahan, kelainan letak juga riwayat pre eklamsi. Selain itu
ditanyakan pula tempat melahirkan, cara melahirkan(spontan atau dengan
tindakan) begitu juga dengan kelahiran anak meliputi BB, PB, jenis kelamin, dan
keadaan sekarang (hidup atau mati).
f. Riwayat Kehamilan Sekarang
Yang ditanyakan usia
kehamilan, kapan dan dimana ANC berapa kali, dimana, dan kapan pernah dapat
imunisasi, jika ya kapan, dimana, berapa kali, obat - obatan yang didapatkan
dan keluhan yang dirasakan. Informasi apa yang didapatkan waktu periksa hamil.
g.
Riwayat Persalinan Sekarang
Kita tanyakan bagimana proses
persalinannya, mulai datang keluhan sampai
persalinan kala I dan IV nya untuk
melakukan penatalaksanaan yang tepat sesuai dengan masalahnya.
h. Riwayat kesehatan yang lalu
Dari data
riwayat kesehatan ini dapat digunakan sebagai “penanda” akan adanya penyulit
selama masa nifas. Adanya perubahan fisik dan fisiologis pada masa nifas yang
melibatkan seluruh sistem dalam tubuh akan mempengaruhi organ yang mengalami gangguan.
Beberapa data penting tentang riwayat kesehatan pasien yang perlu kita ketahui
adalah apakah pasien pernah menderita penyakit
menular (TBC, AIDS, hepatitis), menahun (Asma, jantung, hipertensi), dan
menurun (DM, Asma, Hipertensi).
i. Riwayat
kesehatan keluarga
Dari data riwayat kesehatan ini dapat
digunakan sebagai “penanda” penyakit menular
(TBC, AIDS, hepatitis), menahun (Asma, jantung, hipertensi), dan menurun (DM,
Asma, Hipertensi).
j.
Pola kehidupan sehari - hari
pola nutrisi
Perlu ditanyakan bagaimana
pemenuhan nutrisi selama dirumah sakit, apakah klien menghabiskan porsi yang
disajikan, apakah sudah sesuai dengan kebutuhan ibu nifas. Begitu juga dengan
cairan yang diberikan.
pola eliminasi
Apakah setelah melahirkan sudah
BAB, bagaimana konsistensinya, warna, bau dan kapan. Begitu juga bagaimana
dengan BAKnya, berapa kali sehari, apakah mengalami kesulitan atau sudah pergi
ke kamar mandi sendiri. Dalam keadaan normal, klien dapat BAK secara spontan
dalam 8 jam setelah melahirkan, sedangkan BAB biasanya tertunda 2 sampai 3 hari
setelah melahirkan.
Pola istirahat
Setelah melahirkan apakah klien
dapat istirahat atau tidur sesuai kebutuhannya. Berapa jam klien tidur dalam
sehari dan apakah ada kesulitan selama ibu melakukan istirahat. Kebutuhan
istirahat dan tidur selama phase taking hold dimana klien ingin seklai menerima
tanggung jawab sebagai ibu. Kebutuhan tidur ± 8 jam pada malam hari dan 1 jam
pada siang hari.
Pola aktifitas
Ditanyakan kemampuan aktifitas
setelah melahirkan. Sejauh mana ibu melakukan ambulasi dini, apakah mengalami
hambatan atau kesulitan. Mobilisasi hendaknya dilakukan secepatnya.
5.
Pola personal hygiene
Setelah melahirkan apakah dapat
melaksanakan mandi sendiri di kamar mandi, bagaimana kebersihan alat
kemaluannya apakah dicuci memakai sabun, bagaimana mengenai pembalut, kapan
ganti dan berapa kali. Begitu juga dengan kebersihan payudara. Hal ini perlu
diperhatikan untuk mencegahsumber infeksi dan memberi rasa nyaman. Segera
setelah klien cukup kuat/ sehat boleh mandi minimal kurang lebih 1 jam PP dan
dilakukan 2X sehari. Begitu juga dengan kebersihan vagina dilakukan 2X sehari
(mandi pagi dan mandi sore), maksimal setiap kali BAB/BAK. Sedangkan pembalut
diganti setiap kali BAB dan setiap perawatan. Kebersihan payudara juga
dilakukan minimal 2X sehari selama mandi
k.
Riwayat psikososial
Yang perlu dikaji adalah
bagaimana sikap klien terhadap interaksi yang dilakukan:
Hari
ke 3 – 10 : terjadi phase taking hold, kadang terjadi postpartum bluess
Hari ke >10 :
terjadi phase letting go
l. Riwayat
Sosial budaya
Yang ditanyakan adalah
kebiasan yang ada dilingkungan klien. Kebiasaan yang menunjang seperti
selamatan / selapan / tujuh bulanan. Rencana meneteki sampai usia berapa.
Kebiasaan yang menghambat seperti minum jamu, pijat dan ibu dilarang untuk
keluar rumah selama hamil.
m.
Riwayat spiritual
Data ini
diperlukan untuk mengetahui kebiasaan beragama/ketaatan pasien terhadap
agamanya.
B. Data obyektif
Adalah data
yang dikumpulkan melalui pemeriksaan fisik secara inspeksi palpasi, auscultasi.
Data objektif ini meliputi :
a. Pemeriksaan
Keadaan Umum
Langkah awal pemeriksaan fisik
adalah dengan inspeksi atau periksa pandang secara berurutan dari kepala sampai
kaki, keadaan umum ditunjukan pada keadaan klien, kesadaran, tensi, suhu, nadi,
pernafasan, BB, TB, dan cara berjalan. Bila hal itu semua dalam batas normal
berarti tidak ada gangguan kesehatan pada klien.
b. Pemeriksaan fisik
.) Inspeksi
Kepala
dan Rambut : simetris/tidak, bersih/tidak,
warna , rontok/tidak, berketombe/tidak.
Muka : simetris/tidak, pucat/tidak , oedema/ tidak , ada
chloasma gravidarum / tidak.
Mata
: simetris/tidak,
sklera mata ikterus / tidak,
konjungtiva merah anemi/ tidak, ada bintik bitot/tidak.
Hidung :
simetris/tidak, bersih/tidak, ada sekret/tidak, ada polip/ tidak , ada
pernafasan cuping hidung/tidak.
Mulut
dan gigi : simetris/tidak, mukosa
bibir lembab /kering,stomatitis / tidak, cyanosis/ tidak , ada caries/tidak
Telinga
: simetris/tidak,
bersih/tidak, ada serumen/tidak
Leher
:
ada pembesaran kelenjar limfe/ tidak, ada pembesaran kelenjar tiroid/ tidak dan
ada bendungan vena jugularis/ tidak.
Dada
:
simetris/ tidak, ada tarikan intercostae/ tidak, pernafasan teratur/ tidak
Payudara
: simetris/ tidak,keadaan puting
susu, hiperpigmentasi areola mammae/tidak, ada pembesaran kelenjar montgommery
/ tidak,
Perut : ada linea alba/ tidak ,
ada linea nigra / tidak dan ada striae gravidarum/tidak , ada bekas jahitan SC
/ tidak.
Genetalia : ada varises/ tidak, oedema/
tidak.
Anus :
ada hemorroid/ tidak
Ekstremitas
Atas : oedema/tidak,
Bawah :oedema/tidak, ada gangguan pergerakan / tidak.
2.)
Palpasi
Kepala :
tidak ada massa/ benjolan .
Leher : Ada
bendungan vena jugularis/tidak dan
kelenjar thyroid / tidak.
Dada :
Ada massa pada payudara / tidak.
Abdomen :
kontraksi uterus baik/tidak ,
konsis- tensi keras/tidak, besar TFU
Ekstrimitas
Atas
: odema/ tidak, ada nyeri
tekan/tidak.
Bawah :
odema/ tidak, ada nyeri tekan/tidak.
3.)
Perkusi
Refleks patella +/+
4.)
Auskultasi
Dada : ada
whezzing/tidak atau ronchi.
c. Pemeriksaan penunjang
Merupakan data yang
diperoleh dari hasil laborat, yang perlu dilakukan dalam pemeriksaan laborat
adalah Hb, leukosit,eritrosit, trombosit, PCV, Gula darah acak.
II. Identifikasi Diagnosa
Diagnosa
kebidanan adalah hasil analisis dan perumusan masalah yang doputuska sesuai
dengan teori dan masalah yang sering terjadi pada ibu nifas HPP.
III. Identifikasi diagnosa
potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosisi potensial
lain berdasarkan rangkaian masalah yang lain juga. Langkah ini membutuhkan
antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil terus mengamati
kondisi klien.
IV. Identifikasi kebutuhan tindakan segera
Dalam pelaksanaannya terkadang bidan dihadapkan
pada beberapa situasi yang memerlukan penanganan segera dimana bidan harus
segera melakukan tindakan untuk menyelamatkan pasien. Kadang juga berada pada
situasi pasien yang memerlukan tindakan segera sementara menunggu instruksi
dokter, atau bahkan mungkin juga situasi pasien memerlukan konsultasi dengan
tim kesehatan lain.
V. Intervensi
Tahap ini merupakan langkah lanjutan dari diagnosa
kebidanan, yang bertujuan untuk membantu mengatasi masalah dan memenuhi
kebutuhan klien. Perenacanaan yang tersusun merupakan padoman untuk
melaksanakan tindakan perawatan kebidanan, metode kemampuan berfikir analitik
dan rasional.
VI. Implementasi
Langkah pelaksanaan dalam manajemen kebidanan,
dilaksanakan oleh bidan berdasarkan rencana yang ditetapkan. Pada langkah ini
bidan dituntut melakukan tindakan kebidanan secara mandiri, tetapi di dalam
pelaksanaan penyelesaian kasus klien sewaktu – waktu bidan harus juga
melaksanakan kegiatan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya, antara lain dokter
obgin, perawat, ahli gizi, dan sebagainya.
VII. Evaluasi
Merupakan tahap akhir dari keseluruhan proses
asuhan kebidanan. Evaluasi ditulis dalam bentuk catatan perkembangan yang
meliputi subyektif, assesment dan planing ( SOAP ) .
BAB 3
TINJAUAN KASUS
Asuhan Kebidanan
pada NY ”N” P20002 Post Partum hari ke-1
Dengan HPP (Hemorrhage Post Partum) Primer
Di Ruang
Bersalin RS Brawijaya Surabaya .”
3.1. PENGKAJIAN
Tanggal
: 7 Juni 2010 Oleh : Anike Putri Mardani
Jam : 14. 30 wib
3.1.1. Data Subyektif
A. Biodata
Nama Ibu : Ny “N” Nama
Suami
: Tn “S”
Umur : 32 tahun Umur
: 35 tahun
Suku / bangsa
: Jawa/Indonesia Suku
/ bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam Agama
: Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan
: SMA
Pekerjaan : - Pekerjaan
: Swasta
Alamat : Jl. Diponegoro Alamat : Jl. Diponegoro
II/13 II/13
No. Telp :
08133256XXXX
No. Register :
15.57.43
B. Keluhan utama
Ibu mengatakan mengalami perdarahan yang banyak
setelah melahirkan dan tubuhnya terasa lemas dan lemah.
C. Riwayat menstruasi
Menarche : umur 14 tahun
Siklus : 30 hari teratur
Banyaknya : 2 softek/ hari
Lamanya : 7 hari
Sifat darah : Encer, warna merah
Fluor albus : Ya, sebelum menstruasi, bau normal,
warna putih
Dismenorea : Ya, saat haid
D. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Ha-
mil
ke
|
Ka-win
ke
|
Keha
milan
|
Persalinan
|
Bayi
|
Nifas
|
Ket.
|
||||||
UK
|
Jnis p’
salinan
|
Tmt
P’salinan
|
komplikasi
|
Peno-
long
|
PB/BB
J.Kelamn
|
Keadan/umur
|
keadaan
|
laktasi
|
||||
ibu
|
janin
|
|||||||||||
1
|
1
|
9 bln
|
SC
|
RS. Muslimat, jombang
|
-
|
Letsu
|
dokter
|
3200 gram
48 cm
♂
|
Hidup/
6 tahun
|
Normal
|
Susu formula
|
|
2
|
1
|
9 bln
|
Spt b
|
RS brawijaya
|
-
|
-
|
bidan
|
3000 gram
53 cm
♂
|
Hidup
|
HPP
|
ASI
|
|
E. Riwayat kehamilan ini
Ibu mengatakan
ini adalah anak ke – 2, dengan usia kehamilan 40 minggu. Ibu mengatakan suntik
TT 2X yaitu saat CPW dan pada kehamilan pertama. Ibu melakukan ANC sebanyak 4
kali ke bidan dengan keluhan :
Trimester I : nafsu makan menurun
Trimester II : tidak ada keluhan
Trimester III
: pusing
HPHT : 11 september 2009
TP : 18 juni 2010
F. Riwayat Persalinan Sekarang
Klien masuk kamar bersalin jam 04.35 wib
dengan indikasi inpartu dan terjadi perdarahan post partum setelah 2 jam PP.
banyak sekali tanpa berhenti (± 400 cc).
Bayi lahir normal jam 14.30 wib di RS Brawijaya. PB/BB 53 cm/3000 gr
Placenta lahir spontan lengkap, perdarahan ± 200 cc
Perineum Lacerasi Hc ± 4 cm
Selama di BPS, pada saat Impartu kala I dilakukan oxitocyn drip 5 UI dalam
500 ml DS % dengan indikasi pemanjangan fase latin, sampai pemb. Lengkap dan
memasuki kala dua, setelah bayi lahir
diberikan oxitocyn 10 UI 1M (menjadi aktif kala III) terpasang infus RL 2
cabang (tangan kanan/kiri) grojok.
G. Status perkawinan
Berapa kali menikah : 1 kali
Usia saat menikah : 25 tahun
Lama perkawinan : 7 tahun
H. Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan
tidak pernah menderita penyakit menular seperti (TBC, Hepatitis, AIDS), menahun
seperti (asma, jantung, hipertensi), dan menurun (DM, asma, hipertensi).
I. Riwayat
penyakit keluarga
Ibu mengatakan
dalam keluarga tidak ada yang terkena penyakit menular seperti (TBC, Hepatitis,
AIDS), menahun seperti (asma, jantung, hipertensi), dan menurun (DM, asma,
hipertensi).
J. Pola kebiasaan sehari – hari
Pola
|
Sebelum
MKB
|
Selama
MKB
|
Nutrisi
|
Ibu mengatakan makan 3X sehari porsi sedang, dengan
menu : nasi, lauk, sayur kadang buah, minum 6 – 7 gelas /hari
|
Ibu makan 3x sehari, menu nasi, sayur, lauk dengan
porsi kecil. Minum air matang 5-6 gelas per hari
|
Eliminasi
|
BAK : Ibu mengatakan kencing 3 – 4X /hari, warna kuning
jernih, bau khas.
BAB : Ibu mengatakan berak 1X/hari, warna kuning,
konsistensi lunak, bau khas
|
Setelah ibu melahirkan ibu belum BAB dan BAK
|
Personal
Hygiene
|
Ibu mengatakan mandi 2X/hari, gosok gigi 3X/hari, ganti
baju 2X/hari, mencuci rambut 2X/minggu
|
Ibu diseka petugas
|
Istirahat
|
Ibu mengatakan tidur siang ± 2 jam/ hari
Malam ± 8
jam/hari
|
Ibu hanya tiduran di tempat tidur karena keadaannya
cemas
|
Aktifitas
|
Ibu mengatakan mengerjakan pekerjaan rumah sendiri
bersama suami
|
Ibu melakukan mobilisasi dengan miring ke kanan dan ke
kiri
|
Seksualitas
|
Ibu mengatakan tidak pernah melakukan hubungan seks 3
bulan terakhir
|
Ibu mengatakan belum melakukan hubungan seks
|
K. Riwayat
kontrasepsi
Ibu mengatakan
sebelumnya memakai kontrasepsi spiral kemudian dilepas dikarenakan ingin
mempunyai anak lagi.
L. Riwayat Psikososial
- Ibu mengatakan sangat senang
menerima kelahiran anaknya yang ke dua.
- Suami dan keluarga sangat
mengharapkan kelahiran bayinya.
- Ibu menanyakan bagaimana
dengan keadaan perdarahannya.
3.1.2. Data
Obyektif
A. Pemeriksaan Fisik Umum
Keadaan umum : Lemah
Kesadaran :
Composmentis
Tanda-tanda vital :
TD : 100/70 mmHg
Nadi : 93x/menit
Suhu
: 36,20C
RR : 20x/menit
Berat badan :
54 kg
Tinggi badan :
156 cm
Ukuran lila :
23 cm
B. Pemeriksaan Fisik khusus
a.
Kepala : simetris, kulit kepala bersih, tidak ada
ketombe, distribusi merata, warna rambut hitam, tidak rontok bila dicabut,
tidak ada benjolan.
b.
Muka : bentuk simetris, tidak ada oedema, tidak pucat
c.
Mata : bentuk simetris, sclera putih, konjungtifa
pucat, tidak ada luka, tidak
konjungtifitis, tidak ada bintik bitot.
d.
Hidung : bentuk simetris, tidak ada polip, bersih,
tidak ada secret.
e.
Mulut dan gigi : bersih, tidak berbau, bibir sedikit pucat,
tidak ada stomatitis, tidak ada caries, tidak ada peradangan tonsil.
f.
Telinga : bentuk simetris, keadaan bersih, tidak ada
serumen, tidak ada kelainan, pendengaran normal.
g.
Leher : tidak ada pembengkakan vena jugularis, tidak
ada pembesaran kelenjar tyroid, dan tidak ada pembesaran kelenjar limfa, tidak
ada gangguan gerak.
h.
Dada /thorax : tidak ada tarikan / retraksi dada, tidak ada
ronchi dan wheezing.
i.
Payudara : simetris, konsistensi lunak, hiperpigmentasi
areola mammae, tidak ada luka, bersih, tidak ada benjolan, putting susu
menonjol.
j.
Abdomen : ada luka bekas operasi, hiperpigmentasi linea
alba dan linea nigra terdapat strie albican dan strie livide TFU 2 jari bawah
pusat kontraksi uterus lembek.
k.
Genetalian : perdarahan yang terus mengalir dari vagina
berwarna merah segar terdapat robekan perineum Hc 4 cm, tidak ada odema, tidak
ada varises, tidak ada condiloma, tidak ada bartolinites.
l.
Anus : Bersih, tidak ada
hemmoroid
m.
Ekstremitas :
Atas
: bentuk simetris,
tidak oedema, kuku tidak cyanosis, tangan kanan/kiri tidak pucat, tidak ada
sindaktili, tidak ada polidaktili.
Bawah : bentuk
simetris, tidak oedema, kuku tidak cyanosis, tangan kanan/kiri tidak pucat,
tidak ada sindaktili, tidak ada polidaktili.
C. Pemeriksaan Dalam
cerviks membuka, tidak ada sisa placenta, terdapat stolsel-stolsel darah,
terdapat robekan cervix pada jam 09.00
D. Pemeriksaan PEnunjang
HB : 6,5 gr % golongan darah AB
Cek DL, FH, RFT
(Hasil terlampir)
Kesimpulan
a. P20002 dengan HPP + Atomia Uteri +
Robekan cervix + Anemis
3.2. IDENTIFIKASI DIAGNOSA
DAN MASALAH
Diagnosa : NY ”N” P20002 Post Partum hari ke-1 Dengan HPP (Hemorrhage
Post Partum) Primer.
DS :
Ibu mengatakan habis melahirkan jam 19.35 WIB, anak yang pertama, keluar darah
banyak dan mengeluhkan lemas.
DO : Keadaan umum : Lemah
Kesadaran :
Composmentis
Tanda-tanda vital : TD : 100/70 mmHg
Nadi :
93x/menit
Suhu :
36,20C
RR : 20x/menit
Perdarahan setelah 2 jam PP ± 500 cc
Palp : perut kendor, kontraksi
uterus lembek, TFU 2 jari bawah pusat
Pemeriksaan Dalam : cerviks membuka,
tidak ada sisa placenta terdapat stolsel – stolsel darah, terdapat robekan
cerviks pada jam 09.00
Akral dingin pada Ekstrimitas,
turgor kulit menurun
Cek HB : 6,5 gr %
Masalah : - perdarahan setelah 2 jam PP ± 500 cc dari
jalan lahir
- keadaan umum lemah, akral
dingin, turgor kulit menurun.
-
Pemeriksaan dalam :
terdapat robekan cervixs pada jam 09.00
Kebutuhan : - Lakukan eksplorasi dan penjahitan robekan
cerviks
-
Hentikan perdarahan
-
Perbaiki keadaan
umum
-
Rehidrasi cairan
-
Tranfusi Darah
-
Massage fundus Uteri
3.3. IDENTIFIKASI DIAGNOSA POTENSIAL
Potensial terjadi syok
hemorrhage sampai kematian
3.4. KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA
1. Kolaborasi dengan dokter obgyn untuk tindakan kuret
2. Infus RL grojok
3. Infus RL drip piton 2 amp ( tetesan
maintenent )
4. Lakukan
eksplorasi 2 penjahitan robekan cervixs
5. Transfusi
Darah
3.5. INTERVENSI
Tujuan : Setelah diberikan asuhan
kebidanan selama 1x24 jam diharapkan keadaan ibu sehat dan perdarahan dapat teratasi.
Kriteria hasil : Keadaan umum baik
Tanda – tanda vital dalam batas normal yaitu
:
TD : 110/70 –
130/80 mmHg
Nadi :
80 – 100x/menit
Suhu :
36,5 – 37,5 º C
RR :
16 – 20x/menit
perdarahan berhenti, contraksi uterus baik (
keras )
Keadaan umu baik, turgor kulit baik, akral
hangat.
TTU dalam batas normal
Conjungtiva tidak anemis
HB kembali normal ( 10 –
11 gr % )
Intervensi :
1. Lakukan pendekatan
terapeutik pada klien, suami dan keluarga
Rasional : Dengan pendekatan terapeutik akan terjalin kerjasama yang baik
antara ibu dan petugas kesehatan
2. Lakukan observasi TTV, TFU,
kontraksi uterus & perdarahan.
Rasional : Untuk mengetahui status kesehatan ibu saat ini
3. Jelaskan pada ibu dan
keluarga tentang kondisi ibu saat ini
Rasional :
Dengan menjelaskan kondisi ibu dapat mempermudah asuhan yang diberikan dan ibu
lebih kooperatif terhadap tindakan yang akan dilakukan
4. Lakukan kolaborasi dengan
dokter SPOG dalam pemberian terapi
Rasional
: Kolaborasi dapat mempermudah tindakan
5.
Berikan rehidrasi cairan
Rasional : mencega terjadinya shock
hipovolemic
6.
Lakukan massage pada
uterus
Rasional : Untuk
mengganti cairan yang hilang dan mencegah dehidrasi karena perdarahan.
7. Lakukan pemeriksaan darah (
HB, DL, FH )
Rasional
: fungsi interdependent
8. Bantu semua kebutuhan dasar
klien dan anjurkan klien bedrest.
Rasional : memebantu proses
penyembuhan
.3.6. IMPLEMENTASI
Tanggal : 7 Juni 2010 Jam :
16.00 wib
1.
Melakukan pendekatan terapeutik pada ibu, suami, dan
keluarga dengan komunikasi yang baik, tidak menyinggung perasaan ibu dan ramah.
2. Melakukan observasi TTV, TFU,
kontraksi uterus & perdarahan.
3. Menjelaskan pada ibu dan
keluarga tentang kondisi ibu saat ini :
Keadaan
umum : Lemah
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda
vital : TD : 100/70 mmHg
Nadi : 93x/menit
Suhu
: 36,20 C
RR :
20x/menit
Menjelaskan pada ibu bahwa ibu mengalami
pendarahan post partum, beritahu keluarga agar dapat mempersiapkan darah untuk
ibu sehingga perdarahan dan darah yang keluar + 650 cc
4. Melakukan kolaborasi dengan
dokter SPOG dalam pemberian terapi
-
Memperbaiki keadaan
umum fleksus aktif
-
Infus RL dengan drip
piton 2 Amp
-
Eksplorasi jalan
lahir didapatkan :
·
Cerviks membuka, didapatkan sisa placenta 2 kotiledon
·
SAR dan SBR Intack
·
Cerviks didapatkan
robekan cerviks pada jam 17.00
·
Vagina intack
·
Luka jahitan perineum baik (tidak terjadi perdarahan)
- Dilakukan penjahitan pada cerviks jam 09.00
- Pemberian therapy
·
Misoprostole, 4
tab/rectal
·
Test Ampicillin
hasil negative (-)
·
Injeksi ampicillin 2
gr
·
Injeksi Antoxiclau 3 x 1 gr
·
Injeksi metergin 1
Amp
·
InjeksiTransamin 3 x
1 Amp
5.
Memberikan Rehidrasi Cairan berupa :
- Infuse RL grojok pada tangan kanan.
- Infus RL dengan drip piton 2 amp pada tanagan kiri
c. Memberikan minum klien ( 1
gelas teh hangat ).
6. Melakukan massage uterus
secara terus menerus sampai kontraksi uterus keras
7. Melakukan kolaborasi dengan
LAB. Untuk pemeriksaan.
·
HB : 6,5 gr % (cito). Gol.Darah AB
·
DL. FH dan RFT
terlampir
·
A/P Dokter
·
Tranfusi darah WB 3
bag sampai HB lebih dari 8 gr
8.
Membantu semua
kebutuhan dasar klien meliputi: Makan /minum, BAK/BAB, memandikan /membersihkan
klien dan semua kebutuhan dan keperluan klien serta anjurkan klien untuk
bedrest.
3.7. EVALUASI
Tanggal :
7 Juni 2010 Jam : 20.00 wib
S :
Ibu mengatakan badannya masih lemah
O : Keadaan umum : Baik
Kesadaran :
Composmentis
Tanda-tanda vital : TD : 100/60 mmHg
Nadi
: 112x/menit
Suhu
: 370C
RR : 20x/menit
Akral hangat, turgor kulit baik
Perdarahan ½ kotek
Kontraksi uterus baik (keras), TFU 2 Jari
bawah pusat
A : P20002
Post partum dengan HPP + Atonia Uteri + Robekan Cervixs + Anemis
P : - Observasi perdarahan
- Observasi TTV dilajutkan,
- cek Hb ulang → Hb 8 gr %
- memperbaiki keadaan umum ibu.
Tanggal :
7 Juni 2010 Jam : 22.00 wib
S : - ibu mengatakan
keadaannya sudah lebih baik
- perdarahan sudah berhenti
O : Keadaan umum : Baik
Kesadaran :
Composmentis
Tanda-tanda vital : TD : 120/80 mmHg
Nadi : 88x/menit
Suhu
: 36,50C
RR : 16x/menit
akral hangat, turgor kulit baik
Perdarahan ½ kotek
Kontraksi uterus baik (keras), TFU 2 Jari
bawah pusat
A : P20002
Post partum dengan HPP + Atonia Uteri + Robekan Cervixs + Anemis
P : - Observasi di lanjutkan
- Observasi TTV dilajutkan,
- px pindah ke ruang nifas
- memperbaiki keadaan umum ibu.
Tanggal : 8 Juni 2010 Jam : 07.00 wib
S : - ibu mengatakan
keadaannya sudah lebih baik
- perdarahan sudah berhenti
O : Keadaan umum : Baik
Kesadaran :
Composmentis
Tanda-tanda vital : TD : 110/60 mmHg
Nadi : 90x/menit
Suhu
: 36,70C
RR : 18x/menit
Akral hangat, turgor kulit baik
Perdarahan ½ kotek
Kontraksi uterus baik (keras), TFU 2 Jari
bawah pusat
A : P20002
Post partum tujuan tercapai
P : - Observasi di lanjutkan
- Observasi cek Hb → Hb 10 gr %,
- tranfusi di hentikan
materinya kelihatannya bagus, tapi sayang ga kebaca karena background juga warna tulisannya
BalasHapusmakasih mba postingannya bermanfaat, kunjungi dan follow http://naurazulfa.blogspot.com/ untuk sekedar komentar dan saranya :)
BalasHapusuntuk sumbernya di cantumkan
BalasHapus