BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. LATAR
BELAKANG
Beberapa wanita menunda pemeriksaan sampai
timbul kebutuhan yang spesifik, seperti kehamilan, penyakit, perdarahan vagina
yang tidak normal, atau pengeluaran rabas berlebihan dari vagina. Kebutuhan
akan perawatan kesehatan bervariasi menurut budaya agama, usia dan perbedaan
kepribadian. Perubahan status dan peran wanita, status sosial ekonomi,
pendidikan dan keadaan pribadi menciptakan perbedaan prilaku kesehatan wanita.
Pekerjaan di luar rumah, cacat fisik, perubahan tempat tinggal, perpisahan atau
perceraian, orang tua tunggal dan status menjanda mempengaruhi kemampuan wanita
untuk mencari perawatan (Bobak. Lowdermilk Jensen, 2004 : 967).
Masalah kesehatan
reproduki perlu mendapat perhatian dari semua pihak karena dampaknya luas
menyangkut berbagai aspek kehidupan dan menjadi parameter kemampuan negara
dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat. Kesehatan alat
reproduksi sangat erat hubungannya dengan angka kematian ibu dan angka kematian
anak. (Ida bagus Gde Manuaba, 1999 : 7)
Bidan sebagai petugas kesehatan diharapkan dapat
memberikan pelayanan kesehatan seoptimal mungkin dengan meningkatkan pelayanan
yang bermutu dan menyeluruh.
1.2. TUJUAN PENULISAN
I.2.1. Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa mampu melaksanakan Asuhan Kebidanan
secara nyata pada klien dengan suspect kanker serviks menggunakan pendekatan
manajemen kebidanan Varney.
I.2.2.Tujuan Khusus
Tujuan khusus yang akan dicapai
adalah mampu melakukan :
1. Melakukan Pengkajian baik
secara subyektif maupun obyektif kepada ibu dengan suspect kanker serviks.
2. Mengintepretasikan data dasar dan merumuskan diagnosa
kebidanan pada ibu dengan suspect kanker serviks.
3. Menentukan diagnosa potensial pada ibu dengan suspect kanker serviks.
4. Menentukan tindakan segera pada ibu dengan suspect kanker serviks.
5. Membuat rencana asuhan kebidanan pada pada ibu dengan suspect kanker serviks.
6. Melaksanakan tindakan asuhan kebidanan pada ibu dengan suspect kanker serviks.
7. Mengevaluasi tindakan asuhan kebidanan pada ibu dengan suspect kanker serviks.
1.3. METODE PENULISAN
Metode penulisan yang digunakan
dalam proses penyusunan laporan ini adalah :
1. Metode pendekatan deskriptif yaitu metode yang sifatnya
mengungkapkan peristiwa dan gejala yang terjadi.
2. Teknik pengumpulan data dan pengidentifikasian data melalui
observasi, wawancara, pemeriksaan fisik, studi dokumen dan studi kepustkaan.
3. Sumber data primer dari klien dan data sekunder dari keluarga dan
petugas kesehatan.
1.4. LOKASI
DAN WAKTU
1.4.1. Lokasi
Asuhan Kebidanan ini disusun
saat penulis melaksanakan praktek lapangan di ruang di Ruang Bersalin RS RSI Darus Syifa Surabaya.
1.4.2. Waktu
Penyusunan asuhan kebidanan
ini dilakukan pada saat jam kerja ruang bersalin sip pagi yaitu pukul 07.00 s/d
14.00 WIB.
1.5. SISTEMATIKA
PENULISAN
Sistematika penulisan laporan ini terdiri dari :
LEMBAR JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I Pendahuluan
meliputi latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, lokasi dan waktu,
serta sistematika penulisan.
BAB II Landasan teori meliputi Konsep Dasar kanker serviks terdiri dari : Definisi, Etiologi,
Faktor Resiko, Prognosis
dan Gejala Klinis, Diagnosa dan Staging, Penatalaksanaan,
Pencegahan dan Skrining Kanker Serviks, Pemeriksaan penunjang, dan Konsep Dasar Asuhan
Kebidanan terdiri dari : Pengkajian Data, Interpretasi Data, Identifikasi
Diagnosa Potensial, Kebutuhan Tindakan Segera, Intervensi, Implementasi,
Evaluasi.
BAB III Tinjauan kasus meliputi Pengkajian Data, Interpretasi Data, Identifikasi Diagnosa
Potensial, Kebutuhan Tindakan Segera, Intervensi, Implementasi, Evaluasi.
BAB IV Penutup
meliputi kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1. KONSEP
DASAR KANKER SERVIKS
2.1.1. Definisi
Kanker serviks adalah kanker yang terjadi pada leher
rahim (mulut rahim), yaitu suatu daerah yang menghubungkan rahim (uterus)
dengan vagina. Kanker ini adalah jenis kanker yang biasanya tumbuh lambat pada
wanita dan memengaruhi mulut rahim (bagian yang menghubungkan antara rahim dan
vagina). Kanker ini sifatnya tidak diturunkan melainkan dipengaruhi oleh
aktifitas seksual yang disebabkan oleh virus HPV (human papilomma virus).
Departemen Kesehatan menyatakan bahwa kanker serviks
merupakan penyakit tumor ganas di leher rahim yang dapat menyebar (metastasis)
ke organ-organ yang lain dan dapat menyebabkan kematian. Ini sependapat dengan
Sarwono dalam bukunya “ilmu kandungan” dikatakan bahwa tumor ganas pada serviks
uteri adalah karsinoma. Sebagian besar berjenis epidermoid (91%);
adenoma karsinoma hanya merupakan bagian kecil (±9%). Disamping itu, terdapat
campuran antara epidermoid dan adenoma karsinoma dan jarang sekali ditemukan
sarkoma. (Sarwono, 1991 : 321). Singkatnya, kanker serviks merupakan karsinoma
ginekologi yang paling banyak di derita oleh wanita.
Sedangkan, menurut FKUI (1990) dan FKKP (1997) kanker
serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai
akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak
jaringan normal disekitarnya. (Criz, About Cervix Cancwe, http://christianty.wordpress.com)
Lebih lanjut, Kanker serviks ini ditandai dengan adanya
pertumbuhan sel-sel yang tidak lazim (abnormal) yang memakan waktu
bertahun-tahun sebelum menjadi sel-sel kanker. Oleh karena itu, masa ini dapat
dilakukan deteksi dini agar tidak semakin berlanjut.
Dengan demikian, kanker serviks adalah kanker yang
terjadi pada serviks uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang
merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan
liang senggama (vagina).
2.1.2. Etiologi
Perjalanan penyakit karsinoma serviks merupakan salah
satu model karsinogenesis yang melalui tahapan atau multistep, dimulai
dari karsinogenesis yang awal sampai terjadinya perubahan morfologi hingga
menjadi kanker invasif.
Adapun penyebab pasti kanker serviks belum diketahui,
namun banyak teori yang menyebutkan penyakit ini disebabkan antara lain; bahan
karsinogenik, penyakit kelamin, gizi buruk, kebersihan. (Suhatno dalam seminar
"perfect health and perfect skin experience for the modern woman").
Sedangkan, menurut pernyataan yang dikeluarkan WHO hingga saat ini penyebab
kanker serviks adalah 99% berhubungan dengan HPV (Human Papilomma Virus). Hal
ini sependapat dengan Badan Riset Kanker Internasional yang mengatakan bahwa
kanker serviks sebagian besar disebabkan oleh HPV yang telah ditemukan positif
pada lebih dari 95% kasus kanker serviks.
HPV adalah sejenis virus yang menyerang manusia dengan
ragam cukup banyak, yaitu sekitar 100-120 tipe tapi sebagian besar secara medis
tidak berbahaya. Dari jumlah tipe HPV tersebut, 20-40 diantaranya menyerang anogenital
(area kelamin termasuk kulit penis, mulut rahim, vagina, dan anus).
Pada tipe HPV dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu :
§ Tipe HPV rendah yaitu HPV 6
dan 11. Tipe ini tidak menyebabkan kanker, hanya menyebabkan kutil disekitar
daerah kemaluan.
§
Tipe HPV tinggi
yaitu HPV 16 dan 18. tipe ini dpat meyebabkan kanker serviks.
Selanjutnya, penularan virus ini disebarkan melalui
kontak dengan daerah genital, baik dengan berhubungan seksual, kontak kulit
dengan kulit di daerah kelamin atau sentuhan oral, tangan, dan dari ibu ke bayi
yang dilahirkan. Untuk itu, bagi setiap wanita yang aktif secara seksual
beresiko lebih tinggi untuk terkena kanker serviks.
Selain kanker serviks, virus HPV juga menyebabkan masalah
lain seperti; cervikal dysplasia (pertumbuhan sel serviks abnormal), genital
warts (kutil di alat kelamin), kanker vulva, dan lain-lain.
2.1.3. Faktor Resiko
Ada beberapa faktor resiko dan
predisposisi yang dapat meningkatkan terjadinya kanker serviks, antara lain :
§
Hubungan seksual pada
usia muda atau pernikahan pada usia muda.
Faktor resiko utama karena semakin muda seorang wanita
melakukan hubungan seks maka semakin besar resiko untuk terkena kanker serviks.
Berdasarkan penelitian para ahli, wanita yang melakukan hubungan seks pada usia
kurang dari 17 atau 20 tahun mempunyai resiko 3 (tiga) kali lebih besar
daripada yang menikah pada usia lebih dari 20 tahun.
§ Berganti-ganti pasangan
seksual yang tidak jelas.
Perilaku seksual yang menyimpang dengan berganti-ganti
pasangan seks akan meningkatkan penularan penyakit kelamin. Penyakit yang
ditularkan seperti infeksi Human Papilloma Virus (HPV) terbukti dapat meningkatkan timbulnya
knker serviks, penis dan vulva. Resiko terkena kanker serviks menjadi 10 kali
lipat pada wanita yang mempunyai partner seksual 6 orang atau lebih. Selain
itu, virus herpes simpleks tipe 2 (HSV-2) pun dapat menjadi faktor pendamping.
§ Merokok dan AKDR (alat
kontrasepsi dalam rahim)
Wanita perokok lebih memiliki resiko
2 kali lebih besar dari yang tidak merokok. Penelitian menunjukkan, lendir
serviks pada wanita perokok mengandung nikotin dan zat-zat lainnya yang akan
menurunkan daya tahan serviks sehingga merangsang terbentuknya ko-karsinogen
infeksi virus.
Sedangkan pemakaian AKDR akan
berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi di serviks,
kemudian menjadi infeksi yang berupa radang terus menerus dan berakibat sebagai
pencetus terbentuknya kanker serviks.
§
Defisiensi zat gizi.
Penelitian menyimpulkan bahwa defisiensi asam folat,
vitamin C, dan Vitamin A (beta karoten dan rerinol) dapat meningkatkan resiko
terjadinya displasia ringan dan sedang, serta menimbulkan kanker serviks karena
tidak dapat memperbaiki/memperkuat mukosa di serviks.
§
Infeksi herpes
genitalis atau klamidia menahun.
§
Gangguan sistem
kekebalan
§
Jumlah kehamilan dan
partus
§
Hygiene dan
sirkumsisi. Kanker serviks mudah terjadi pada wanita dengan pasangan
non-sirkumsisi karena hygiene penis tidak terawat.
§ Faktor sosial ekonomi,
berkaitan dengan status gizi, imunitas, dan kebersihan seseorang. Pada golongan
status ekonomi rendah, umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang
memengaruhi imunitas tubuh.
Trauma kronis pada serviks,
seperti persalinan, infeksi, dan iritasi menahun.
2.1.4. Prognosis dan Gejala Klinis
a. Prognosis
Prognosis kanker serviks
tergantung pada stadium penyakit. Stadium kanker merupakan faktor kunci yang
menentukan pengobatan apa yang akan dilakukan. Berikut ini gambaran prognosis
kanker serviks sebagai berikut :
§
Stadium 0
Kanker noninvasive, kanker dini ini kecil dan hanya
terbatas pada permukaan serviks.
Stadium I
Kanker hanya terbatas pada serviks
Stadium II
Kanker pada stadium ini termasuk serviks dan uterus,
namun belum menyebar ke dinding pelvis atau bagian bawah vagina
Stadium III
Kanker pada stadium ini telah menyebar dari serviks dan
uterus ke dinding pelvis atau bagian bawah vagina.
Stadium IV
Pada stadium ini kanker telah menyebar ke organ terdekat
, seperti kandung kemih atau rectum, atau telah menyebar ke daerah lain di
dalam tubuh, seperti paru-paru, hati atau tulang.
b. Gejala Klinis Kanker Serviks
Adapun gejala klinis dari
kanker serviks dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu :
Stadium Dini
Masa tanpa gejala (stadium dini)
merupakan masa dimana penderita tidak merasakan keluhan apa pun atau
tanda-tanda khas, meski sebenarnya proses kanker sedang berlangsung.
Stadium Lanjut
Gejala yang bisa timbul pada
stadium lanjut, meliputi :
§
Gejala keputihan atau keluar cairan encer dari kelamin wanita (vagina).
Getah ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan.
§
Perdarahan sesudah bersenggama (post coital bleeding) yang kemudian
berlanjut menjadi perdarahan yang abnormal.
§
Perdarahan sesudah
mati haid (menopause).
§
Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi perdarahan kronis.
§
Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah billa ada radang
panggul. Bila nyeri terjadi di daerah pinggang ke bawah kemungkinan terjadi
hidronefrosis. Selain itu, bisa juga timbul
nyeri di tempat-tempat lainnya.
§
Pada fase invasif,
dapat keluar cairan kuning-kekuningan, berbau dan dapat bercampur dengan darah.
§
Pada stadium lanjut,
badan menjadi kurus kering karena kurang gizi, edema kaki, timbul iritasi
kandung kencing dan poros usus besar bawah (rektum), terbentuknya fistel
vesikovaginal atau rektovaginal, atau timbul gejala-gejala akibat metastasis
jauh.
Gejala
tersebut muncul karena adanya penyebaran sel ganas ke berbagai organ tubuh
lainnya, baik penyebaran secara langsung melalui pembuluh darah maupun saluran
getah bening.
2.1.5. Diagnosa dan Staging
Staging untuk kanker serviks berdasarkan pemeriksaan
klinis dibutuhkan pemeriksaan yang teliti dan cermat dalam menegakkan
diagnosis. Apabila terdapat keraguan pada stadium klinis maka dianjurkan
pemeriksaan berikut ini untuk membantu penegakkan diagnosis, seperti palpasi,
inspeksi, komposkopi, kuretase endoserviks, histeroskopi, sistoskopi,
proktoskopi.
Sedangkan kecurigaan infiltrasi pada kandung kemih dan
saluran pencernaan, sebaiknya dipastikan dengan biopsi, konisasi (mengangkat
jaringan yang berisi selaput lendir serviks dan epithel gepeng serta
kelenjarnya), amputasi serviks dapat dilakukan untuk pemeriksaan klinis. Untuk
interpretasi dari ultrasonografi, CT-scan dan MRI sampai saat ini belum
digunakan secara baik karena hasilnya sangat subyektif.
Adapun pemeriksaan patologi anatomi setelah prosedur
operasi dapat menjadi data yang akurat untuk penyebaran penyakit, tetapi
penemuan ini tidak dianjurkan untuk menjadi perubahan diagnosis staging
sebelumnya. Nomenklatur TNM lebih sesuai untuk penemuan ini.
Tabel 1. Staging Karsinoma Serviks Menurut FIGO
2.1.6. Penatalaksanaan
a. Manajemen Tumor Insitu
Manajemen yang tepat untuk karsinoma insitu adalah biopsi
dengan kolposkopi oleh onkologis berpengalaman untuk mengekslusi kemungkinan
invasi sebelum terapi dilakukan. Pilihan terapi disesuaikan dengan usia pasien, kebutuhan
fertilisasi, dan kondisi medis lainnya. Hal ini bertujuan untuk mengidentifikasi
penyebaran penyakit dengan baik.
Karsinoma insitu digolongkan
sebagai "high grade skuamous intraepitelial lesion" (HGSIL). Beberapa
terapi yang dapat digunakan adalah loop electrosurgical excision procedure (LEEP),
konisasi, krioterapi dengan bimbingan kolposkopi, dan vaporisasi laser. Pada
seleksi kasus yang ketat maka LEEP dapat dilakukan selain konisasi, karena
memiliki keunggulan dapat bertindak sebagai biopsi luas untuk pemeriksaan lebih
lanjut. Dan faktor keberhasilannya
mencapai 90% sedangkan konisasi mencapai 70-92%. Teknik lain terapi karsinoma
insitu adalah krioterapi, evaporasi laser pada HGSIL.
b. Manajemen Mikroinvasif
Diagnosis untuk stadium IA1 dan IA2 dapat ditegakkan
setelah biopsi cone dengan batas sel-sel normal, trakelektomi atau histerektomi.
Bila biopsi cone positif menunjukkan CIN III (kanker invasif) maka sebaiknya
dilakukan biopsi cone ulang, dikhawatirkan stadium penyakit lebih tinggi (IB).
sedangkan kolposkopi dianjurkan untuk menghilangkan kemungkinan adanya vagina
intraeputelial neoplasia (VAIN) sebelum dilakukan terapi definitif.
Terapi pada stadium IA1 dapat dilakukan dengan
histerektomi total (baik abdominal
maupun vaginal), dan bila ada VAIN maka
vagina harus diangkat. Untuk pertimbangan fertilisasi
pada stadium ini, dapat
dilakukan biopsi cone diikuti pap smear dengan interval 4 bulan, 10 bulan,
dan
12 bulan. Sedangkan terapi stadium serviks IA2 dengan penyebaran pada kelenjar
limfe
sampai 10% adalah modified radical hysterectomy diikuti dengan
limfadenektomi. Pertimbangan
fertilisasinya dapat dilakukan biopsi cone yang
luas disertai limfadenektomi laparoskopi (radikal
trakelektomi dengan
limfadenektomi laparoskopi). Dan
observasi selanjutnya menggunakan pap
smear dengan interval 4 bulan, 10 bulan,
dan 12 b ulan.
c. Manajemen Karsinoma Invasif Stadium Awal
Stadium awal karsinoma serviks invasif adalah stadium IB
sampai IIA (<4 cm) dengan prognosis yang baik apabila diterapi dengan
operasi atau radioterapi. Ukuran tumor merupakan faktor prognostik yang penting
untuk kesembuhan atau angka harapan hidup 5 tahunnya. Jenis operasi yang
dianjurkan untuk stadium IB dan IIA (dengan massa <4 cm) adalah modified
radical hysterectomy atau radical abdominal hysterectomy disertai
limfadenektomi selektif. Selanjutnya dilakukan radiasi apabila terdapat
penyebaran pada kelenjar limfe paraaorta di sekitar pelviks.
c. Manajemen Karsinoma Invasif Stadium Lanjut
Ukuran tumor primer penting
sebagai faktor prognostik. Pengobatan yang dapat dilakukan adalah radioterapi
lengkap, dilanjutkan penyinaran intrakaviter. Akan tetapi, variasinya berupa
pemberian kemoterapi seperti sisplatin, paclitaxel, 5-fluorourasil, docetaxel,
dan gemcitabine. Sedangkan pengobatan
bersifat paliatif bila stadium mencapai IVB.
2.1.7. Pencegahan dan Skrining Kanker Serviks
Kematian penderita kanker
serviks terjadi karena pengobatan sudah terlambat dan sudah stadium lanjut.
Padahal, pada stadium dini sudah dapat disembuhkan. Sebagimana pendapat ahli
obgyn dari New York University, dr. Steven R. Goldstein mengatakan kuncinya adalah
"deteksi dini".
a. PAP SMEAR
Saat ini, senjata ampuh
untuk mencegah kanker serviks adalah bentuk skrining yang dinamakan "pap
smear". Pap smear adalah suatu pemeriksaan sitologi yang diperkenalkan
oleh Dr. GN. Papanicolaou pada tahun 1943 untuk mengetahui keganasan (kanker)
dengan mikroskop.
Berikut ini prosedur pap
smear, sebagai berikut :
Pasien dalam keadaan berbaring
terlentang, sebuah alat "spekulum" akan dimasukkan ke liang senggama.
Alat ini berfungsi membuka dan menahan dinding vagina supaya tetap terbuka
sehingga memungkinkan pandangan yang bebas dan leher rahim terlihat jelas.
Sel-sel leher rahim diambil dengan cara mengusap leher rahim dengan sebuah alat
"spatula" kemudian usapannya dioleskan pada obyek glass untuk dikirim
ke laboratorium patologi. Waktu pelaksanaan adalah seminggu/ 2 minggu setelah
berakhirnya masa menstruasi, jika menopause boleh kapan saja.
Untuk lebih jelasnya,
perhatikan gambar berikut ini :
Dalam perkembangannya, para ahli obgyn dan kolposkopi
menetapkan protokol skrining sebagai berikut :
§
Skrining awal yang
dilakukan wanita setelah berhubungan seksual (vaginal intercourse) selama
kurang lebih 3 tahun dan umurnya kurang dari 21 tahun saat pemeriksaan.
§
Skrining untuk
wanita dibawah usia 30 tahun beresiko, dianjurkan menggunakan thinprep/sitologi
serviks dengan liquid-base method setiap 1-3 tahun.
§
Pemeriksaan DNA HPV
dengan pap smear untuk wanita dengan usia si atas 30 tahun. Apabila keduanya
negatif maka pemeriksan diulang 3 tahun kemudian.
§
Skrining dihentikan apabila usia mencapai 70
tahun atau lebih dan telah dilakukan 3 kali pemeriksaan berturut-turut dengan
hasil negatif.
Selain dengan skrining dan pap smear, tak dipungkiri
masih memerlukan strategi treatment yang terkait dengan kondisi pra-kanker.
Beberapa hal yang dapat dilakukan sebagai berikut :
§
Vaksinasi HPV. Data
hasil penelitian terbaru dari konferensi IPV (International Papilloma Virus)
ke-24 di Beijing menunjukkan bahwa vaksin kanker serviks yang sudah ada di
Indonesia saat ini efektif dan bisa memberikan perlindungan pada wanita hingga
usia 45 tahun. Vaksin ini mencegah 91% infeksi menetap, kelainan ringan, lesi
pra-kanker, dan kutil pada daerah kelamin yang disebabkan oleh virus HPV
tertentu.
§
Penggunaan kondom.
Para ahli meyakini bahwa kondom benar-benar mengurangi resiko penularan virus
penyebab kutil kelamin dan banyak kasus kenker serviks. Hal ini berdasarkan
hasil pengkajian dari 82 orang yang dipublikasikan di New England Journal of
Medicine yang mengatakan 70% lebih beresiko kecil terkena kanker serviks.
§
Sirkumsisi pada
pria. Hal ini berhubungan dengan penurunan resiko infeksi HPV pada penis dan
kasus pria dengan riwayat multiple seksual partner sehingga mengurangi
wanita yang berhubungan dengan mereka.
§
Tidak berhubungan intim dengan pasangan seksual yang berganti-ganti (setia
pada pasangan).
§
Memelihara kesehatan
tubuh.
b. IVA (Inspeksi Visual dengan
Aplikasi Asam Asetat)
Deteksi
dini kanker serviks dapat juga dilakukan dengan teknik visualisasi tanpa alat
dengan hasil yang efektif, aman, praktis, dan murah yang dikenal dengan istilah
IVA (Inspeksi Visual dengan Aplikasi Asam Asetat). Teknik visualisasi IVA ini
diperkenalkan oleh Sankaranarayanan, dkk. Pelaksanaan teknik ini menggunakan
aplikasi asam asetat yang dapat dilakukan oleh dokter, bidan, atau paramedis
lainnya.
Pemeriksaan IVA dianjurkan bagi
wanita berusia 30 – 50 tahun dan sudah melakukan hubungan seksual yang mana
pemeriksaannya dapat dilakukan kapan saja, minimal 5 (lima) tahun sekali. (Maksum, 2009 : 4).
Adapun hal yang harus diperhatikan
saat melakukan pemeriksaan IVA adalah :
a) SSK (Sambungan Skuamo
Kolumnar)
Apabila SSK terlihat maka hasilnya
memuaskan. Sebaliknya, apabila SSK tampak sebagian atau tidak terlihat
seluruhnya maka IVA tidak memuaskan.
b) Zona Transformasi
Apabila tidak ada lesi maka zona
transformasi normal. Sebaliknya, apabila ada lesi maka zona transformasi
abnormal.
Berikut ini teknik pemeriksaan IVA,
sebagai berikut :
a)
Kien dalam posisi lithotomi.
b)
Dipasang spekulum cocor bebek dengan penerangan lampu 100 watt.
c)
Pemeriksa menampakkan serviks untuk mengenali 3 (tiga) hal, yaitu curiga
kanker, curiga infeksi, atau serviks normal dengan daerah transformasi yang
dapat/tidak dapat ditampakkan.
d)
Bila serviks tampak normal dengan daerah transformasi yang dapat dikenali
seluruhnya maka permukaan serviks dibasahi dengan asam asetat 5%.
e)
Tunggu 1 – 2 menit sambil mengamati perubahan yang terjadi pada serviks.
f)
Hasil negatif, apabila tidak didapatkan gambaran epithel putih pada
daerah transformasi.
g)
Hasil positif/atipik, apabila didapatkan gambaran epithel putih pada
daerah transformasi.
Untuk tindak lanjut yang
dapat dilakukan adalah :
a)
Bila IVA negatif maka pemeriksaan IBA ulang 5 (lima) tahun kemudian.
b)
Bila IVA positif dan telah mendapatkan pengobatan krioterapi maka kontrol
pasca tindakan 2 minggu dan pemeriksaan ulang IVA 3 (tiga) bulan.
Selanjutnya, untuk memudahkan pemahaman mengenai teknik
pemeriksaan IVA, perhatikan alur pemeriksaan IVA di bawah ini :
2.3. KONSEP DASAR ASUHAN KEBIDANAN
Untuk dapat memberikan asuhan kebidanan secara baik, yang perlu
dilaksanakan dengan menerapkan pendekatan proses manajemen kebidanan. Untuk itu
penulis akan menguraikan berdasarkan studi kepustakaan yang berhubungan dengan
asuhan kebidanan.
1. Definisi
Asuhan kebidanan adalah aktifitas atau intervensi yang dilaksanakan oleh
bidan kepada klien yang mempunyai kebutuhan atau permasalahn yang khususnya
dalam bidang kesejahteraan klien, anak dan KB.
Manajemen kebidanan adalah suatu metode dengan pendekatan pemecah masalah
kesehatan yang digunakan oleh bidan dalam pemberian pelayanan dan asuhan
kebidanan .
Dalam asuhan kebidanan, penulis menggunakan tujuh langkah Hellen Varney :
2.2.1. Pengkajian
Langkah awal proses askeb yaitu mengumpulkan data, mengolah data dan
menganalisa data yang diperoleh dalam bentuk data subyektif, data obyektif dan
data penunjang yang akan memberikan gambaran keadaan kesehatan klien.
A. Data Subjektif
Adalah data yang diperoleh dari hasil anamnesa dari klien, keluarga dan
anggota tim kesehatan lain yang mencakup semua keluhan klien pada masalah
kesehatan yang dialaminya. Anamnesa ini meliputi :
a.
Biodata
Nama yang jelas dan lengkap, bila
perlu nama panggilan sehari – hari.
Umur dicatat dalam tahun, sebaiknya
juga ditanyakan tanggal lahir klien, umur berguna untuk mengantisipasi pasti
diagnosa masalah kesehatan dan tindakan yang akan dilakukan.
Suku / bangsa perlu dicatat karena
hal tersebut sangat berpengaruh dalam kehidupan termasuk kesehatan. Disamping
itu memudahkan dalam melakukan pendekatan dan melakukan asuhan kebidanan.
agama perlu dicatat karena hal
tersebut sangat berpengaruh dalam kehidupan termasuk kesehatan. Disamping itu
memudahkan dalam melakukan pendekatan dan melakukan asuhan kebidanan.
pendidikan klien perlu ditanyakan
untuk mengetahui tingkat intelektualnya. Tingkat pendidikan mempengaruhi sikap
perilaku kesehatan seseorang.
Pekerjaan dicatat untuk mengetahui
sejauh mana pengaruh kesehatan klien dalam pembiayaan.
p Alamat perlu dicatat untuk
mempermudah hubungan bila keadaan mendesak. Misalnya memerlukan bantuan
keluarga, alamat juga dapat memberikan petunjuk keadaan lingkungan tempat
tinggal klien.
Dari biodata ini
diharapkan dapat memberikan gambaran tentang faktor resiko, keadaan social,
ekonomi dan pendidikan klien serta keluarga yang dapat mempengaruhi kesembuhan
klien.
b.
Keluhan Utama
Keluhan utama
ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien datang ke fasilitas pelayanan
kesehatan.
c.
Riwayat menstruasi
Data ini memang
tidak secara langsung berhubungan dengan kehamilan, namun dari data yang kita
peroleh kita akan mempunyai gambaran tentang keadaan dasar dari organ
reproduksinya. Beberapa data yang harus kita peroleh dari riwayat menstruasi
antara lain :
- menarche
adalah usia pertama kali mengalami menstruasi. Wanita indonesia pada umumnya mengalami
menarche sekitar 12 sampai 16 tahun.
- siklus
menstruasi adalah jarak menstruasi yang dialami dengan menstruasi berikutnya,
dalam hitungan hari. Biasanya sekitar 23 sampai 32 hari.
- volume. Data
ini menjelaskan seberapa banyak darah menstruasi yang dikeluarkan. Kadang kita
akan kesulitan untuk mendapatkan data yang valid. Sebagai acuan biasanya kita
gunakan kriteria banyak, sedang, dan sedikit. Jawaban yang diberikan oleh
pasien biasanya bersifat subyektif, namun kita dapat kaji lebih dalam lagi dengan
beberapa pertanyaan pendukung, misalnya sampai berapa kali mengganti pembalut
dalam sehari.
d. Status
perkawinan
ini penting untuk dikaji karena
dari data ini kita akan mendapatkan gambaran mengenai suasana rumah tangga
pasangan. Beberapa pertanyaan yang dapat diajukan antara lain sebagai berikut :
- berapa tahun usia ibu ketika
menikah pertama kali?
- Lama pernikahan?
- Ini adalah suami yang ke?
e.
Riwayat kehamilan, persalinan, nifas, dan kb yang lalu
Hal ini penting untuk mengetahui
faktor resiko pada persalinan berikutnya. Yang perlu ditanyakan : kehamilan,
penolong, apakah masalah/gangguan kesehatan yang timbul sewaktu hamil dan
melahirkan, seperti perdarahan, kelainan letak juga riwayat pre eklamsi. Selain
itu ditanyakan pula tempat melahirkan, cara melahirkan(spontan atau dengan
tindakan) begitu juga dengan kelahiran anak meliputi BB, PB, jenis kelamin, dan
keadaan sekarang (hidup atau mati).
f. Riwayat
Kehamilan Sekarang
Yang ditanyakan
usia kehamilan, kapan dan dimana ANC berapa kali, dimana, dan kapan pernah
dapat imunisasi, jika ya kapan, dimana, berapa kali, obat - obatan yang
didapatkan dan keluhan yang dirasakan. Informasi apa yang didapatkan waktu
periksa hamil.
g.
Riwayat Persalinan Sekarang
Kita tanyakan
bagimana proses persalinannya, mulai datang keluhan sampai persalinan kala I dan IV nya untuk melakukan penatalaksanaan yang tepat sesuai
dengan masalahnya.
h. Riwayat
kesehatan yang lalu
Dari data riwayat kesehatan ini dapat digunakan sebagai “penanda” akan
adanya penyulit selama masa nifas. Adanya perubahan fisik dan fisiologis pada
masa nifas yang melibatkan seluruh sistem dalam tubuh akan mempengaruhi organ
yang mengalami gangguan. Beberapa data penting tentang riwayat kesehatan pasien
yang perlu kita ketahui adalah apakah pasien pernah menderita penyakit menular
(TBC, AIDS, hepatitis), menahun (Asma, jantung, hipertensi), dan menurun (DM,
Asma, Hipertensi).
i. Riwayat
kesehatan keluarga
Dari data riwayat kesehatan ini
dapat digunakan sebagai “penanda” penyakit
menular (TBC, AIDS,
hepatitis), menahun (Asma, jantung, hipertensi), dan menurun (DM, Asma,
Hipertensi).
j. Pola kehidupan
sehari - hari
pola nutrisi
Perlu
ditanyakan tentang pola makan, konsumsi, variasi, habis berapa porsi, jumlah,
minum, baik sebelum MRS dan selama MRS.
pola eliminasi
Yang ditanya
adalah frekuensi BAB, bagaimana konsistensinya, warna, bau dan kapan. Begitu
juga bagaimana dengan BAKnya, bagaimana konsistensinya , berapa kali
sehari,warnanya, baik sebelum MRS dan selama MRS. Apakah ada keluhan selama
hamil.
Pola istirahat
Yang
ditanyakan adalah istirahat siang jam berapa, malam jam berapa, baik sebelum
MRS dan selama MRS dan Apakah ada keluhan selama hamil.
Pola aktifitas
Yang ditanya
adalah kegiatan yang dilakukan oleh klien baik sebelum MRS dan selama MRS.
Pola personal hygiene
Yang ditayakan
adalah berapa kali mandi, kapan ganti baju/pakaian dalam dan luar, gosok gigi
berapa kali, keramas, ganti pembalut, apakah pernah melakukan perawatan
payudara. Tayakan hal tersebut baik sebelum MRS dan selama MRS.
k. Riwayat psikososial
Bagaimana
keadaan psikososial ibu pada saat mengalami keguguran, apakah bersedih, takut,
trauma, biasa atau tidak ada masalah.
l. Riwayat
Sosial budaya
Yang ditanyakan
adalah kebiasan yang ada dilingkungan klien. Kebiasaan yang menunjang seperti
selamatan / selapan / tujuh bulanan. Kebiasaan yang menghambat seperti minum
jamu, pijat dan ibu dilarang untuk keluar rumah selama hamil.
m. Riwayat spiritual
Data ini diperlukan untuk mengetahui kebiasaan beragama/ketaatan pasien
terhadap agamanya.
B. Data obyektif
Adalah data yang dikumpulkan melalui pemeriksaan fisik secara inspeksi
palpasi, auscultasi. Data objektif ini meliputi :
a. Pemeriksaan
Keadaan Umum
Langkah awal
pemeriksaan fisik adalah dengan inspeksi atau periksa pandang secara berurutan
dari kepala sampai kaki, keadaan umum ditunjukan pada keadaan klien, kesadaran,
tensi, suhu, nadi, pernafasan, BB, TB, dan cara berjalan. Bila hal itu semua
dalam batas normal berarti tidak ada gangguan kesehatan pada klien.
b. Pemeriksaan
fisik
1.) Inspeksi
Kepala dan Rambut : simetris/tidak, bersih/tidak, warna ,
rontok/tidak, berketombe/tidak.
Muka : simetris/tidak, pucat/tidak , oedema/
tidak , ada chloasma gravidarum / tidak.
Mata : simetris/tidak, sklera
mata ikterus / tidak, konjungtiva merah
anemi/ tidak, ada bintik bitot/tidak.
Hidung : simetris/tidak, bersih/tidak, ada
sekret/tidak, ada polip/ tidak , ada pernafasan cuping hidung/tidak.
Mulut dan gigi
: simetris/tidak, mukosa bibir lembab /kering,stomatitis / tidak,
cyanosis/ tidak , ada caries/tidak
Telinga : simetris/tidak,
bersih/tidak, ada serumen/tidak
Leher :
ada pembesaran kelenjar limfe/ tidak, ada pembesaran kelenjar tiroid/ tidak dan
ada bendungan vena jugularis/ tidak.
Dada
:
simetris/ tidak, ada tarikan intercostae/ tidak, pernafasan teratur/ tidak
Payudara : simetris/ tidak,keadaan puting
susu, hiperpigmentasi areola mammae/tidak, ada pembesaran kelenjar montgommery
/ tidak,
Perut : ada linea alba/ tidak ,
ada linea nigra / tidak dan ada striae gravidarum/tidak , ada bekas jahitan SC
/ tidak.
Genetalia : ada varises/ tidak, oedema/
tidak.
Anus :
ada hemorroid/ tidak
Ekstremitas
Atas : oedema/tidak,
Bawah : oedema/tidak, ada gangguan pergerakan / tidak.
2.)
Palpasi
Kepala :
tidak ada massa/ benjolan .
Leher : Ada bendungan vena
jugularis/tidak dan kelenjar thyroid /
tidak.
Dada :
Ada massa pada payudara / tidak.
Abdomen :
kontraksi uterus baik/tidak , konsis-
tensi keras/tidak, besar TFU
Ekstrimitas
Atas
: odema/ tidak, ada nyeri
tekan/tidak.
Bawah :
odema/ tidak, ada nyeri tekan/tidak.
3.) Perkusi
Refleks patella +/+
4.)
Auskultasi
Dada : ada whezzing/tidak
atau ronchi.
c. Pemeriksaan penunjang
Merupakan data yang
diperoleh dari hasil laborat, yang perlu dilakukan dalam pemeriksaan laborat
adalah Hb, leukosit,eritrosit, trombosit, PCV, Gula darah acak.
2.2.2.
Identifikasi Diagnosa
Diagnosa kebidanan adalah hasil analisis dan perumusan masalah yang
diputuskan sesuai dengan teori dan masalah yang sering terjadi pada ibu dengan suspect kanker serviks.
2.2.3. Identifikasi diagnosa potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau
diagnosisi potensial lain berdasarkan rangkaian masalah yang lain juga. Langkah
ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil
terus mengamati kondisi klien.
2.2.4. Identifikasi kebutuhan tindakan segera
Dalam pelaksanaannya terkadang bidan
dihadapkan pada beberapa situasi yang memerlukan penanganan segera dimana bidan
harus segera melakukan tindakan untuk menyelamatkan pasien. Kadang juga berada
pada situasi pasien yang memerlukan tindakan segera sementara menunggu
instruksi dokter, atau bahkan mungkin juga situasi pasien memerlukan konsultasi
dengan tim kesehatan lain.
2.2.5. Intervensi
Tahap ini merupakan langkah lanjutan
dari diagnosa kebidanan, yang bertujuan untuk membantu mengatasi masalah dan
memenuhi kebutuhan klien. Perencanaan yang tersusun merupakan padoman untuk
melaksanakan tindakan perawatan kebidanan, metode kemampuan berfikir analitik
dan rasional.
2.2.6. Implementasi
Langkah pelaksanaan dalam manajemen
kebidanan, dilaksanakan oleh bidan berdasarkan rencana yang ditetapkan. Pada
langkah ini bidan dituntut melakukan tindakan kebidanan secara mandiri, tetapi
di dalam pelaksanaan penyelesaian kasus klien sewaktu – waktu bidan harus juga
melaksanakan kegiatan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya, antara lain
dokter obgin, perawat, ahli gizi, dan sebagainya.
2.2.7. Evaluasi
Merupakan tahap akhir dari
keseluruhan proses asuhan kebidanan. Evaluasi ditulis dalam bentuk catatan
perkembangan yang meliputi subyektif, assesment dan planing ( SOAP ) .
BAB 3
TINJAUAN KASUS
Asuhan Kebidanan
Pada Ny “I” P50005 dengan suspect kanker
serviks
Di RS RSI Darus Syifa Surabaya
3.1. PENGKAJIAN
Tanggal : 17 mei 2010 Oleh : Anike Putri Mardani
Jam
: 10.00 wib
3.1.1. Data
Subyektif
A. Biodata
Nama
Ibu : Ny “I” Nama
Suami
: Tn “D”
Umur
: 45 tahun Umur
: 50 tahun
Suku
/ bangsa : Jawa/Indonesia Suku / bangsa : Jawa/Indonesia
Agama
: Islam Agama
: Islam
Pendidikan
: SMP Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: - Pekerjaan
: Swasta
Alamat : Jawu Kidul no 15 Alamat : Jawu Kidul no 15
No.
Telp : 031-72225xxx
B. Keluhan utama
Ibu
mengatakan keluar darah setelah berhubungan seksual.
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu
mengatakan keluar keputihan banyak, putih bening dan kental dari kemaluannya sejak
± 3 bulan. Ibu juga mengatakan mengalami gatal-gatal pada daerah kemaluannya, baunya
tidak enak dan tidak ada nyeri. Ibu sudah melakukan pengobatan di bidan, tetapi
belum juga sembuh. Kemudian berobat ke puskesmas benowo, lalu dirujuk ke RSI
Darus Syifa Surabaya
D. Riwayat menstruasi
Menarche :
umur 14 tahun
Siklus :
28 hari teratur
Banyaknya :
hari 1-4 2 kotek/hari, hari 5-7 1 kotek / hari
Lamanya :
7 hari
Sifat
darah : Encer, warna merah segar
pada hari 1-3, warna merah kecoklatan pada hari 4 – 5, warna merah kekuningan
sampai putih pada hari 6 -7.
Dismenorea :
Tidak
Fluor albus :
Ya, sebelum menstruasi, bau normal, warna putih
E. Riwayat kehamilan,
persalinan dan nifas yang lalu
Ha-
mil
ke
|
Ka-win
ke
|
Keha
milan
|
Persalinan
|
Bayi
|
Bayi
|
Ket.
|
UK
|
Jnis p’
salinan
|
Tmt
P’salinan
|
komplikasi
|
Peno-
long
|
PB/BB
J.Kelamn
|
Keadan/umur
|
keadaan
|
laktasi
|
ibu
|
janin
|
1
|
1
|
9 bln
|
Spt b
|
RS
|
KPD
|
-
|
dokter
|
3000/49
|
15 th
|
baik
|
6 bulan
|
|
2
|
1
|
9 bln
|
Spt b
|
BPS
|
-
|
-
|
Bidan
|
3200, 50
|
13 th
|
baik
|
1 th
|
|
3
|
1
|
9 bln
|
Spt b
|
BPS
|
-
|
-
|
Bidan
|
3000/48
|
10 th
|
baik
|
1,5 th
|
|
4
|
1
|
9 bln
|
Spt b
|
BPS
|
-
|
-
|
Bidan
|
3300/50
|
9 th
|
baik
|
1 th
|
|
5
|
1
|
9 bln
|
Spt b
|
BPS
|
-
|
-
|
Bidan
|
3400/51
|
2
th
|
baik
|
6
bln
|
|
F. Status perkawinan
Berapa kali menikah : 1
kali
Usia saat menikah : 14
tahun
Lama perkawinan : 31
tahun
G. Riwayat kesehatan yang
lalu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita
penyakit menular seperti (TBC, Hepatitis, AIDS), menahun seperti (asma,
jantung, hipertensi), dan menurun (DM, asma, hipertensi).
H. Riwayat penyakit keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang
terkena penyakit menular seperti (TBC, Hepatitis, AIDS), menahun seperti (asma,
jantung, hipertensi), dan menurun (DM, asma, hipertensi).
I. Riwayat KB
Ibu mengatakan tidak pernah menggunakan alat
kontrasepsi apapun
I.
Pola Kebiasaan
sehari – hari
·
Pola nutrisi
Ibu mengatakan makan 3X sehari dengan menu
seimbang porsi sedang, dengan menu : nasi, lauk, sayur kadang buah, minum 6 – 7
gelas /hari
·
Pola Eliminasi
Ibu mengatakan buang air kecil 6-7x/hari
berwarna jernih, konsistensi encer, lancar dan tidak nyeri, buang air besar 1x/ hari konsistensi lembek,
bau khas, warna kuning, tanpa nyeri dan tidak berdarah.
·
Pola Istirahat
Ibu mengatakan tidur siang
± 2 jam/ hari
Malam ±7- 8 jam/hari
·
Pola Aktifitas
Ibu mengatakan mengerjakan melakukan
pekerjaan rumah Tangga seperti cuci baju, masak, menyetrika, mengepel dll.
·
Pola Personal
Hygiene
Ibu mengatakan mandi 2x sehari, gosok gigi
2x/hari, ganti pakaian 2x/hari, ganti celana dalam 2x sehari (jika terasa
basah) dan cuci rambut sebanyak 2x/minggu. Setiap selesai buang air besar dan
kecil, ibu melakukan cebok dari arah depan ke belakang.
·
Pola Seksualitas
Ibu mengatakan tidak pernah melakukan
hubungan seksual sejak dirinya sering mengeluarkan darah setelah berhubungan
seksual dengan suami.
3.1.2. Data
Obyektif
A. Pemeriksaan Fisik Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda
vital : TD : 120/70 mmHg
Nadi
: 84x/menit
Suhu
: 36,80C
RR
: 20x/menit
Berat
badan : 53 kg
Tinggi
badan : 156 cm
B.
Pemeriksaan Fisik khusus
a.
Kepala : simetris, kulit kepala bersih, tidak ada ketombe, distribusi
merata, warna rambut hitam, tidak rontok bila dicabut, tidak ada benjolan.
b.
Muka : bentuk simetris, tidak ada oedema, tidak pucat, tidak ada cloasma
grafidarum
c.
Mata : bentuk simetris, sclera putih, konjungtifa merah muda, tidak ada luka, tidak konjungtifitis, tidak
ada bintik bitot.
d.
Hidung : bentuk simetris, tidak ada polip, bersih, tidak ada secret.
e.
Mulut dan gigi : bersih,
bibir lembab, tidak berbau, tidak ada stomatitis, tidak ada caries, tidak ada
peradangan tonsil.
f.
Telinga : bentuk simetris, keadaan bersih, tidak ada serumen, tidak ada
kelainan, pendengaran normal.
g.
Leher : tidak ada pembengkakan vena jugularis, tidak ada pembesaran
kelenjar tyroid, dan tidak ada pembesaran kelenjar limfa, tidak ada gangguan
gerak.
h.
Dada /thorax : tidak
ada tarikan / retraksi dada, tidak ada ronchi dan wheezing.
i.
Payudara : simetris,
konsistensi lunak, tidak ada luka, bersih, tidak ada benjolan, putting susu
menonjol.
j.
Abdomen : ada luka bekas operasi,
perut tidak kembung, ibu terlihat tidak mual, tidak ada nyeri tekan Genetalian :
tidak ada varices, tidak ada oedema, tidak aada kondiloma lata dan
akuminata, tidak ada perdarahan.
k.
Genetalia : Tidak ada odem/varises, tidak
ada benjolan abnormal, kelenjar bartolini kanan dan kiri normal, kelenjar skene
kanan dan kiri normal.
l.
Anus : Bersih, tidak ada
hemmoroid
m.
Ekstremitas :
Atas : bentuk simetris, tidak
oedema, kuku tidak cyanosis, tangan kanan/kiri tidak pucat, tidak ada
sindaktili, tidak ada polidaktili.
Bawah : bentuk simetris, tidak
oedema, kuku tidak cyanosis, tangan kanan/kiri tidak pucat, tidak ada
sindaktili, tidak ada polidaktili.
D.
Pemeriksaan Penunjang
Tanggal
: 17 Mei 2010
Jam : 10.20 wib
VT : Vulva vagina tidak ada
apa-apa, Kelenjar bartolini kanan dan kiri normal, Kelenjar skene kanan dan
kiri normal, Portio berdungkul-dungkul rapuh, mudah berdarah, Cavum uteri retro
fleksi, Besar uterus normal.
3.2. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH
Diagnosa : Pada Ibu P50005 dengan suspect
kanker serviks.
DS : Ibu mengatakan keluar darah
setelah berhubungan seksual.
Ibu mengatakan suaminya bekerja sebagai sopir
yang jarang pulang.
Ibu
mengatakan melakukan hubungan seksual pertama kali pada waktu awal menikah
(umur 14 tahun).
DO : Keadaan umum :
Baik
Kesadaran :
Composmentis
Tanda-tanda vital : TD :
120/70 mmHg
Nadi :
84x/menit
Suhu :
36,80C
RR :
20x/menit
VT : Vulva vagina tidak ada apa-apa, Kelenjar
bartolini kanan dan kiri normal, Kelenjar skene kanan dan kiri normal, Portio
berdungkul-dungkul rapuh, mudah berdarah, Cavum uteri retro fleksi, Besar
uterus normal.
Masalah : cemas, tampak pada ekspresi wajah
ibu yang gelisah.
3.3. IDENTIFIKASI DIAGNOSA POTENSIAL
ü
Potensial terjadi
kanker serviks stadium lanjut.
ü
Potensial terjadi
anemia.
ü
Potensial terjadi
hipovolemik syok.
ü
Potensial terjadi
kematian.
3.4. KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA
ü
Kolaborasi dengan
dokter obgyn dalam pemberian terapi dalam penyembuhannya.
ü
Melakukan rujukan
dengan rumah sakit yang memiliki fasilitas lebih memadai.
ü
Melakukan perbaikan
keadaan umum pasien.
ü
Melakukan pemasangan
infus untuk pengembalian cairan tubuh (rehidrasi) dan transfusi darah untuk
mencegah perdarahan yang lebih hebat.
ü
Melakukan tindakan
paliatif kepada pasien untuk menenangkan dirinya
3.5. INTERVENSI
Tujuan :
Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 2 x 24 jam diharapkan perdarahan
aktif setelah berhubungan tidak ada lagi.
Kriteria hasil :
Ø
KU : baik
Ø
Kesadaran : compos
mentis
Ø
TTV :
TD : 110/70 -130/90 mmHg Suhu : 36,5 – 37,5 OC
RR : 16 – 24 x/menit Nadi : 72 – 92
x/menit
Ø
Ibu merasa tenang dengan keadaannya saat ini.
Ø
Rasa cemas ibu dapat
berkurang dengan score 0 – 3 (tidak cemas).
Ø
Ibu memahami
penjelasan yang disampaikan bidan.
Intervensi :
1.
Lakukan pendekatan
terapeutik dengan pasien dan keluarganya
R/ Dengan pendekatan terapeutik terjalin hubungan yang baik antara
pasien, keluarga dan petugas kesehatan.
2.
Jelaskan pada pasien
tentang tindakan apa saja yang akan dilakukan.
R/ Agar pasien mengerti tindakan yang akan
dilakukan tenaga kesehatan terhadap dirinya sehingga pasien lebih kooperatif.
3.
Lakukan konseling
untuk persetujuan (inform consent) kepada keluarga pasien atas tindakann yang
akan dilakukan pada dirinya.
R/ Untuk bukti tertulis (dokumentasi) apabila
keluarga pasien melakukan tuntutan kepada tenaga kesehatan.
4.
Dampingi dokter
dalam melakukan tindakan VT, biopsi dan PA terhadap jaringan di sekitar leher
rahim serta pemasangan tamponade.
R/ Untuk
membantu dokter dalam menegakkan diagnosa dan mengidentifikasi invasi penyakit
lebih lanjut serta mencegah terjadinya perdarahan yang berlanjut.
5.
Berikan konseling
terhadap pasien dalam melakukan perawatan setelah dilakukan tindakan.
R/ Dengan
pemberian konseling dapat meningkatkan pengetahuan pasien.
3.6. IMPLEMENTASI
Tanggal :
17 MEI 2010 Jam :
10.15 wib
1.
Melakukan pendekatan terapeutik dengan pasien dan keluarganya dengan
memberikan 3 S (senyum, sapa, dan salam).
2.
Menjelaskan pada pasien tentang tindakan-tindakan yang akan dilakukan
terhadap dirinya, yaitu melakukan VT (pemeriksaan dalam), biopsi (pengambilan
contoh jaringan) dan pemasangan tamponade untuk mencegah terjadinya perdarahan
yang lebih lanjut.
3.
Melakukan konseling
untuk persetujuan menandatangani inform consent kepada keluarga atas tindakan
yang akan dilakukan kepada pasien.
4.
Mendampingi dokter
melakukan tindakan pemeriksaan dalam (VT), pengambilan contoh jaringan di
daerah leher rahim (biopsi) dan mengirim PA ke laboratorium, serta melakukan
pemasangan tamponade.
5.
Memberikan konseling
kepada pasien tentang cara perawatan yang baik, sebagai berikut :
a.
Apabila pasien
BAB/BAK, harus berhati-hati dalam melakukan cebok dari arah depan ke belakang
agar tidak terjadi infeksi.
b. Apabila teraba tamponade,
jangan sekali-kali menariknya (melepaskan) agar perdarahan tidak terjadi.
c. Menganjurkan pasien tidak
melakukan hubungan seksual dengan suami selama masa pengobatan.
d. Menganjurkan pasien untuk
menngonsumsi makanan yang mengandung gizi seimbang dan tidak perlu mahal.
3.7. EVALUASI
Tanggal :
17 Mei 2010 Jam :
10.30 wib
S : Ibu
merasa tenang, sudah mengerti keadaan dan penjelasan yang dianjurkan oleh
bidan.
Ibu sudah tidak cemas lagi, tampak pada ekspresi wajahnya yang senyum.
Ibu mengatakan sudah
memahami kembali penjelasan yang diberikan oleh bidan.
O :
Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
TTV : TD : 120/70 mmHg Suhu : 36,8 °C
RR : 20x/menit Nadi
: 84x/menit
Telah dilakukan tindakan pemeriksaan dalam (VT), biposi, dan pemasangan
tamponade pada jam 10.20 wib.
Hasil dari pemeriksaan dalam
(VT) dengan hasil, sebagai berikut : Vulva vagina tidak ada apa-apa, Kelenjar
bartolini kanan dan kiri normal, Kelenjar skene kanan dan kiri normal, Portio
berdungkul-dungkul rapuh, mudah berdarah, Cavum uteri retro fleksi, Besar
uterus normal.
A :
P50005 dengan suspect kanker serviks.
P : - Anjurkan pasien meminum obat yang diberikan.
- Pasien harus datang kembali
besok tanggal 18 MEI 2010 jam 07.30 wib
untuk melepas tamponade.
- Menunggu hasil PA dari
laboratorium atas tindakan biopsi.
EVALUASI
Tanggal : 18
MEI 2010 Jam : 07.30 wib.
S :
Ibu mengatakan sudah melakukan apa yang telah disampaikan oleh bidan.
Ibu mengatakan keadaannya baik-baik saja,
tidak ada kegiatan sehari-hari yang terganggu dan tidur pun nyenyak.
Ibu tidak ada keluhan
saat BAB/BAK.
O : Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
TTV : TD : 120/80 mmHg Suhu : 36,5 °C
RR : 22x/menit Nadi
: 84x/menit
Telah dilakukan tindakan melepas tamponade pada jam 07.45 wib.
A :
P50005 dengan suspect kanker serviks, perdarahan pada leher rahim tidak
ada.
P : - Anjurkan pasien melanjutkan meminum obat yang telah diberikan.
- Anjurkan pasien datang
kembali 1 minggu lagi, yaitu tanggal 25 Juni 2010. Apabila terjadi sesuatu
segera kunjungi tenaga kesehatan secepatnya.
- Menunggu hasil PA dari laboratorium atas
tindakan biopsi.