Senin, 17 Oktober 2011

CA SERVIKS

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG
      Beberapa wanita menunda pemeriksaan sampai timbul kebutuhan yang spesifik, seperti kehamilan, penyakit, perdarahan vagina yang tidak normal, atau pengeluaran rabas berlebihan dari vagina. Kebutuhan akan perawatan kesehatan bervariasi menurut budaya agama, usia dan perbedaan kepribadian. Perubahan status dan peran wanita, status sosial ekonomi, pendidikan dan keadaan pribadi menciptakan perbedaan prilaku kesehatan wanita. Pekerjaan di luar rumah, cacat fisik, perubahan tempat tinggal, perpisahan atau perceraian, orang tua tunggal dan status menjanda mempengaruhi kemampuan wanita untuk mencari perawatan (Bobak. Lowdermilk Jensen, 2004 : 967).
Masalah kesehatan reproduki perlu mendapat perhatian dari semua pihak karena dampaknya luas menyangkut berbagai aspek kehidupan dan menjadi parameter kemampuan negara dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat. Kesehatan alat reproduksi sangat erat hubungannya dengan angka kematian ibu dan angka kematian anak. (Ida bagus Gde Manuaba, 1999 : 7)
Bidan sebagai petugas kesehatan diharapkan dapat memberikan pelayanan kesehatan seoptimal mungkin dengan meningkatkan pelayanan yang bermutu dan menyeluruh.


1.2. TUJUAN PENULISAN
I.2.1. Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa mampu melaksanakan Asuhan Kebidanan secara nyata pada klien dengan suspect kanker serviks menggunakan pendekatan manajemen kebidanan Varney.
I.2.2.Tujuan Khusus
Tujuan khusus yang akan dicapai adalah mampu melakukan :
1.      Melakukan Pengkajian baik secara subyektif maupun obyektif kepada ibu dengan suspect kanker serviks.
2.      Mengintepretasikan data dasar dan merumuskan diagnosa kebidanan pada ibu dengan suspect kanker serviks.
3.      Menentukan diagnosa potensial pada ibu dengan suspect kanker serviks.
4.      Menentukan tindakan segera pada ibu dengan suspect kanker serviks.
5.      Membuat rencana asuhan kebidanan pada pada ibu dengan suspect kanker serviks.
6.      Melaksanakan tindakan asuhan kebidanan pada ibu dengan suspect kanker serviks.
7.      Mengevaluasi tindakan asuhan kebidanan pada ibu dengan suspect kanker serviks.

1.3. METODE PENULISAN
Metode penulisan yang digunakan dalam proses penyusunan laporan ini adalah :
1.   Metode pendekatan deskriptif yaitu metode yang sifatnya mengungkapkan peristiwa dan gejala yang terjadi.
2.   Teknik pengumpulan data dan pengidentifikasian data melalui observasi, wawancara, pemeriksaan fisik, studi dokumen dan studi kepustkaan.
3.   Sumber data primer dari klien dan data sekunder dari keluarga dan petugas kesehatan.

1.4. LOKASI  DAN  WAKTU
1.4.1. Lokasi
   Asuhan Kebidanan ini disusun saat penulis melaksanakan praktek lapangan di ruang di Ruang Bersalin RS RSI Darus Syifa Surabaya.
1.4.2. Waktu
Penyusunan asuhan kebidanan ini dilakukan pada saat jam kerja ruang bersalin sip pagi yaitu pukul 07.00 s/d 14.00 WIB.

1.5. SISTEMATIKA  PENULISAN
      Sistematika penulisan laporan ini terdiri dari :
      LEMBAR JUDUL
      LEMBAR PENGESAHAN
      KATA PENGANTAR
      DAFTAR ISI
      BAB I        Pendahuluan meliputi latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, lokasi dan waktu, serta sistematika penulisan.
BAB II       Landasan teori meliputi Konsep Dasar kanker serviks terdiri dari : Definisi, Etiologi, Faktor Resiko, Prognosis dan Gejala Klinis, Diagnosa dan Staging, Penatalaksanaan, Pencegahan dan Skrining Kanker Serviks, Pemeriksaan penunjang, dan Konsep Dasar Asuhan Kebidanan terdiri dari : Pengkajian Data, Interpretasi Data, Identifikasi Diagnosa Potensial, Kebutuhan Tindakan Segera, Intervensi, Implementasi, Evaluasi.
BAB III      Tinjauan kasus meliputi Pengkajian Data, Interpretasi Data, Identifikasi Diagnosa Potensial, Kebutuhan Tindakan Segera, Intervensi, Implementasi, Evaluasi.
      BAB IV     Penutup meliputi kesimpulan dan saran.
      DAFTAR PUSTAKA


BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1. KONSEP DASAR KANKER SERVIKS
2.1.1. Definisi
Kanker serviks adalah kanker yang terjadi pada leher rahim (mulut rahim), yaitu suatu daerah yang menghubungkan rahim (uterus) dengan vagina. Kanker ini adalah jenis kanker yang biasanya tumbuh lambat pada wanita dan memengaruhi mulut rahim (bagian yang menghubungkan antara rahim dan vagina). Kanker ini sifatnya tidak diturunkan melainkan dipengaruhi oleh aktifitas seksual yang disebabkan oleh virus HPV (human papilomma virus).
Departemen Kesehatan menyatakan bahwa kanker serviks merupakan penyakit tumor ganas di leher rahim yang dapat menyebar (metastasis) ke organ-organ yang lain dan dapat menyebabkan kematian. Ini sependapat dengan Sarwono dalam bukunya “ilmu kandungan” dikatakan bahwa tumor ganas pada serviks uteri adalah karsinoma. Sebagian besar berjenis epidermoid (91%); adenoma karsinoma hanya merupakan bagian kecil (±9%). Disamping itu, terdapat campuran antara epidermoid dan adenoma karsinoma dan jarang sekali ditemukan sarkoma. (Sarwono, 1991 : 321). Singkatnya, kanker serviks merupakan karsinoma ginekologi yang paling banyak di derita oleh wanita.
Sedangkan, menurut FKUI (1990) dan FKKP (1997) kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal disekitarnya. (Criz, About Cervix Cancwe, http://christianty.wordpress.com)
Lebih lanjut, Kanker serviks ini ditandai dengan adanya pertumbuhan sel-sel yang tidak lazim (abnormal) yang memakan waktu bertahun-tahun sebelum menjadi sel-sel kanker. Oleh karena itu, masa ini dapat dilakukan deteksi dini agar tidak semakin berlanjut.
Dengan demikian, kanker serviks adalah kanker yang terjadi pada serviks uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina).

2.1.2. Etiologi
Perjalanan penyakit karsinoma serviks merupakan salah satu model karsinogenesis yang melalui tahapan atau multistep, dimulai dari karsinogenesis yang awal sampai terjadinya perubahan morfologi hingga menjadi kanker invasif.
Adapun penyebab pasti kanker serviks belum diketahui, namun banyak teori yang menyebutkan penyakit ini disebabkan antara lain; bahan karsinogenik, penyakit kelamin, gizi buruk, kebersihan. (Suhatno dalam seminar "perfect health and perfect skin experience for the modern woman"). Sedangkan, menurut pernyataan yang dikeluarkan WHO hingga saat ini penyebab kanker serviks adalah 99% berhubungan dengan HPV (Human Papilomma Virus). Hal ini sependapat dengan Badan Riset Kanker Internasional yang mengatakan bahwa kanker serviks sebagian besar disebabkan oleh HPV yang telah ditemukan positif pada lebih dari 95% kasus kanker serviks.
HPV adalah sejenis virus yang menyerang manusia dengan ragam cukup banyak, yaitu sekitar 100-120 tipe tapi sebagian besar secara medis tidak berbahaya. Dari jumlah tipe HPV tersebut, 20-40 diantaranya menyerang anogenital (area kelamin termasuk kulit penis, mulut rahim, vagina, dan anus).
Pada tipe HPV dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu :
§   Tipe HPV rendah yaitu HPV 6 dan 11. Tipe ini tidak menyebabkan kanker, hanya menyebabkan kutil disekitar daerah kemaluan.
§   Tipe HPV tinggi yaitu HPV 16 dan 18. tipe ini dpat meyebabkan kanker serviks.
Selanjutnya, penularan virus ini disebarkan melalui kontak dengan daerah genital, baik dengan berhubungan seksual, kontak kulit dengan kulit di daerah kelamin atau sentuhan oral, tangan, dan dari ibu ke bayi yang dilahirkan. Untuk itu, bagi setiap wanita yang aktif secara seksual beresiko lebih tinggi untuk terkena kanker serviks.
Selain kanker serviks, virus HPV juga menyebabkan masalah lain seperti; cervikal dysplasia (pertumbuhan sel serviks abnormal), genital warts (kutil di alat kelamin), kanker vulva, dan lain-lain.

2.1.3. Faktor Resiko
            Ada beberapa faktor resiko dan predisposisi yang dapat meningkatkan terjadinya kanker serviks, antara lain :
§   Hubungan seksual pada usia muda atau pernikahan pada usia muda.
Faktor resiko utama karena semakin muda seorang wanita melakukan hubungan seks maka semakin besar resiko untuk terkena kanker serviks. Berdasarkan penelitian para ahli, wanita yang melakukan hubungan seks pada usia kurang dari 17 atau 20 tahun mempunyai resiko 3 (tiga) kali lebih besar daripada yang menikah pada usia lebih dari 20 tahun.
§   Berganti-ganti pasangan seksual yang tidak jelas.
Perilaku seksual yang menyimpang dengan berganti-ganti pasangan seks akan meningkatkan penularan penyakit kelamin. Penyakit yang ditularkan seperti infeksi Human Papilloma Virus  (HPV) terbukti dapat meningkatkan timbulnya knker serviks, penis dan vulva. Resiko terkena kanker serviks menjadi 10 kali lipat pada wanita yang mempunyai partner seksual 6 orang atau lebih. Selain itu, virus herpes simpleks tipe 2 (HSV-2) pun dapat menjadi faktor pendamping.
§   Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)
Wanita perokok lebih memiliki resiko 2 kali lebih besar dari yang tidak merokok. Penelitian menunjukkan, lendir serviks pada wanita perokok mengandung nikotin dan zat-zat lainnya yang akan menurunkan daya tahan serviks sehingga merangsang terbentuknya ko-karsinogen infeksi virus.
Sedangkan pemakaian AKDR akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi di serviks, kemudian menjadi infeksi yang berupa radang terus menerus dan berakibat sebagai pencetus terbentuknya kanker serviks.
§   Defisiensi zat gizi.
Penelitian menyimpulkan bahwa defisiensi asam folat, vitamin C, dan Vitamin A (beta karoten dan rerinol) dapat meningkatkan resiko terjadinya displasia ringan dan sedang, serta menimbulkan kanker serviks karena tidak dapat memperbaiki/memperkuat mukosa di serviks.
§   Infeksi herpes genitalis atau klamidia menahun. 
§   Gangguan sistem kekebalan
§   Jumlah kehamilan dan partus
§   Hygiene dan sirkumsisi. Kanker serviks mudah terjadi pada wanita dengan pasangan non-sirkumsisi karena hygiene penis tidak terawat.
§   Faktor sosial ekonomi, berkaitan dengan status gizi, imunitas, dan kebersihan seseorang. Pada golongan status ekonomi rendah, umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang memengaruhi imunitas tubuh.
Trauma kronis pada serviks, seperti persalinan, infeksi, dan iritasi menahun.




2.1.4. Prognosis dan Gejala Klinis
a. Prognosis
Prognosis kanker serviks tergantung pada stadium penyakit. Stadium kanker merupakan faktor kunci yang menentukan pengobatan apa yang akan dilakukan. Berikut ini gambaran prognosis kanker serviks sebagai berikut :


§         Stadium 0
Kanker noninvasive, kanker dini ini kecil dan hanya terbatas pada permukaan serviks.
Stadium I
Kanker hanya terbatas pada serviks
Stadium II
Kanker pada stadium ini termasuk serviks dan uterus, namun belum menyebar ke dinding pelvis atau bagian bawah vagina
Stadium III
Kanker pada stadium ini telah menyebar dari serviks dan uterus ke dinding pelvis atau bagian bawah vagina.
Stadium IV
Pada stadium ini kanker telah menyebar ke organ terdekat , seperti kandung kemih atau rectum, atau telah menyebar ke daerah lain di dalam tubuh, seperti paru-paru, hati atau tulang.
b. Gejala Klinis Kanker Serviks
 Adapun gejala klinis dari kanker serviks dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu :
*                  Stadium Dini
Masa tanpa gejala (stadium dini) merupakan masa dimana penderita tidak merasakan keluhan apa pun atau tanda-tanda khas, meski sebenarnya proses kanker sedang berlangsung.
*                  Stadium Lanjut
Gejala yang bisa timbul pada stadium lanjut, meliputi :
§         Gejala keputihan atau keluar cairan encer dari kelamin wanita (vagina). Getah ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan.
§         Perdarahan sesudah bersenggama (post coital bleeding) yang kemudian berlanjut menjadi perdarahan yang abnormal.
§         Perdarahan sesudah mati haid (menopause).
§         Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi perdarahan kronis.
§         Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah billa ada radang panggul. Bila nyeri terjadi di daerah pinggang ke bawah kemungkinan terjadi hidronefrosis. Selain itu, bisa juga timbul nyeri di tempat-tempat lainnya.
§         Pada fase invasif, dapat keluar cairan kuning-kekuningan, berbau dan dapat bercampur dengan darah.
§         Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi, edema kaki, timbul iritasi kandung kencing dan poros usus besar bawah (rektum), terbentuknya fistel vesikovaginal atau rektovaginal, atau timbul gejala-gejala akibat metastasis jauh.
      Gejala tersebut muncul karena adanya penyebaran sel ganas ke berbagai organ tubuh lainnya, baik penyebaran secara langsung melalui pembuluh darah maupun saluran getah bening.

2.1.5. Diagnosa dan Staging
Staging untuk kanker serviks berdasarkan pemeriksaan klinis dibutuhkan pemeriksaan yang teliti dan cermat dalam menegakkan diagnosis. Apabila terdapat keraguan pada stadium klinis maka dianjurkan pemeriksaan berikut ini untuk membantu penegakkan diagnosis, seperti palpasi, inspeksi, komposkopi, kuretase endoserviks, histeroskopi, sistoskopi, proktoskopi.
Sedangkan kecurigaan infiltrasi pada kandung kemih dan saluran pencernaan, sebaiknya dipastikan dengan biopsi, konisasi (mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviks dan epithel gepeng serta kelenjarnya), amputasi serviks dapat dilakukan untuk pemeriksaan klinis. Untuk interpretasi dari ultrasonografi, CT-scan dan MRI sampai saat ini belum digunakan secara baik karena hasilnya sangat subyektif.
Adapun pemeriksaan patologi anatomi setelah prosedur operasi dapat menjadi data yang akurat untuk penyebaran penyakit, tetapi penemuan ini tidak dianjurkan untuk menjadi perubahan diagnosis staging sebelumnya. Nomenklatur TNM lebih sesuai untuk penemuan ini.
Tabel 1. Staging Karsinoma Serviks Menurut FIGO


2.1.6. Penatalaksanaan
         a. Manajemen Tumor Insitu
Manajemen yang tepat untuk karsinoma insitu adalah biopsi dengan kolposkopi oleh onkologis berpengalaman untuk mengekslusi kemungkinan invasi sebelum terapi dilakukan. Pilihan terapi disesuaikan dengan usia pasien, kebutuhan fertilisasi, dan kondisi medis lainnya. Hal ini bertujuan untuk mengidentifikasi penyebaran penyakit dengan baik.
Karsinoma insitu digolongkan sebagai "high grade skuamous intraepitelial lesion" (HGSIL). Beberapa terapi yang dapat digunakan adalah loop electrosurgical excision procedure (LEEP), konisasi, krioterapi dengan bimbingan kolposkopi, dan vaporisasi laser. Pada seleksi kasus yang ketat maka LEEP dapat dilakukan selain konisasi, karena memiliki keunggulan dapat bertindak sebagai biopsi luas untuk pemeriksaan lebih lanjut.  Dan faktor keberhasilannya mencapai 90% sedangkan konisasi mencapai 70-92%. Teknik lain terapi karsinoma insitu adalah krioterapi, evaporasi laser pada HGSIL.

b. Manajemen Mikroinvasif
Diagnosis untuk stadium IA1 dan IA2 dapat ditegakkan setelah biopsi cone dengan batas sel-sel normal, trakelektomi atau histerektomi. Bila biopsi cone positif menunjukkan CIN III (kanker invasif) maka sebaiknya dilakukan biopsi cone ulang, dikhawatirkan stadium penyakit lebih tinggi (IB). sedangkan kolposkopi dianjurkan untuk menghilangkan kemungkinan adanya vagina intraeputelial neoplasia (VAIN) sebelum dilakukan terapi definitif.
                               Terapi pada stadium IA1 dapat dilakukan dengan histerektomi total (baik abdominal
            maupun vaginal), dan bila ada VAIN maka vagina harus diangkat. Untuk pertimbangan fertilisasi 
            pada stadium ini, dapat dilakukan biopsi cone diikuti pap smear dengan interval 4 bulan, 10 bulan, 
            dan 12 bulan. Sedangkan terapi stadium serviks IA2 dengan penyebaran pada kelenjar limfe 
            sampai 10% adalah modified radical hysterectomy diikuti dengan limfadenektomi. Pertimbangan 
            fertilisasinya dapat dilakukan biopsi cone yang luas disertai limfadenektomi laparoskopi (radikal 
            trakelektomi dengan limfadenektomi laparoskopi). Dan observasi selanjutnya menggunakan pap 
            smear dengan interval 4 bulan, 10 bulan, dan 12 b ulan.
c. Manajemen Karsinoma Invasif Stadium Awal
Stadium awal karsinoma serviks invasif adalah stadium IB sampai IIA (<4 cm) dengan prognosis yang baik apabila diterapi dengan operasi atau radioterapi. Ukuran tumor merupakan faktor prognostik yang penting untuk kesembuhan atau angka harapan hidup 5 tahunnya. Jenis operasi yang dianjurkan untuk stadium IB dan IIA (dengan massa <4 cm) adalah modified radical hysterectomy atau radical abdominal hysterectomy disertai limfadenektomi selektif. Selanjutnya dilakukan radiasi apabila terdapat penyebaran pada kelenjar limfe paraaorta di sekitar pelviks.
c. Manajemen Karsinoma Invasif Stadium Lanjut
Ukuran tumor primer penting sebagai faktor prognostik. Pengobatan yang dapat dilakukan adalah radioterapi lengkap, dilanjutkan penyinaran intrakaviter. Akan tetapi, variasinya berupa pemberian kemoterapi seperti sisplatin, paclitaxel, 5-fluorourasil, docetaxel, dan gemcitabine. Sedangkan pengobatan bersifat paliatif bila stadium mencapai IVB.

2.1.7. Pencegahan dan Skrining Kanker Serviks
Kematian penderita kanker serviks terjadi karena pengobatan sudah terlambat dan sudah stadium lanjut. Padahal, pada stadium dini sudah dapat disembuhkan. Sebagimana pendapat ahli obgyn dari New York University, dr. Steven R. Goldstein mengatakan kuncinya adalah "deteksi dini".
a.       PAP SMEAR
Saat ini, senjata ampuh untuk mencegah kanker serviks adalah bentuk skrining yang dinamakan "pap smear". Pap smear adalah suatu pemeriksaan sitologi yang diperkenalkan oleh Dr. GN. Papanicolaou pada tahun 1943 untuk mengetahui keganasan (kanker) dengan mikroskop.
Berikut ini prosedur pap smear, sebagai berikut :
Pasien dalam keadaan berbaring terlentang, sebuah alat "spekulum" akan dimasukkan ke liang senggama. Alat ini berfungsi membuka dan menahan dinding vagina supaya tetap terbuka sehingga memungkinkan pandangan yang bebas dan leher rahim terlihat jelas. Sel-sel leher rahim diambil dengan cara mengusap leher rahim dengan sebuah alat "spatula" kemudian usapannya dioleskan pada obyek glass untuk dikirim ke laboratorium patologi. Waktu pelaksanaan adalah seminggu/ 2 minggu setelah berakhirnya masa menstruasi, jika menopause boleh kapan saja.
Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar berikut ini :

Dalam perkembangannya, para ahli obgyn dan kolposkopi menetapkan protokol skrining sebagai berikut :
§         Skrining awal yang dilakukan wanita setelah berhubungan seksual (vaginal intercourse) selama kurang lebih 3 tahun dan umurnya kurang dari 21 tahun saat pemeriksaan.
§         Skrining untuk wanita dibawah usia 30 tahun beresiko, dianjurkan menggunakan thinprep/sitologi serviks dengan liquid-base method setiap 1-3 tahun.
§         Pemeriksaan DNA HPV dengan pap smear untuk wanita dengan usia si atas 30 tahun. Apabila keduanya negatif maka pemeriksan diulang 3 tahun kemudian.
§          Skrining dihentikan apabila usia mencapai 70 tahun atau lebih dan telah dilakukan 3 kali pemeriksaan berturut-turut dengan hasil negatif.
Selain dengan skrining dan pap smear, tak dipungkiri masih memerlukan strategi treatment yang terkait dengan kondisi pra-kanker. Beberapa hal yang dapat dilakukan sebagai berikut :
§         Vaksinasi HPV. Data hasil penelitian terbaru dari konferensi IPV (International Papilloma Virus) ke-24 di Beijing menunjukkan bahwa vaksin kanker serviks yang sudah ada di Indonesia saat ini efektif dan bisa memberikan perlindungan pada wanita hingga usia 45 tahun. Vaksin ini mencegah 91% infeksi menetap, kelainan ringan, lesi pra-kanker, dan kutil pada daerah kelamin yang disebabkan oleh virus HPV tertentu.
§         Penggunaan kondom. Para ahli meyakini bahwa kondom benar-benar mengurangi resiko penularan virus penyebab kutil kelamin dan banyak kasus kenker serviks. Hal ini berdasarkan hasil pengkajian dari 82 orang yang dipublikasikan di New England Journal of Medicine yang mengatakan 70% lebih beresiko kecil terkena kanker serviks.
§         Sirkumsisi pada pria. Hal ini berhubungan dengan penurunan resiko infeksi HPV pada penis dan kasus pria dengan riwayat multiple seksual partner sehingga mengurangi wanita yang berhubungan dengan mereka.
§         Tidak berhubungan intim dengan pasangan seksual yang berganti-ganti (setia pada pasangan).
§         Memelihara kesehatan tubuh.

b.      IVA (Inspeksi Visual dengan Aplikasi Asam Asetat)
         Deteksi dini kanker serviks dapat juga dilakukan dengan teknik visualisasi tanpa alat dengan hasil yang efektif, aman, praktis, dan murah yang dikenal dengan istilah IVA (Inspeksi Visual dengan Aplikasi Asam Asetat). Teknik visualisasi IVA ini diperkenalkan oleh Sankaranarayanan, dkk. Pelaksanaan teknik ini menggunakan aplikasi asam asetat yang dapat dilakukan oleh dokter, bidan, atau paramedis lainnya.
Pemeriksaan IVA dianjurkan bagi wanita berusia 30 – 50 tahun dan sudah melakukan hubungan seksual yang mana pemeriksaannya dapat dilakukan kapan saja, minimal 5 (lima) tahun sekali. (Maksum, 2009 : 4).
Adapun hal yang harus diperhatikan saat melakukan pemeriksaan IVA adalah :
a)      SSK (Sambungan Skuamo Kolumnar)
Apabila SSK terlihat maka hasilnya memuaskan. Sebaliknya, apabila SSK tampak sebagian atau tidak terlihat seluruhnya maka IVA tidak memuaskan.
b)      Zona Transformasi
Apabila tidak ada lesi maka zona transformasi normal. Sebaliknya, apabila ada lesi maka zona transformasi abnormal.
Berikut ini teknik pemeriksaan IVA, sebagai berikut :
a)      Kien dalam posisi lithotomi.
b)      Dipasang spekulum cocor bebek dengan penerangan lampu 100 watt.
c)      Pemeriksa menampakkan serviks untuk mengenali 3 (tiga) hal, yaitu curiga kanker, curiga infeksi, atau serviks normal dengan daerah transformasi yang dapat/tidak dapat ditampakkan.
d)      Bila serviks tampak normal dengan daerah transformasi yang dapat dikenali seluruhnya maka permukaan serviks dibasahi dengan asam asetat 5%.
e)      Tunggu 1 – 2 menit sambil mengamati perubahan yang terjadi pada serviks.
f)        Hasil negatif, apabila tidak didapatkan gambaran epithel putih pada daerah transformasi.
g)      Hasil positif/atipik, apabila didapatkan gambaran epithel putih pada daerah transformasi.
Untuk tindak lanjut yang dapat dilakukan adalah :
a)      Bila IVA negatif maka pemeriksaan IBA ulang 5 (lima) tahun kemudian.
b)      Bila IVA positif dan telah mendapatkan pengobatan krioterapi maka kontrol pasca tindakan 2 minggu dan pemeriksaan ulang IVA 3 (tiga) bulan.
Selanjutnya, untuk memudahkan pemahaman mengenai teknik pemeriksaan IVA, perhatikan alur pemeriksaan IVA di bawah ini :

2.3. KONSEP DASAR ASUHAN KEBIDANAN
Untuk dapat memberikan asuhan kebidanan secara baik, yang perlu dilaksanakan dengan menerapkan pendekatan proses manajemen kebidanan. Untuk itu penulis akan menguraikan berdasarkan studi kepustakaan yang berhubungan dengan asuhan kebidanan.
1.      Definisi
Asuhan kebidanan adalah aktifitas atau intervensi yang dilaksanakan oleh bidan kepada klien yang mempunyai kebutuhan atau permasalahn yang khususnya dalam bidang kesejahteraan klien, anak dan KB.
Manajemen kebidanan adalah suatu metode dengan pendekatan pemecah masalah kesehatan yang digunakan oleh bidan dalam pemberian pelayanan dan asuhan kebidanan .
Dalam asuhan kebidanan, penulis menggunakan tujuh langkah Hellen Varney :

2.2.1. Pengkajian
Langkah awal proses askeb yaitu mengumpulkan data, mengolah data dan menganalisa data yang diperoleh dalam bentuk data subyektif, data obyektif dan data penunjang yang akan memberikan gambaran keadaan kesehatan klien.

A.  Data Subjektif
Adalah data yang diperoleh dari hasil anamnesa dari klien, keluarga dan anggota tim kesehatan lain yang mencakup semua keluhan klien pada masalah kesehatan yang dialaminya. Anamnesa ini meliputi :
a.      Biodata
 Nama yang jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari – hari.
Umur dicatat dalam tahun, sebaiknya juga ditanyakan tanggal lahir klien, umur berguna untuk mengantisipasi pasti diagnosa masalah kesehatan dan tindakan yang akan dilakukan.
ƒ Suku / bangsa perlu dicatat karena hal tersebut sangat berpengaruh dalam kehidupan termasuk kesehatan. Disamping itu memudahkan dalam melakukan pendekatan dan melakukan asuhan kebidanan.
agama perlu dicatat karena hal tersebut sangat berpengaruh dalam kehidupan termasuk kesehatan. Disamping itu memudahkan dalam melakukan pendekatan dan melakukan asuhan kebidanan.
pendidikan klien perlu ditanyakan untuk mengetahui tingkat intelektualnya. Tingkat pendidikan mempengaruhi sikap perilaku kesehatan seseorang.
Pekerjaan dicatat untuk mengetahui sejauh mana pengaruh kesehatan klien dalam pembiayaan.
p Alamat perlu dicatat untuk mempermudah hubungan bila keadaan mendesak. Misalnya memerlukan bantuan keluarga, alamat juga dapat memberikan petunjuk keadaan lingkungan tempat tinggal klien.
Dari biodata ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang faktor resiko, keadaan social, ekonomi dan pendidikan klien serta keluarga yang dapat mempengaruhi kesembuhan klien.

b.      Keluhan Utama
Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien datang ke fasilitas pelayanan kesehatan.
c.       Riwayat menstruasi
Data ini memang tidak secara langsung berhubungan dengan kehamilan, namun dari data yang kita peroleh kita akan mempunyai gambaran tentang keadaan dasar dari organ reproduksinya. Beberapa data yang harus kita peroleh dari riwayat menstruasi antara lain :
- menarche adalah usia pertama kali mengalami menstruasi. Wanita indonesia pada umumnya mengalami menarche sekitar 12 sampai 16 tahun.
- siklus menstruasi adalah jarak menstruasi yang dialami dengan menstruasi berikutnya, dalam hitungan hari. Biasanya sekitar 23 sampai 32 hari.
- volume. Data ini menjelaskan seberapa banyak darah menstruasi yang dikeluarkan. Kadang kita akan kesulitan untuk mendapatkan data yang valid. Sebagai acuan biasanya kita gunakan kriteria banyak, sedang, dan sedikit. Jawaban yang diberikan oleh pasien biasanya bersifat subyektif, namun kita dapat kaji lebih dalam lagi dengan beberapa pertanyaan pendukung, misalnya sampai berapa kali mengganti pembalut dalam sehari.
d.   Status perkawinan
      ini penting untuk dikaji karena dari data ini kita akan mendapatkan gambaran mengenai suasana rumah tangga pasangan. Beberapa pertanyaan yang dapat diajukan antara lain sebagai berikut :
      - berapa tahun usia ibu ketika menikah pertama kali?
      - Lama pernikahan?
      - Ini adalah suami yang ke?
e.   Riwayat kehamilan, persalinan, nifas, dan kb yang lalu
      Hal ini penting untuk mengetahui faktor resiko pada persalinan berikutnya. Yang perlu ditanyakan : kehamilan, penolong, apakah masalah/gangguan kesehatan yang timbul sewaktu hamil dan melahirkan, seperti perdarahan, kelainan letak juga riwayat pre eklamsi. Selain itu ditanyakan pula tempat melahirkan, cara melahirkan(spontan atau dengan tindakan) begitu juga dengan kelahiran anak meliputi BB, PB, jenis kelamin, dan keadaan sekarang (hidup atau mati).
f.    Riwayat Kehamilan Sekarang
Yang ditanyakan usia kehamilan, kapan dan dimana ANC berapa kali, dimana, dan kapan pernah dapat imunisasi, jika ya kapan, dimana, berapa kali, obat - obatan yang didapatkan dan keluhan yang dirasakan. Informasi apa yang didapatkan waktu periksa hamil.
g.    Riwayat Persalinan Sekarang
Kita tanyakan bagimana proses persalinannya, mulai datang keluhan sampai  persalinan kala I dan IV nya untuk  melakukan penatalaksanaan yang tepat sesuai dengan masalahnya.
h.   Riwayat kesehatan yang lalu
Dari data riwayat kesehatan ini dapat digunakan sebagai “penanda” akan adanya penyulit selama masa nifas. Adanya perubahan fisik dan fisiologis pada masa nifas yang melibatkan seluruh sistem dalam tubuh akan mempengaruhi organ yang mengalami gangguan. Beberapa data penting tentang riwayat kesehatan pasien yang perlu kita ketahui adalah apakah pasien pernah menderita penyakit  menular (TBC, AIDS, hepatitis), menahun (Asma, jantung, hipertensi), dan menurun (DM, Asma, Hipertensi).
i.    Riwayat kesehatan keluarga
 Dari data riwayat kesehatan ini dapat digunakan sebagai “penanda” penyakit  menular (TBC, AIDS, hepatitis), menahun (Asma, jantung, hipertensi), dan menurun (DM, Asma, Hipertensi).
j.    Pola kehidupan sehari - hari
       pola nutrisi
      Perlu ditanyakan tentang pola makan, konsumsi, variasi, habis berapa porsi, jumlah, minum, baik sebelum MRS dan selama MRS.
      pola eliminasi
      Yang ditanya adalah frekuensi BAB, bagaimana konsistensinya, warna, bau dan kapan. Begitu juga bagaimana dengan BAKnya, bagaimana konsistensinya , berapa kali sehari,warnanya, baik sebelum MRS dan selama MRS. Apakah ada keluhan selama hamil.
      ƒ Pola istirahat
      Yang ditanyakan adalah istirahat siang jam berapa, malam jam berapa, baik sebelum MRS dan selama MRS dan Apakah ada keluhan selama hamil.
      Pola aktifitas
      Yang ditanya adalah kegiatan yang dilakukan oleh klien baik sebelum MRS dan selama MRS.
      Pola personal hygiene
      Yang ditayakan adalah berapa kali mandi, kapan ganti baju/pakaian dalam dan luar, gosok gigi berapa kali, keramas, ganti pembalut, apakah pernah melakukan perawatan payudara. Tayakan hal tersebut baik sebelum MRS dan selama MRS.


k.   Riwayat psikososial
      Bagaimana keadaan psikososial ibu pada saat mengalami keguguran, apakah bersedih, takut, trauma, biasa atau tidak ada masalah.
l.    Riwayat Sosial budaya
Yang ditanyakan adalah kebiasan yang ada dilingkungan klien. Kebiasaan yang menunjang seperti selamatan / selapan / tujuh bulanan. Kebiasaan yang menghambat seperti minum jamu, pijat dan ibu dilarang untuk keluar rumah selama hamil.
  m.  Riwayat spiritual
Data ini diperlukan untuk mengetahui kebiasaan beragama/ketaatan pasien terhadap agamanya.
  B.   Data obyektif
Adalah data yang dikumpulkan melalui pemeriksaan fisik secara inspeksi palpasi, auscultasi. Data objektif ini meliputi :
a.   Pemeriksaan Keadaan Umum
Langkah awal pemeriksaan fisik adalah dengan inspeksi atau periksa pandang secara berurutan dari kepala sampai kaki, keadaan umum ditunjukan pada keadaan klien, kesadaran, tensi, suhu, nadi, pernafasan, BB, TB, dan cara berjalan. Bila hal itu semua dalam batas normal berarti tidak ada gangguan kesehatan pada klien.
b.   Pemeriksaan fisik         
                                    1.) Inspeksi
                                          Kepala dan Rambut   : simetris/tidak, bersih/tidak, warna , rontok/tidak,   berketombe/tidak.
                                                         Muka                      : simetris/tidak, pucat/tidak , oedema/ tidak , ada chloasma gravidarum / tidak.
                                                         Mata                         : simetris/tidak, sklera mata ikterus /   tidak, konjungtiva merah anemi/ tidak, ada bintik bitot/tidak.
   Hidung                      : simetris/tidak, bersih/tidak, ada sekret/tidak, ada polip/ tidak , ada pernafasan cuping hidung/tidak.
               Mulut dan gigi    : simetris/tidak, mukosa bibir lembab /kering,stomatitis / tidak, cyanosis/ tidak , ada caries/tidak
                                                         Telinga                      : simetris/tidak, bersih/tidak, ada serumen/tidak
                                                         Leher                        : ada pembesaran kelenjar limfe/ tidak, ada pembesaran kelenjar tiroid/ tidak dan ada bendungan vena jugularis/ tidak.
                                                         Dada                         : simetris/ tidak, ada tarikan intercostae/ tidak, pernafasan teratur/ tidak
                                                         Payudara                   : simetris/ tidak,keadaan puting susu, hiperpigmentasi areola mammae/tidak, ada pembesaran kelenjar montgommery / tidak,
                                                        Perut                          : ada linea alba/ tidak , ada linea nigra / tidak dan ada striae gravidarum/tidak , ada bekas jahitan SC / tidak.
                                          Genetalia                   : ada varises/ tidak, oedema/ tidak.
                                          Anus                         : ada hemorroid/ tidak
                                          Ekstremitas
                                                  Atas                  : oedema/tidak,
                                                                 Bawah               : oedema/tidak, ada gangguan pergerakan / tidak.
                                                   2.) Palpasi
                                       Kepala                      : tidak ada massa/ benjolan .                  
                                                         Leher                        : Ada bendungan vena jugularis/tidak  dan kelenjar thyroid / tidak.
                                                         Dada                        : Ada massa pada payudara / tidak.
                                                         Abdomen                  : kontraksi uterus baik/tidak , konsis- tensi     keras/tidak, besar TFU
                                       Ekstrimitas                
                                          Atas                 : odema/ tidak, ada nyeri tekan/tidak.
                                          Bawah              : odema/ tidak, ada nyeri tekan/tidak.
         3.) Perkusi
Refleks patella +/+
         4.) Auskultasi
     Dada                          : ada whezzing/tidak atau ronchi.
c.   Pemeriksaan penunjang
            Merupakan data yang diperoleh dari hasil laborat, yang perlu dilakukan dalam pemeriksaan laborat adalah Hb, leukosit,eritrosit, trombosit, PCV, Gula darah acak.

2.2.2.  Identifikasi Diagnosa
Diagnosa kebidanan adalah hasil analisis dan perumusan masalah yang diputuskan sesuai dengan teori dan masalah yang sering terjadi pada ibu dengan suspect kanker serviks.

2.2.3. Identifikasi diagnosa potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosisi potensial lain berdasarkan rangkaian masalah yang lain juga. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil terus mengamati kondisi klien.

2.2.4. Identifikasi kebutuhan tindakan segera
Dalam pelaksanaannya terkadang bidan dihadapkan pada beberapa situasi yang memerlukan penanganan segera dimana bidan harus segera melakukan tindakan untuk menyelamatkan pasien. Kadang juga berada pada situasi pasien yang memerlukan tindakan segera sementara menunggu instruksi dokter, atau bahkan mungkin juga situasi pasien memerlukan konsultasi dengan tim kesehatan lain.

2.2.5. Intervensi
Tahap ini merupakan langkah lanjutan dari diagnosa kebidanan, yang bertujuan untuk membantu mengatasi masalah dan memenuhi kebutuhan klien. Perencanaan yang tersusun merupakan padoman untuk melaksanakan tindakan perawatan kebidanan, metode kemampuan berfikir analitik dan rasional.

2.2.6. Implementasi
Langkah pelaksanaan dalam manajemen kebidanan, dilaksanakan oleh bidan berdasarkan rencana yang ditetapkan. Pada langkah ini bidan dituntut melakukan tindakan kebidanan secara mandiri, tetapi di dalam pelaksanaan penyelesaian kasus klien sewaktu – waktu bidan harus juga melaksanakan kegiatan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya, antara lain dokter obgin, perawat, ahli gizi, dan sebagainya.

2.2.7. Evaluasi
Merupakan tahap akhir dari keseluruhan proses asuhan kebidanan. Evaluasi ditulis dalam bentuk catatan perkembangan yang meliputi subyektif, assesment dan planing ( SOAP ) .


 
BAB 3
TINJAUAN KASUS
Asuhan Kebidanan
Pada Ny “I” P50005 dengan suspect kanker serviks
Di RS RSI Darus Syifa Surabaya

3.1. PENGKAJIAN
Tanggal : 17 mei 2010                                                          Oleh : Anike Putri Mardani
Jam        : 10.00 wib
3.1.1. Data Subyektif
A. Biodata
Nama Ibu            : Ny “I”                             Nama Suami      : Tn “D”
Umur                   : 45 tahun                          Umur                 : 50 tahun
Suku / bangsa    : Jawa/Indonesia                  Suku / bangsa  : Jawa/Indonesia
Agama                : Islam                               Agama              : Islam
Pendidikan          : SMP                               Pendidikan        : SMA
Pekerjaan            : -                                      Pekerjaan          : Swasta
Alamat                : Jawu Kidul no 15            Alamat               : Jawu Kidul no 15
No. Telp              : 031-72225xxx

B. Keluhan utama
Ibu mengatakan keluar darah setelah berhubungan seksual.

C. Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu mengatakan keluar keputihan banyak, putih bening dan kental dari kemaluannya sejak ± 3 bulan. Ibu juga mengatakan mengalami gatal-gatal pada daerah kemaluannya, baunya tidak enak dan tidak ada nyeri. Ibu sudah melakukan pengobatan di bidan, tetapi belum juga sembuh. Kemudian berobat ke puskesmas benowo, lalu dirujuk ke RSI Darus Syifa Surabaya

D. Riwayat menstruasi
Menarche         : umur 14 tahun
Siklus               : 28 hari teratur
Banyaknya       : hari 1-4 2 kotek/hari, hari 5-7 1 kotek / hari
Lamanya          : 7 hari
Sifat darah        : Encer, warna merah segar pada hari 1-3, warna merah kecoklatan pada hari 4 – 5, warna merah kekuningan sampai putih pada hari 6 -7.
Dismenorea      : Tidak
Fluor albus       : Ya, sebelum menstruasi, bau normal, warna putih

E. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Ha-
mil
ke

Ka-win
ke
Keha
milan
Persalinan
Bayi
Bayi

Ket.
UK
Jnis p’
salinan
Tmt
P’salinan
komplikasi
Peno-
long
PB/BB
J.Kelamn
Keadan/umur
keadaan
laktasi
ibu
janin
1
1
9 bln
Spt b
RS
KPD
-
dokter
3000/49
15 th

baik
6 bulan

2
1
9 bln
Spt b
BPS
-
-
Bidan
3200, 50

13 th

baik
1 th


3
1
9 bln
Spt b
BPS
-
-
Bidan
3000/48

10 th

baik
1,5 th


4
1
9 bln
Spt b
BPS
-
-
Bidan
3300/50

9 th

baik
1 th


5
1
9 bln
Spt b
BPS
-
-
Bidan
    3400/51
2 th
baik
6 bln


F. Status perkawinan
    Berapa kali menikah     : 1 kali
    Usia saat menikah         : 14 tahun
    Lama perkawinan         : 31 tahun

G. Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular seperti (TBC, Hepatitis, AIDS), menahun seperti (asma, jantung, hipertensi), dan menurun (DM, asma, hipertensi).

H. Riwayat penyakit keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang terkena penyakit menular seperti (TBC, Hepatitis, AIDS), menahun seperti (asma, jantung, hipertensi), dan menurun (DM, asma, hipertensi).


I. Riwayat KB
Ibu mengatakan tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi apapun

I.    Pola Kebiasaan sehari – hari
·     Pola nutrisi
Ibu mengatakan makan 3X sehari dengan menu seimbang porsi sedang, dengan menu : nasi, lauk, sayur kadang buah, minum 6 – 7 gelas /hari
·     Pola Eliminasi
Ibu mengatakan buang air kecil 6-7x/hari berwarna jernih, konsistensi encer, lancar dan tidak nyeri,  buang air besar 1x/ hari konsistensi lembek, bau khas, warna kuning, tanpa nyeri dan tidak berdarah.
·     Pola Istirahat
Ibu mengatakan tidur siang ± 2 jam/ hari
Malam ±7- 8 jam/hari
·     Pola Aktifitas
Ibu mengatakan mengerjakan melakukan pekerjaan rumah Tangga seperti cuci baju, masak, menyetrika, mengepel dll.
·     Pola Personal Hygiene
Ibu mengatakan mandi 2x sehari, gosok gigi 2x/hari, ganti pakaian 2x/hari, ganti celana dalam 2x sehari (jika terasa basah) dan cuci rambut sebanyak 2x/minggu. Setiap selesai buang air besar dan kecil, ibu melakukan cebok dari arah depan ke belakang.
·     Pola Seksualitas
Ibu mengatakan tidak pernah melakukan hubungan seksual sejak dirinya sering mengeluarkan darah setelah berhubungan seksual dengan suami.

3.1.2. Data Obyektif
A. Pemeriksaan Fisik Umum
Keadaan umum            : Baik
Kesadaran                    : Composmentis
Tanda-tanda vital          : TD                 : 120/70 mmHg
                                            Nadi               : 84x/menit
                                            Suhu               : 36,80C
                                                  RR                 : 20x/menit
Berat badan                  : 53 kg
Tinggi badan                 : 156 cm

B. Pemeriksaan Fisik khusus
                         a.      Kepala                 :   simetris, kulit kepala bersih, tidak ada ketombe, distribusi merata, warna rambut hitam, tidak rontok bila dicabut, tidak ada benjolan.
                        b.      Muka                   :   bentuk simetris, tidak ada oedema, tidak pucat, tidak ada cloasma grafidarum
                         c.      Mata                    :   bentuk simetris, sclera putih, konjungtifa merah muda,  tidak ada luka, tidak konjungtifitis, tidak ada bintik bitot.
                        d.      Hidung                 :   bentuk simetris, tidak ada polip, bersih, tidak ada secret.
                         e.      Mulut dan gigi       :   bersih, bibir lembab, tidak berbau, tidak ada stomatitis, tidak ada caries, tidak ada peradangan tonsil.
                          f.      Telinga                 :   bentuk simetris, keadaan bersih, tidak ada serumen, tidak ada kelainan, pendengaran normal.
                         g.      Leher                   :   tidak ada pembengkakan vena jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, dan tidak ada pembesaran kelenjar limfa, tidak ada gangguan gerak.
                         h.      Dada /thorax        :   tidak ada tarikan / retraksi dada, tidak ada ronchi dan wheezing.
                           i.      Payudara              :   simetris, konsistensi lunak, tidak ada luka, bersih, tidak ada benjolan, putting susu menonjol.
                          j.      Abdomen             :   ada luka bekas operasi, perut tidak kembung, ibu terlihat tidak mual, tidak ada nyeri tekan Genetalian      :  tidak ada varices, tidak ada oedema, tidak aada kondiloma lata dan akuminata, tidak ada perdarahan.
                        k.      Genetalia              : Tidak ada odem/varises, tidak ada benjolan abnormal, kelenjar bartolini kanan dan kiri normal, kelenjar skene kanan dan kiri normal.
                           l.      Anus                    : Bersih, tidak ada hemmoroid
                       m.      Ekstremitas           :
    Atas                     : bentuk simetris, tidak oedema, kuku tidak cyanosis, tangan kanan/kiri tidak pucat, tidak ada sindaktili, tidak ada polidaktili.
    Bawah                  : bentuk simetris, tidak oedema, kuku tidak cyanosis, tangan kanan/kiri tidak pucat, tidak ada sindaktili, tidak ada polidaktili.


D. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal : 17 Mei 2010                             Jam : 10.20 wib       
VT : Vulva vagina tidak ada apa-apa, Kelenjar bartolini kanan dan kiri normal, Kelenjar skene kanan dan kiri normal, Portio berdungkul-dungkul rapuh, mudah berdarah, Cavum uteri retro fleksi, Besar uterus normal.

3.2. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH
        Diagnosa          : Pada Ibu P50005 dengan suspect kanker serviks.
DS                : Ibu mengatakan keluar darah setelah berhubungan seksual.   
                       Ibu mengatakan suaminya bekerja sebagai sopir yang jarang pulang.
                          Ibu mengatakan melakukan hubungan seksual pertama kali pada waktu awal menikah (umur 14 tahun).
        DO                  : Keadaan umum               : Baik
    Kesadaran                      : Composmentis
                      Tanda-tanda vital            : TD                 : 120/70 mmHg
                                                                    Nadi               : 84x/menit
                                                                    Suhu               : 36,80C
                                                                    RR                 : 20x/menit
VT : Vulva vagina tidak ada apa-apa, Kelenjar bartolini kanan dan kiri normal, Kelenjar skene kanan dan kiri normal, Portio berdungkul-dungkul rapuh, mudah berdarah, Cavum uteri retro fleksi, Besar uterus normal.
Masalah          : cemas, tampak pada ekspresi wajah ibu yang gelisah.

3.3. IDENTIFIKASI DIAGNOSA POTENSIAL
ü      Potensial terjadi kanker serviks stadium lanjut.
ü      Potensial terjadi anemia.
ü      Potensial terjadi hipovolemik syok.
ü      Potensial terjadi kematian.

3.4. KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA
ü      Kolaborasi dengan dokter obgyn dalam pemberian terapi dalam penyembuhannya.
ü      Melakukan rujukan dengan rumah sakit yang memiliki fasilitas lebih memadai.
ü      Melakukan perbaikan keadaan umum pasien.
ü      Melakukan pemasangan infus untuk pengembalian cairan tubuh (rehidrasi) dan transfusi darah untuk mencegah perdarahan yang lebih hebat.
ü      Melakukan tindakan paliatif kepada pasien untuk menenangkan dirinya

3.5. INTERVENSI
Tujuan           : Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 2 x 24 jam diharapkan perdarahan aktif setelah berhubungan tidak ada lagi.
  Kriteria hasil   :
Ø      KU            : baik
Ø      Kesadaran : compos mentis
Ø      TTV          :
TD : 110/70 -130/90 mmHg                    Suhu : 36,5 – 37,5 OC
RR : 16 – 24 x/menit                                Nadi : 72 – 92 x/menit
Ø      Ibu merasa tenang dengan keadaannya saat ini.
Ø      Rasa cemas ibu dapat berkurang dengan score 0 – 3 (tidak cemas).
Ø      Ibu memahami penjelasan yang disampaikan bidan.
      Intervensi                :
1.      Lakukan pendekatan terapeutik dengan pasien dan keluarganya
R/      Dengan pendekatan terapeutik terjalin hubungan yang baik antara pasien, keluarga dan petugas kesehatan.
2.      Jelaskan pada pasien tentang tindakan apa saja yang akan dilakukan.
R/  Agar pasien mengerti tindakan yang akan dilakukan tenaga kesehatan terhadap dirinya sehingga pasien lebih kooperatif.
3.      Lakukan konseling untuk persetujuan (inform consent) kepada keluarga pasien atas tindakann yang akan dilakukan pada dirinya.
R/     Untuk bukti tertulis (dokumentasi) apabila keluarga pasien melakukan tuntutan kepada tenaga kesehatan. 
4.      Dampingi dokter dalam melakukan tindakan VT, biopsi dan PA terhadap jaringan di sekitar leher rahim serta pemasangan tamponade.  
   R/      Untuk membantu dokter dalam menegakkan diagnosa dan mengidentifikasi invasi penyakit lebih lanjut serta mencegah terjadinya perdarahan yang berlanjut.                                                                          
5.      Berikan konseling terhadap pasien dalam melakukan perawatan setelah dilakukan tindakan.
R/      Dengan pemberian konseling dapat meningkatkan pengetahuan pasien.  




3.6. IMPLEMENTASI
      Tanggal      : 17 MEI 2010                                                      Jam : 10.15 wib      
1.      Melakukan pendekatan terapeutik dengan pasien dan keluarganya dengan memberikan 3 S (senyum, sapa, dan salam).
2.      Menjelaskan pada pasien tentang tindakan-tindakan yang akan dilakukan terhadap dirinya, yaitu melakukan VT (pemeriksaan dalam), biopsi (pengambilan contoh jaringan) dan pemasangan tamponade untuk mencegah terjadinya perdarahan yang lebih lanjut.
3.      Melakukan konseling untuk persetujuan menandatangani inform consent kepada keluarga atas tindakan yang akan dilakukan kepada pasien.
4.      Mendampingi dokter melakukan tindakan pemeriksaan dalam (VT), pengambilan contoh jaringan di daerah leher rahim (biopsi) dan mengirim PA ke laboratorium, serta melakukan pemasangan tamponade.
5.      Memberikan konseling kepada pasien tentang cara perawatan yang baik, sebagai berikut :
a.       Apabila pasien BAB/BAK, harus berhati-hati dalam melakukan cebok dari arah depan ke belakang agar tidak terjadi infeksi.
b.      Apabila teraba tamponade, jangan sekali-kali menariknya (melepaskan) agar perdarahan tidak terjadi.
c.       Menganjurkan pasien tidak melakukan hubungan seksual dengan suami selama masa pengobatan.
d.      Menganjurkan pasien untuk menngonsumsi makanan yang mengandung gizi seimbang dan tidak perlu mahal.

3.7. EVALUASI
      Tanggal      : 17 Mei  2010                                                      Jam : 10.30 wib      
S             :  Ibu merasa tenang, sudah mengerti keadaan dan penjelasan yang dianjurkan oleh bidan.
                  Ibu sudah tidak cemas lagi, tampak pada ekspresi wajahnya yang senyum.
Ibu mengatakan sudah memahami kembali penjelasan yang diberikan oleh bidan.
O            :  Keadaan umum : baik
                  Kesadaran          : compos mentis
                  TTV                   : TD : 120/70 mmHg                        Suhu : 36,8 °C
                                              RR : 20x/menit                               Nadi  : 84x/menit
                 Telah dilakukan tindakan pemeriksaan dalam (VT), biposi, dan pemasangan tamponade pada jam 10.20 wib.
                  Hasil dari pemeriksaan dalam (VT) dengan hasil, sebagai berikut : Vulva vagina tidak ada apa-apa, Kelenjar bartolini kanan dan kiri normal, Kelenjar skene kanan dan kiri normal, Portio berdungkul-dungkul rapuh, mudah berdarah, Cavum uteri retro fleksi, Besar uterus normal.
A            :   P50005 dengan suspect kanker serviks.
P             : -      Anjurkan pasien meminum obat yang diberikan.
                 -      Pasien harus datang kembali besok tanggal 18 MEI 2010 jam 07.30 wib  untuk melepas tamponade.
                 -      Menunggu hasil PA dari laboratorium atas tindakan biopsi.


EVALUASI
Tanggal  :  18 MEI 2010                                      Jam  : 07.30 wib.
S             :  Ibu mengatakan sudah melakukan apa yang telah disampaikan oleh bidan.
                        Ibu mengatakan keadaannya baik-baik saja, tidak ada kegiatan sehari-hari yang terganggu dan tidur pun nyenyak.
                        Ibu tidak ada keluhan saat BAB/BAK.
O            : Keadaan umum : baik
                 Kesadaran           : compos mentis
                 TTV                    : TD : 120/80 mmHg                        Suhu : 36,5 °C
                                              RR : 22x/menit                               Nadi  : 84x/menit
                 Telah dilakukan tindakan melepas tamponade pada jam 07.45 wib.
A            :   P50005 dengan suspect kanker serviks, perdarahan pada leher rahim tidak ada.
P             : -      Anjurkan pasien melanjutkan meminum obat yang telah diberikan.
                 -      Anjurkan pasien datang kembali 1 minggu lagi, yaitu tanggal 25 Juni 2010. Apabila terjadi sesuatu segera kunjungi tenaga kesehatan secepatnya.
  -      Menunggu hasil PA dari laboratorium atas tindakan biopsi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar