Disinilah kita biasa mempertemukan Rindu, Tanpa kamu rindu ini tak mungkin seperti ini. Jahat dan Serakah! |
Minggu, 27 Mei 2012
KAMU, KAMU DAN KAMU
"JATUH CINTA" Bagaimana rasanya jatuh cinta? berdebar-debar, melayang-layang, berbunga-bunga... Dunia terasa lebih menakjubkan. Begitulah kira-kira yang sedang saya rasakan. Namun cinta memang selalu bikin gemas untuk dibahas, seru untuk diburu dan selalu asik mengulik hati. Atas nama cinta segala sesuatunya menjadi lebih mudah, indah dan bergairah.
Mau yang rasa monyet, yang buta atau serius, cinta selalu mempunyai kandungan rasa kangen 90%, sisanya rasa nano-nano, alias campur aduk. Tanpa pandang bulu tingkat pendidikan, status sosial, dan budaya, cinta mampu membutakan segalanya. Selain rasa lapar dan haus, rasa lain yang muncul hanya kangen, kangen dan kangen.Setelah peristiwa 2 tahun silam, tiba-tiba rasa itu datang. Belum pernah sedasyat ini, benar-benar membutakan. Perasaan klik di awal perjumpaan seperti kamera SLR, klik.. klik.. klik.. suara klik terus berbunyi tanpa menyisakan jeda. Cinta itu ternyata juga menghadirkan perasaan takut kehilangan tanpa jaminan asuransi. Akibatnya, ingin selalu dekat dan lekat seperti perangko dan amplop. Melamun, mengawang, membayangkan sering hadir tanpa permisi. Sedang apakah dia? Bahagiakah dia hari ini? Kangen jugakah dia?
Saya pikir perasaan itu sudah beku. Sudah lebih dari 2 tahun, seharusnya perasaan itu sudah terlupakan. Saat ini perasaan itu tiba-tiba menjelang. Cinta membara berangsur menjadi simpati, empati dan menghormati. Ampuuuunn.... seperti kena batunya, perasaan itu semakin membelenggu. Seperti di gang buntu, tidak ada jalan untuk menghindar.
Yah... rasa itu muncul kembali di bps tercinta bidan sri hastuti di kota surabaya tercinta. dia telah menghangatkan suhu dingin yang menusuk hati. Seperti selimut tebal, mampu menghangatkan kembali perasaan itu. Tanpa skenario, dia mampu membawa kegembiraan yang luar biasa, hati menjadi cerah ceria. Gila, sulit membohongi perasaan ini. Ketika pesawat membumbung tinggi meninggalkan bumi Parahyangan rasa itu terus membuntuti. Seperti bayangan, selalu melekat, dekat.
Langganan:
Postingan (Atom)