Sabtu, 24 September 2011

LANJUTAN ALAT KONTRASEPSI


3)      Metode lendir serviks
a. pengertian
Metode mukosa serviks atau metode ovulasi merupakan metode keluarga berencana alamiah (KBA) dengan cara mengenali masa subur dari siklus menstruasi dengan mengamati lendir serviks dan perubahan rasa pada vulva menjelang hari-hari ovulasi.
Esensi Metode Mukosa Serviks
Lendir/mukosa seviks adalah lendir yang dihasilkan oleh aktivitas biosintesis sel sekretori
serviks dan mengandung tiga komponen penting yaitu:
1.      Molekul lendir.
2.      Air.
3.      Senyawa kimia dan biokimia (natrium klorida, rantai protein, enzim, dll).
Lendir/mukosa serviks ini tidak hanya dihasilkan oleh sel leher rahim tetapi juga oleh sel-
sel vagina. Dalam vagina, terdapat sel intermediet yang mampu berperan terhadap adanya
lendir pada masa subur/ovulasi.
Ovulasi adalah pelepasan sel telur/ovum yang matang dari ovarium/indung telur. Pada saat
menjelang ovulasi, lendir leher rahim akan mengalir dari vagina bila wanita sedang berdiri
atau berjalan. Ovulasi hanya terjadi pada satu hari di setiap siklus dan sel telur akan hidup
12-24 jam, kecuali dibuahi sel sperma. Oleh karena itu, lendir pada masa subur berperan
menjaga kelangsungan hidup sperma selama 3-5 hari.
Pengamatan lendir serviks dapat dilakukan dengan:
1.      Merasakan perubahan rasa pada vulva sepanjang hari.
2.      Melihat langsung lendir pada waktu tertentu.
Pada malam harinya, hasil pengamatan ini harus dicatat. Catatan ini akan menunjukkan
pola kesuburan dan pola ketidaksuburan.
Pola Subur adalah pola yang terus berubah, sedangkan Pola Dasar Tidak Subur adalah
pola yang sama sekali tidak berubah. Kedua pola ini mengikuti hormon yang mengontrol
kelangsungan hidup sperma dan konsepsi/pembuahan. Dengan demikian akan 
memberikan informasi yang bisa diandalkan untuk mendapatkan atau menunda kehamilan
b. kelebihan
1.      Mudah digunakan.
2.      Tidak memerlukan biaya.
3.      Metode mukosa serviks merupakan metode keluarga berencana alami lain yang mengamati tanda-tanda kesuburan.
c. Keterbatasan
1.      Tidak efektif bila digunakan sendiri, sebaiknya dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain (misal metode simptothermal).
2.      Tidak cocok untuk wanita yang tidak menyukai menyentuh alat kelaminnya.
3.      Wanita yang memiliki infeksi saluran reproduksi dapat mengaburkan tanda-tanda kesuburan.
4.      Wanita yang menghasilkan sedikit lendir.
d. Instruksi kepada pengguna/klien
1.      Cara mengenali masa subur dengan memantau lendir serviks yang keluar dari vagina. Pengamatan dilakukan sepanjang hari dan dicatat pada malam harinya.
2.      Periksa lendir dengan jari tangan atau tisu di luar vagina dan perhatikan perubahan perasaan kering-basah. Tidak dianjurkan untuk periksa ke dalam vagina.
3.      Pengguna metode ovulasi harus mengenali pola kesuburan dan pola dasar ketidaksuburan.
4.      Pasangan dianjurkan tidak melakukan hubungan seksual paling tidak selama satu siklus. Hal ini bertujuan untuk mengetahui jenis lendir normal atau pola kesuburan maupun pola dasar tidak subur.
5.      Selama hari-hari kering (tidak ada lendir) setelah menstruasi, senggama tergolong aman pada dua hari setelah menstruasi.
6.      Lendir basah, jernih, licin dan elastis menunjukkan masa subur (pantang bersenggama). Lendir kental, keruh, kekuningan dan lengket menunjukkan masa tidak subur.
7.      Berikan tanda (x) pada hari terakhir adanya lendir bening, licin dan elastis. Ini merupakan hari puncak dalam periode subur (fase paling subur).
8.      Pantang senggama dilanjutkan hingga tiga hari setelah puncak subur. Hal ini untuk menghindari terjadinya pembuahan.
9.      Periode tak subur dimulai pada hari kering lendir, empat hari setelah puncak hari subur sehingga senggama dapat dilakukan hingga datang haid berikutnya.

2)      Metode simpto-termal
Metode simptothermal merupakan metode keluarga berencana alamiah (KBA) yang mengidentifikasi masa subur dari siklus menstruasi wanita. Metode simptothermal mengkombinasikan metode suhu basal tubuh dan mukosa serviks. Tetapi ada teori lain yang menyatakan bahwa metode ini mengamati tiga indikator kesuburan yaitu perubahan suhu basal tubuh, perubahan mukosa/lendir serviks dan perhitungan masa subur melalui metode kalender.
Metode simptothermal akan lebih akurat memprediksikan hari aman pada wanita daripada menggunakan salah satu metode saja. Ketika menggunakan metode ini bersama-sama, maka tanda-tanda dari satu dengan yang lainnya akan saling melengkapi.
Manfaat
Metode simptothermal memiliki manfaat sebagai alat kontrasepsi maupun konsepsi.
Manfaat Kontrasepsi
Metode simptothermal digunakan sebagai alat kontrasepsi atau menghindari kehamilan dengan tidak melakukan hubungan seksual ketika berpotensi subur (pantang saat masa subur).
Manfaat Konsepsi
Metode simptothermal digunakan sebagai konsepsi atau menginginkan kehamilan dengan melakukan hubungan seksual ketika berpotensi subur.
Efektifitas
Angka kegagalan dari penggunaan metode simptothermal adalah 10-20 wanita akan hamil dari 100 pasangan setiap tahunnya.
Hal ini disebabkan kesalahan dalam belajar, saran atau tidak ada kerjasama pasangan. Namun, studi lain juga menyatakan angka kegagalan dari metode simptothermal mempunyai angka kegagalan hanya 3 persen apabila di bawah pengawasan yang ketat.
Hal yang Mempengaruhi Metode Simptothermal Menjadi Efektif
Metode simptothermal akan menjadi efektif apabila:
1. Pencatatan dilakukan secara konsisten dan akurat.
2. Tidak menggunakan kontrasepsi hormonal, karena dapat mengubah siklus menstruasi dan pola kesuburan.
3. Penggunaan metode barier dianjurkan untuk mencegah kehamilan.
Kerja sama dengan pasangan adalah perlu, karena ia harus bersedia untuk membantu untuk menghindari kehamilan baik dengan tidak melakukan hubungan seksual atau menggunakan beberapa metode penghalang selama hari-hari paling subur.
Hal yang Mempengaruhi Metode Simptothermal Tidak Efektif
Metode simptothermal dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain:
1. Wanita yang mempunyai bayi, sehingga harus bangun pada malam hari.
2. Wanita yang mempunyai penyakit.
3. Pasca perjalanan.
4. Konsumsi alkohol.
Hal-hal tersebut di atas dapat mempengaruhi pembacaan suhu basal tubuh menjadi kurang akurat.
Pola Grafik Kesuburan pada Metode Simptothermal
Pola grafik kesuburan tidak sesuai digunakan wanita pada kasus sebagai berikut:
1. Wanita yang memiliki pasangan seksual lebih dari satu.
2. Tidak ada komitmen antara pasangan suami istri untuk menggunakan metode simptothermal.
3. Wanita yang tidak dapat mengamati hari suburnya karena sifat wanita itu sendiri atau alasan lain.
4. Wanita yang ragu apakah dia mampu tidak melakukan hubungan seksual tanpa alat kontrasepsi barier minimal 10 hari setiap bulan atau menerapkan metode kontrasepsi lain di hari tidak amannya.
5.  Wanita yang mempunyai resiko kesehatan/medis tertentu yang membahayakan jika dia hamil.
6.  Wanita yang mengkonsumsi obat-obatan tertentu yang dapat mempengaruhi suhu basal tubuh, keteraturan menstruasi maupun produksi lendir serviks.
Keuntungan
Metode simptothermal mempunyai keuntungan antara lain:
1.  Tidak ada efek fisik seperti obat-obatan, alat, bahan kimia atau operasi yang dibutuhkan.
2.  Aman.
3.  Ekonomis.
4.  Meningkatkan hubungan kerjasama antar pasangan.
5. Dapat langsung dihentikan apabila pasangan menginginkan kehamilan.
6. Tidak memerlukan tindak lanjut atau alat kontrasepsi lain setelah belajar metode simptothermal dengan benar.
Keterbatasan
Metode simptothermal mempunyai keterbatasan antara lain:
1. Tidak cocok digunakan oleh wanita yang mempunyai bayi, berpenyakit, pasca perjalanan maupun konsumsi alkohol.
2. Metode simptothermal kurang efektif karena pengguna harus mengamati dan mencatat suhu basal tubuh maupun perubahan lendir serviks.
3.  Metode simptothermal memerlukan kerjasama antara pasangan suami istri.
4.  Pengguna harus mendapatkan pelatihan atau instruksi yang benar.
.
3)      Coitus interruptus
a. pengertian
Coitus interuptus atau senggama terputus adalah metode keluarga berencana tradisional/alamiah, di mana pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum mencapai ejakulasi.
b. manfaat
1.      Alamiah.
2.      Efektif bila dilakukan dengan benar.
3.      Tidak mengganggu produksi ASI.
4.      Tidak ada efek samping.
5.      Tidak membutuhkan biaya.
6.      Tidak memerlukan persiapan khusus.
7.      Dapat dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain.
8.      Dapat digunakan setiap waktu.
c. keterbatasan
1.      Sangat tergantung dari pihak pria dalam mengontrol ejakulasi dan tumpahan sperma selama senggama.
2.      Memutus kenikmatan dalam berhubungan seksual (orgasme).
3.      Sulit mengontrol tumpahan sperma selama penetrasi, sesaat dan setelah interupsi coitus.
4.      Tidak melindungi dari penyakit menular seksual.
5.      Kurang efektif untuk mencegah kehamilan.
d. cara
1.      Sebelum melakukan hubungan seksual, pasangan harus saling membangun kerjasama dan pengertian terlebih dahulu. Keduanya harus mendiskusikan dan sepakat untuk menggunakan metode senggama terputus.
2.      Sebelum melakukan hubungan seksual, suami harus mengosongkan kandung kemih dan membersihkan ujung penis untuk menghilangkan sperma dari ejakulasi sebelumnya.
3.      Apabila merasa akan ejakulasi, suami segera mengeluarkan penisnya dari vaginasperma di luar vagina. pasangannya dan mengeluarkan
4.      Pastikan tidak ada tumpahan sperma selama senggama.
5.      Pastikan suami tidak terlambat melaksanakannya.
6.      Senggama dianjurkan tidak dilakukan pada masa subur.


b. Dengan alat
a. Mekanis (barrier)
1)      Kondom pria
2)      Barier intra vaginal antara lain : diafragma, kap serviks, spons, dan kondom wanita.
b. Kimiawi
Spermisid antara lain : vaginal cresm, vaginal foam, vaginal jelly, vaginal suppositoria, vaginal tablet, dan vaginal soluble film.
2. Metode Modern/Efektif
a. Kontrasepsi Hormonal
- Peroral: Pil
- Injeksi / suntikan
- Subcutis: Implant (Alat Kontrasepsi Bawah Kulit = AKBK)
b. Intra Uterine Devices (IUD, AKDR)
c. Kontrasepsi Mantap
·        Pada wanita: Penyinaran, Operatif (Medis Operatif Wanita/MOW), Penyumbatan tuba fallopi secara mekanis
·        Pada pria: Operatif (Medis Operatif Pria/MOP), Penyumbatan vas deferens secara mekanis, Penyumbatan vas deferens secara kimiawi

Ø      Berdasarkan lama efektivitasnya, kontrasepsi dapat dibagi menjadi :
A. MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang), yang termasuk dalam kategori ini adalah jenis susuk/implant, IUD, MOP, dan MOW.
B. Non MKJP (Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang), yang termasuk dalam kategori ini adalah kondom, pil, suntik, dan metode-metode lain selain metode yang termasuk dalam MKJP.
1. Pil
Pil kombinasi atau combination oral contraceptive pill adalah pil KB yang mengandung hormon estrogen dan progesteron. dan yang hanya mengandung progesteron sintetik saja disebut Mini Pil atau Pil Progestin.
               A. Pil kombinasi
Pil Pil KB kombinasi mengandung hormon aktif dan hormon tidak aktif, termasuk:
1.      Conventional Pack.
Paket konvensional biasanya berisi 21 pil dengan hormon aktif dan 7 pil dengan hormon tidak aktif atau 24 pil aktif dan empat pil tidak aktif. Haid terjadi setiap bulan selama seminggu ketika minum pil pada hari ke 4-7 dari pil terakhir yang tidak aktif.
2.      Continuous Dosing Or Extended Cycle.
Merupakan pil kombinasi yang berisi 84 pil dengan hormon aktif dan 7 pil dengan hormon tidak aktif. Haid terjadi setiap empat kali setahun selama seminggu ketika minum pil pada hari ke 4-7 dari pil terakhir yang tidak aktif. Tersedia juga pil KB yang mengandung 28 pil dengan hormon aktif yang dapat mencegah haid.
1.1. Jenis
Jenis pil kombinasi atau combination oral contraceptive pill antara lain:
1.      Monofasik = pil kombinasi yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen dan progesteron dalam dosis yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.
2.      Bifasik = pil kombinasi yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen dan progesteron dengan dua dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.
3.      Trifasik = pil kombinasi yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen dan progesteron dengan tiga dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.
1.2. Cara Kerja
a. Menekan Ovulasi
Jika seorang wanita minum pil KB setiap hari maka tidak akan terjadi ovulasi (tidak ada sel telur). Tanpa ovulasi tidak akan terjadi kehamilan.
b. Mengubah motilitas tuba sehingga transportasi sperma terganggu
c. Mengganggu pertumbuhan endometrium, sehingga menyulitkan proses implantasi
d. Memperkental lendir serviks (mencegah penetrasi sperma)
1.3. Efektivitas
Efektifitas pil kombinasi lebih dari 99 persen, apabila digunakan dengan benar dan konsisten. Ini berarti, kurang dari 1 orang dari 100 wanita yang menggunakan pil kombinasi akan hamil setiap tahunnya. Metode ini juga merupakan metode yang paling reversibel, artinya bila pengguna ingin hamil bisa langsung berhenti minum pil dan biasanya bisa langsung hamil dalam waktu 3 bulan.
1.4. Keuntungan
a.       Resiko terhadap kesehatan kecil.
b.      Memiliki efektifitas tinggi, apabila diminum secara teratur.
c.       Tidak mengganggu hubungan seksual.
d.      Siklus haid teratur.
e.       Dapat mengurangi kejadian anemia.
f.        Dapat mengurangi ketegangan sebelum menstruasi (pre menstrual tension).
g.       Dapat digunakan dalam jangka panjang.
h.       Mudah dihentikan setiap waktu.
i.         Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat.
j.        Dapat digunakan pada usia remaja sampai menopause.
k.      Membantu mengurangi kejadian kehamilan ektopik, kanker ovarium, kanker endometrium, kista ovarium, penyakit radang panggul, kelainan jinak pada payudara, dismenorea dan jerawat.
1.4. Keterbatasan
1.      Tidak mencegah penyakit menular seksual termasuk Hepatitis B maupun HIV/AIDS.
2.      Pengguna harus minum pil setiap hari.
3.      Tidak boleh digunakan pada wanita menyusui.
4.      Mahal.
5.      Repot.
1.5. Efek Samping
1.      Peningkatan risiko trombosis vena, emboli paru, serangan jantung, stroke dan kanker leher rahim.
2.      Peningkatan tekanan darah dan retensi cairan.
3.      Pada kasus-kasus tertentu dapat menimbulkan depresi, perubahan suasana hati dan penurunan libido.
4.      Mual (terjadi pada 3 bulan pertama).
5.      Kembung.
6.      Perdarahan bercak atau spotting (terjadi pada 3 bulan pertama).
7.      Pusing.
8.      Amenorea.
9.      Nyeri payudara.
10.  Kenaikan berat badan..
1.6. Kriteria Yang Dapat Menggunakan Pil Kombinasi
1.      Wanita dalam usia reproduksi.
2.      Wanita yang telah atau belum memiki anak.
3.      Wanita yang gemuk atau kurus.
4.      Wanita setelah melahirkan dan tidak menyusui.
5.      Wanita yang menginginkan metode kontrasepsi dengan efektifitas tinggi.
6.      Wanita pasca keguguran/abortus.
7.      Wanita dengan perdarahan haid berlebihan sehingga menyebabkan anemia.
8.      Wanita dengan siklus haid tidak teratur.
9.      Wanita dengan nyeri haid hebat, riwayat kehamilan ektopik, kelainan payudara jinak.
10.  Wanita dengan diabetus melitus tanpa komplikasi pada ginjal, pembuluh darah, mata dan saraf.
11.  Wanita dengan penyakit tiroid, penyakit radang panggul, endometriosis atau tumor jinak ovarium.
12.  Wanita yang menderita tuberkulosis pasif.
13.  Wanita dengan varises vena.
1.7. Kriteria Yang Tidak Dapat Menggunakan Pil Kombinasi
Kontra Indikasi Absolut
Yang termasuk dalam kontra indikasi absolut antara lain: tromboplebitis atau tromboemboli, riwayat tromboplebitis atau tromboemboli, kelainan serebrovaskuler atau penyakit jantung koroner, diketahui atau diduga karsinoma mammae, diketahui atau diduga karsinoma endometrium, diketahui atau diduga neoplasma yang tergantung estrogen, perdarahan abnormal genetalia yang tidak diketahui penyebabnya, adenoma hepar, karsinoma atau tumor-tumor jinak hepar, diketahui atau diduga hamil, gangguan fungsi hati, tumor hati yang ada sebelum pemakaian pil kontrasepsi atau produk lain yang mengandung estrogen.
Kontra Indikasi Relatif
Yang termasuk dalam kontra indikasi relatif antara lain: sakit kepala (migrain), disfungsi jantung atau ginjal, diabetes gestasional atau pre diabetes, hipertensi, depresi, varises, umur lebih 35 tahun, perokok berat, fase akut mononukleosis, penyakit sickle cell, asma, kolestasis selama kehamilan, hepatitis atau mononukleosis tahun lalu, riwayat keluarga (orang tua, saudara) yang terkena penyakit reumatik yang fatal atau tidak fatal atau menderita DM sebelum usia 50 tahun, kolitis ulseratif.
 
1.8. Cara minum pil
Pil kombinasi terbagi dalam berbagai merk, dan biasanya di dalammya terdapat brosur tentang cara pemakaiannya. Sebelum menggunakan pil kombinasi, baca dengan seksama dan pahami bagaimana minum pil dalam keadaan khusus.
Catatan:
Tunjukkan cara mengeluarkan pil dari kemasannya dan pesankan untuk mengikuti anak panah (sesuai hari) yang menunjuk deretan pil berikutnya.
Petunjuk Umum
Berikut ini adalah panduan penggunaan pil kombinasi secara umum:
1.      Pil kombinasi sebaiknya diminum setiap hari pada saat yang sama.
2.      Pil yang pertama dimulai pada hari pertama sampai hari ke tujuh siklus haid.
3.      Penggunaan pil kombinasi dianjurkan diminum pada hari pertama haid.
4.      Pada kemasan 28 pil, dianjurkan mulai minum pil plasebo sesuai dengan hari yang ada pada kemasan.
5.      Bila kemasan 28 pil habis, sebaiknya mulai minum pil dari kemasan yang baru.
6.      Bila kemasan 21 pil habis, tunggu 1 minggu kemudian mulai minum pil dari kemasan yang baru.
7.      Minum pil yang lain, apabila terjadi muntah dalam waktu 2 jam setelah meminumnya.
8.      Penggunaan pil kombinasi dapat diteruskan, apabila tidak memperburuk keadaan saat terjadi muntah hebat atau diare lebih dari 24 jam.
9.      Penggunaan pil apabila terjadi muntah dan diare berlangsung sampai 2 hari atau lebih sama dengan aturan minum pil lupa.
10.  Tes kehamilan dilakukan apabila tidak haid.
Aturan Pil Lupa
Apabila lupa minum 1 pil (hari 1-21), maka setelah ingat segera minum 2 pil pada hari yang sama (tidak perlu menggunakan metode kontrasepsi lain).
Apabila lupa minum 2 pil (hari 1-21), sebaiknya minum 2 pil setiap hari sampai jadual yang ditetapkan (sebaiknya menggunakan metode kontrasepsi lain atau tidak melakukan hubungan seksual sampai pil habis).
Petunjuk Untuk Pasien Post Partum yang Tidak Menyusui
Pil kombinasi diminum setelah 3 minggu post partum. Jika sudah 6 minggu post partum dan sudah melakukan hubungan seksual, sebaiknya menunggu haid dan gunakan metode barier.
Petunjuk Untuk Pasien Post Partum yang Menyusui
Petunjuk untuk pasien post partum yang menyusui sama dengan petunjuk umum dan aturan pil lupa. Sebelum menggunakan pil kombinasi, berikan konseling dan KIE pada pasien tentang berbagai metode kontrasepsi.




B. Mini Pil
Mini pil adalah pil KB yang hanya mengandung hormon progesteron dalam dosis rendah. Pil mini atau pil progestin disebut juga pil menyusui. Dosis progestin yang digunakan 0,03-0,05 mg per tablet.
1.1. Jenis Mini Pil
Mini pil terbagi dalam dua jenis yaitu:
1.            Mini pil dalam kemasan dengan isi 28 pil mengandung 75 mikro gram desogestrel.
2.            Mini pil dalam kemasan dengan isi 35 pil mengandung 300 mikro gram levonogestrel atau 350 mikro gram noretindron..
 
Contoh mini pil antara lain:
1.      Micrinor, NOR-QD, noriday, norod mengandung 0,35 mg noretindron.
2.      Microval, noregeston, microlut mengandunng 0,03 mg levonogestrol.
3.      Ourette, noegest mengandung 0,5 mg norgeestrel.
4.      Exluton mengandung 0,5 mg linestrenol.
5.      Femulen mengandung 0,5 mg etinodial diassetat.  
1.2. Cara Kerja
1.      Menghambat ovulasi.
2.      Mencegah implantasi.
3.      Mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat penetrasi sperma.
4.      Mengubah motilitas tuba sehingga transportasi sperma menjadi terganggu.
1.3. Efektifitas
Pil progestin atau mini pil sangat efektif (98,5 persen). Penggunaan yang benar dan konsisten sangat mempengaruhi tingkat efektifitasnya. Efektifitas penggunaan mini pil akan berkurang pada saat mengkonsumsi obat anti konvulsan (fenitoin), carbenzemide, barbiturat, dan obat anti tuberkulosis (rifampisin).
Adapun cara untuk menjaga kehandalan mini pil antara lain:
1.      Minum pil setiap hari pada saat yang sama.
2.      Penggunaan mini pil jangan sampai ada yang lupa.
3.      Senggama dilakukan 3-20 jam setelah minum mini pil.
1.4. Manfaat
Kontrasepsi pil progestin atau mini pil mempunyai manfaat kontrasepsi dan non kontrasepsi.
Mini pil mempunyai manfaat kontrasepsi sebagai berikut:
1.      Sangat efektif apabila digunakan dengan benar dan konsisten.
2.      Tidak mempengaruhi ASI.
3.      Nyaman dan mudah digunakan.
4.      Hubungan seksual tidak terganggu.
5.      Kesuburan cepat kembali.
6.      Efek samping sedikit.
7.      Dapat dihentikan setiap saat.
8.      Tidak mengandung estrogen.
Manfaat Non Kontrasepsi.
Mini pil mempunyai manfaat non kontrasepsi sebagai berikut:
1.      Mengurangi jumlah darah haid.
2.      Mengurangi kejadian anemia.
3.      Menurunkan pembekuan darah.
4.      Mengurangi nyeri haid.
5.      Mencegah kanker endometrium.
6.      Melindungi dari penyakit radang panggul.
7.      Penderita endometriosis, kencing manis yang belum mengalami komplikasi dapat menggunakan.
8.      Tidak menyebabkan peningkatan tekanan darah, nyeri kepala dan depresi.
Mengurangi gejala pre menstrual sindrom.


1.5. Kerugian
1.      Memerlukan biaya.
2.      Harus selalu tersedia.
3.      Efektifitas berkurang apabila menyusui juga berkurang.
4.      Penggunaan mini pil bersamaan dengan obat tuberkulosis atau epilepsi akan mengakibatkan efektifitas menjadi rendah.
5.      Mini pil harus diminum setiap hari dan pada waktu yang sama.
6.      Angka kegagalan tinggi apabila penggunaan tidak benar dan konsisten.
7.      Tidak melindungi dari penyakit menular seksual termasuk HBV dan HIV/AIDS.
8.      Mini pil tidak menjamin akan melindungi dari kista ovarium bagi wanita yang pernah mengalami kehamilan ektopik.
1.6. Efek Samping
1.      Gangguan haid (perdarahan bercak, spotting, amenorea dan haid tidak teratur).
2.      Peningkatan/penurunan berat badan.
3.      Payudara tegang.
4.      Mual.
5.      Pusing.
6.      Perubahan mood.
7.      Dermatitis atau jerawat.
8.      Hirsutisme (pertumbuhan rambut atau bulu yang berlebihan pada daerah muka), tetapi sangat jarang.
1.7. Indikasi
1.      Wanita usia reproduksi.
2.      Wanita yang telah memiliki anak maupun yang belum mempunyai anak.
3.      Pasca persalinan dan tidak menyusui.
4.      Menginginkan metode kontrasepsi efektif selama masa menyusui.
5.      Pasca keguguran.
6.      Tekanan darah kurang dari 180/110 mmHg atau dengan masalah pembekuan darah.
7.      Tidak boleh mengkonsumsi estrogen atau lebih senang menggunakan progestin.
8.      Perokok segala usia.
1.8. Kontra Indikasi
1.      Wanita usia tua dengan perdarahan yang tidak diketahui penyebabnya.
2.      Wanita yang diduga hamil atau hamil.
3.      Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid.
4.      Riwayat kehamilan ektopik.
5.      Riwayat kanker payudara atau penderita kanker payudara.
6.      Wanita pelupa sehingga sering tidak minum pil.
7.      Gangguan tromboemboli aktif (bekuan di tungkai, paru atau mata).
8.      Ikterus, penyakit hati aktif atau tumor hati jinak maupun ganas.
9.      Wanita dengan miom uterus.
10.  Riwayat stroke.
1.9. Waktu Mulai Menggunakan Mini Pil
Mini pil mulai dapat digunakan pada hari pertama sampai hari ke lima pada siklus haid (tidak memerlukan metode kontrasepsi lain) apabila:
1.      Lebih dari 6 minggu pasca persalinan dan pasien telah mendapat haid.
2.      Pasien sebelumnya menggunakan kontrasepsi non hormonal dan ingin ganti dengan mini pil.
3.      Pasien sebelumnya menggunakan AKDR (termasuk AKDR yang mengandung hormon).
Mini pil mulai dapat digunakan setiap saat apabila:
1.      Diduga tidak terjadi kehamilan.
2.      Pasien mengalami amenorea (tidak haid) dan dipastikan tidak hamil (sebaiknya jangan melakukan hubungan seksual selama 2 hari atau gunakan kontrasepsi lain untuk 2 hari).
3.      Menyusui antara 6 minggu dan 6 bulan pasca persalinan dan tidak haid (bila menyusui penuh, tidak memerlukan kontrasepsi tambahan).
Selain itu, mini pil dapat digunakan saat:
1.      Bila sebelumnya pasien menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin ganti dengan mini pil. Pil dapat segera diberikan dan tidak perlu menunggu haid berikutnya, apabila penggunaan kontrasepsi sebelumnya digunakan dengan benar dan tidak hamil.
2.      Bila sebelumnya pasien menggunakan kontrasepsi suntikan dan ingin ganti mini pil. Pil dapat diberikan pada jadual suntikan berikutnya dan tidak memerlukan metode kontrasepsi tambahan lain.
Cara Minum Pil Progestin atau Mini Pil
·  Mini pil diminum setiap hari pada saat yang sama sampai habis.
·  Pil pertama sebaiknya diminum pada saat hari pertama siklus haid.
·  Metode barier digunakan pada hari ke tujuh atau 4-6 minggu post partum walaupun haid belum kembali.
·  Pada pasien 9 bulan post partum sebaiknya beralih menggunakan pil kombinasi karena efektifitas mini pil mulai menurun.
·  Bila pasien muntah dalam waktu 2 jam setelah menggunakan pil, minum pil yang lain atau gunakan metode kontrasepsi lain jika akan melakukan hubungan seksual pada 48 jam berikutnya.
·  Meskipun pasien belum haid, mulai paket baru sehari setelah paket terakhir habis.
·  Bila pasien mendapat haid teratur setiap bulan dan kehilangan 1 siklus (tidak haid), atau merasa hamil, maka lakukan tes kehamilan.
·  Apabila pasien mengalami spotting atau perdarahan selama masa interval, tetap minum pil sesuai jadual (perdarahan biasa terjadi selama bulan-bulan pertama).
·  Apabila pasien mengalami kram, nyeri perut hebat atau demam maka segera periksa ke pelayanan kesehatan.
·  Sarankan pada pasien untuk menggunakan kondom ataupun spermisida selain memakai mini pil apabila kemungkinan terinfeksi penyakit menular seksual (termasuk HBV dan HIV/AIDS) atau lupa minum pil
Aturan Pil Lupa
Cara minum pil-pil yang terlupa selama 7 hari pertama antara lain:
1.      Bila lupa minum pil atau terlambat minum pil, segera minum pil saat ingat dan gunakan metode barier selama 48 jam.
2.      Bila pasien lupa minum 1 atau 2 pil, segera minum pil yang terlupa dan gunakan metode barier sampai akhir bulan.
Hal yang Perlu Disampaikan Pada Pasien
1.      Penggunaan mini pil akan merubah pola haid terutama 2 atau 3 bulan pertama. Pada umumnya perubahan pola haid ini hanya bersifat sementara dan tidak mengganggu kesehatan.
2.      Penggunaan mini pil akan menimbulkan efek samping seperti mual, pusing, ataupun nyeri payudara.
3.      Efektifitas penggunaan mini pil akan berkurang, bila pasien mengkonsumsi obat-obatan tuberkulosis ataupun epilepsi.
4.      Bila beberapa bulan mengalami haid teratur kemudian terlambat haid, kemungkinan terjadi kehamilan.
5.      Bila mengeluh perdarahan bercak disertai nyeri hebat pada perut, kemungkinan terjadi kehamilan ektopik.
6.      Masalah penglihatan kabur, nyeri kepala hebat, kemungkinan terjadi hipertensi atau masalah vaskuler.
Segere ke pelayanan kesehatan apabila menjumpai masalah-masalah di atas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar