Aku bertanya pada kelopak bunga kamboja bagaimana caranya menghapus cinta?
Tapi belum sempat menjawab, kamboja yang awalnya menawan luruh dihempas
angin dan membentur tanah.
Aku beralih pada angin yang menghempas
kamboja. Pikirku dia lebih hebat ketimbang helai petal kamboja yang
rupawan. Aku bertanya, bagaimana caranya menghapus cinta? Dan lagi-lagi
ketika angin belum sempat menjawab, dia sudah berubah menjadi badai
yang memporak-porandakan. Menyapu apa yang dilewatinya dan menimbulkan
kesengsaraan.
Aku menantang badai. Berdiri di tepian curam tebing
yang terjal. Bukan untuk mengajaknya berkelahi atau bertukar pemikiran,
aku hanya ingin bertanya bagaimana caranya menghapus cinta? Tapi
ternyata badai tidak datang berketerusan, badai hanya sesaat menyapu
debu di jalanan. Bersama hujan yang rintiknya berubah perlahan dia ikut
menghilang. Dan biasanya sebelum menghilang dia mengundang matahari.
Sebelum
bertanya pada matahari, aku bertanya pada hati, dapatkah matahari
menjawab pertanyaan bagaimana caranya menghapus cinta? Sepertinya tidak.
Matahari akan tergelincir kala senja, memberi kesempatan kepada bulan
untuk menghiasi langit. Bahkan bulan tidak pernah egois, dia akan
mengajak ribuan bintang untuk dihadirkan pada saat yang bersamaan.
Berbagi lautan hitam yang tidak bisa dibingkai mata. Jadi sepertinya
akan sia-sia kalau aku bertanya kepada mereka bagaimana caranya
menghapus cinta.
Aku hanya ingin hari itu segera datang. Hari
dimana akan aku buktikan kalau aku berani menjawab "aku bisa melupakanmu.. Mungkin
terlambat, karena seperti aku bilang aku tidak ingin tergesa-gesa. Tidak
mudah mengenyahkan sesuatu yang sudah aku pelihara dalam rentang waktu
yang terus mengalir dalam peredaran darahku setiap harinya. Tidak mudah
mencampakkan sesuatu yang pernah aku reguk keindahan di dalamnya.
Kalaupun pernah ada rasa sedih dan kecewa, aku anggap itu seperti jamu
yang justru menguatkan. Menginduksi sel-sel limfosit untuk menjadi
pejuang melawan bibit penderitaan.
Tidak mudah memang, kamu tahu
itu. Dan kamu memanfaatkannya. Datang dan pergi sesukamu tanpa pernah
mau mengerti apa yang sebetulnya aku rasakan. Kamu tidak ingin pasti,
tapi kamu ingin dihadirkan ketika kamu merasa perlu. Kamu merombak
konsep matematika bahwa f(x) : 2x + 5 = bukan 2. Ketika aku menganggap ak kuat, kamu menjauh seperti tak terengkuh. Tapi ketika ak
sedang gundah, kamu datang lagi memporak porandakan pondasi yang aku
bangun di dasar perasaan. Semua gara-gara rasa yang aku pelihara. Cinta.
aku pernah bilang dan sesumbar kalau aku akan pernah bisa
melupakanmu. Bagaimana aku bisa lupa kalau
kamu mengikutiku bagai hantu. Menyelusup ke dalam mimpi-mimpi
terlarangku dan ikut mengalir dalam arteriku perantaraan ikatan oksigen
dan haemoglobin. Mengisi setiap sel dalam tubuhku, membuatnya keracunan
karena kamu menghindari masuk empedu.
Karenanya aku bertanya,
pada kelopak kamboja, pada angin, pada badai dan belum sempat pada
matahari serta bulan bagaimana caranya menghapus cinta? Mengikis
perlahan apa yang sudah ditasbihkan berinteraksi dengan mereka. Kelopak
kamboja terkikis angin, angin terkikis badai, dan badai terkikis hujan
yang semakin perlahan. Mereka bisa sementara aku sepertinya mengalami
kebuntuan.
Aku ingin
hari itu segera datang. Hari yang kurencanakan untuk menjawab semua
tantangan. Hari dimana tanpa ragu aku akan berkunjung ke tempatnya
tinggal. Tidak perlu berteriak, cukup berbisik. Aku akan bilang, kalau
mulai hari ini aku akan melupakanmu. Pelan-pelan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar