Senin, 26 Desember 2011

MELUPAKANMU

Aku bertanya pada kelopak  bunga kamboja bagaimana caranya menghapus cinta? Tapi belum sempat menjawab, kamboja yang awalnya menawan luruh dihempas angin dan membentur tanah.

Aku beralih pada angin yang menghempas kamboja. Pikirku dia lebih hebat ketimbang helai petal kamboja yang rupawan. Aku bertanya, bagaimana caranya menghapus cinta? Dan lagi-lagi ketika angin belum sempat menjawab, dia sudah berubah menjadi badai yang memporak-porandakan. Menyapu apa yang dilewatinya dan menimbulkan kesengsaraan.

Aku menantang badai. Berdiri di tepian curam tebing yang terjal. Bukan untuk mengajaknya berkelahi atau bertukar pemikiran, aku hanya ingin bertanya bagaimana caranya menghapus cinta? Tapi ternyata badai tidak datang berketerusan, badai hanya sesaat menyapu debu di jalanan. Bersama hujan yang rintiknya berubah perlahan dia ikut menghilang. Dan biasanya sebelum menghilang dia mengundang matahari.

Sebelum bertanya pada matahari, aku bertanya pada hati, dapatkah matahari menjawab pertanyaan bagaimana caranya menghapus cinta? Sepertinya tidak. Matahari akan tergelincir kala senja, memberi kesempatan kepada bulan untuk menghiasi langit. Bahkan bulan tidak pernah egois, dia akan mengajak ribuan bintang untuk dihadirkan pada saat yang bersamaan. Berbagi lautan hitam yang tidak bisa dibingkai mata. Jadi sepertinya akan sia-sia kalau aku bertanya kepada mereka bagaimana caranya menghapus cinta.

Aku hanya ingin hari itu segera datang. Hari dimana akan aku buktikan kalau aku berani menjawab "aku bisa melupakanmu.. Mungkin terlambat, karena seperti aku bilang aku tidak ingin tergesa-gesa. Tidak mudah mengenyahkan sesuatu yang sudah aku pelihara dalam rentang waktu yang terus mengalir dalam peredaran darahku setiap harinya. Tidak mudah mencampakkan sesuatu yang pernah aku reguk keindahan di dalamnya. Kalaupun pernah ada rasa sedih dan kecewa, aku anggap itu seperti jamu yang justru menguatkan. Menginduksi sel-sel limfosit untuk menjadi pejuang melawan bibit penderitaan.

Tidak mudah memang, kamu tahu itu. Dan kamu memanfaatkannya. Datang dan pergi sesukamu tanpa pernah mau mengerti apa yang sebetulnya aku rasakan. Kamu tidak ingin pasti, tapi kamu ingin dihadirkan ketika kamu merasa perlu. Kamu merombak konsep matematika bahwa f(x) : 2x + 5 = bukan 2. Ketika aku menganggap ak kuat, kamu menjauh seperti tak terengkuh. Tapi ketika ak sedang gundah, kamu datang lagi memporak porandakan pondasi yang aku bangun di dasar perasaan. Semua gara-gara rasa yang aku pelihara. Cinta.

aku pernah bilang dan sesumbar kalau aku akan pernah bisa melupakanmu. Bagaimana aku bisa lupa kalau kamu mengikutiku bagai hantu. Menyelusup ke dalam mimpi-mimpi terlarangku dan ikut mengalir dalam arteriku perantaraan ikatan oksigen dan haemoglobin. Mengisi setiap sel dalam tubuhku, membuatnya keracunan karena kamu menghindari masuk empedu.

Karenanya aku bertanya, pada kelopak kamboja, pada angin, pada badai dan belum sempat pada matahari serta bulan bagaimana caranya menghapus cinta? Mengikis perlahan apa yang sudah ditasbihkan berinteraksi dengan mereka. Kelopak kamboja terkikis angin, angin terkikis badai, dan badai terkikis hujan yang semakin perlahan. Mereka bisa sementara aku sepertinya mengalami kebuntuan.

Aku ingin hari itu segera datang. Hari yang kurencanakan untuk menjawab semua tantangan. Hari dimana tanpa ragu aku akan berkunjung ke tempatnya tinggal. Tidak perlu berteriak, cukup berbisik. Aku akan bilang, kalau mulai hari ini aku akan melupakanmu. Pelan-pelan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar