tanpa sadar, waktu berjalan sendiri dan sampailah ia ke bulan januari...
dan, saya masih berputar
dalam ruang yang sama. saya ingat, januari lalu, saya membuat sebuah
catatan yang menyisakan luka di banyak tempat,
di banyak hati, terutama hati saya--dan, waktu belum mampu
menyembuhkannya, mungkin. masih membekas. ikhlas, kata orang-orang,
seperti kata-kata yang diciptakan bagi para dewa. dan, undakan menuju ke
sana begitu sulit, tetapi saya selalu bilang: saya telah ikhlas, hanya
saja, kenapa lukanya selalu membuka ketika mendapati sesuatu yang
berkaitan dengannya. ah, tentulah, itu karena ikhlas masih belum
menjelma sempurna.
ya, januari lalu, di penghujungnya,
saya hampir kehilangan kepercayaan
kepada cinta. dan, ah, menuliskannya saja membuat air mata menggantung
di pelupuk saya. saya sempat bertanya, seperti itukah rasa cinta yang
sebenarnya: sakit yang begitu dalam. seakan meluruhkan tulang-tulangmu.
mungkin seperti itulah ketika kau menitipkan semangkuk penuh rasa
percaya pada ranting yang rapuh. ia tak mampu menyangganya. malah
memecahkannya berkeping-keping. tapi, salah saya juga karena lupa bahwa
ranting terlalu berat menyangganya. maafkan aku, ranting. aku sudah
berusaha memaafkanmu juga. hanya saja, mangkuk kaca seperti itu hanya
kumiliki satu. dan, kita menyaksikannya jatuh berkeping, tak lagi bisa
berbuat apa-apa. mangkuk itu tak akan mampu direkatkan kembali, pun
bagaimana kita berusaha melakukannya.
ya, ketika itu,
saya baru tahu bahwa ternyata yang disebut cinta itu
begitu menyakitkan--yang saya sebut cinta. dan, rasanya, semangat
pantang menyerah saya telah saya habiskan dalam momen itu. saya
menyadari hal itu kala mendapati diri saya yang menjadi seseorang yang
berbeda. cinta menjelmakan saya menjadi bukan-diri-saya-yang-saya-suka.
saya,
seharusnya, saya adalah orang yang mampu mengubah setiap
peristiwa--yang buruk sekalipun--menjadi tawa. saya telah mempelajari
caranya dengan baik sejak saya masih gadis kecil. begitulah saya
memandang hidup sebelum saya mengetahui bahwa cinta itu seperti
keping-keping luka. namun, ketika melihat cermin, seseorang yang rapuh
selalu menggantikan diri saya di sana. seseorang yang menyadari, dia
menyuburkan cinta di tanah yang akhirnya malah membuatnya mati. takdir
kita tak bersilangan, tetapi mengapa jalan itu dipisahkan seolah ditebas
pedang berkarat? darah memercik di setiap sudutnya. dan sakitnya
menyisa begitu lama.
hampir 2 tahun, ternyata. dan,
semoga
bahagia, itu yang saya sampaikan kepadanya. tulus.
dan,
hadapi pilihan yang telah kau ambil bagai menarik undian dalam
sebuah pasar malam itu. membuat kejutan dalam tali usang yang kau tarik
sekenanya. itu pikiran buruk saya, saya tahu. setiap orang pasti
telah memikirkan yang terbaik dalam setiap langkahnya.
oh,
ya, harap jangan lagukan kembali lagu kita itu--yang entah bagaimana
tiba-tiba bisa menjadi lagu favorit ku-.
ah,
ngelantur. harusnya, saya tidur siang malah jadi
curhat galau nggak jelas kayak gini. waktu semakin cepat berlari, dan
hanya (lagi-lagi) menyisakan jejak kenangan.
wow, saya
selalu lupa kata-kata dahsyat ini: "hidup terlalu singkat
untuk dilewati dengan penyesalan", "hidup terlalu indah untuk
disia-siakan". rasa sakit, ya, ia akan mendewasakan kita, ia akan
membuat kita semakin menghargai bahagia yang kita kecap. rasa sakit
mungkin hanyalah keadaan ketika kita terlalu banyak mencampurkan ramuan
harapan dalam mangkuk yang terlalu kecil. tak mampu ia menampungnya.
rasanya menjadi tak keruan--saya akan belajar tentang itu.
kau,
berbahagialah. jangan menengok kembali kenangan kau-aku itu. itu
bukan lagi tentang kita. itu hanyalah tentang kau-aku. kau bisa melihat
perbedaannya kan? lagi pula, aku telah membuangnya ke samudra.
rayina--yang kita, oh, aku abadikan namanya itu--telah menjelma bintang
pagi untuk menunjukkan arah kepada sang petualang. ya, rayina
melakukannya dengan ikhlas, mengorbankan mimpinya tentang memiliki sayap
itu. dan, dia seorang peri yang bisa dibilang setara dewa, karena itu
dia mampu melakukannya. aku, aku akan mencari ramuan rahasia untuk
menjelmanya.
kau, berjalanlah ke depan sana. jika ada
luka yang juga tersimpan di
hatimu, silamkanlah, seperti aku yang berusaha keras menyilamkan luka
besar dalam seluruh hatiku. jika ada cinta di hatimu, silamkanlah, atau
tambahkan untuk menggenapkan cintamu untuk dia orang yang kamu cinta.
kau,
semoga kita tidak bertemu pada suatu hari.
kisah
kita, bisa dibilang, tak terpilih masuk buku kenangan, jadi kita tak
perlu merayakannya dalam reuni apa pun. bukan karena
apa-apa, hanya karena judul buku itu adalah "cinta", bukan "luka".
hampir
2 tahun, ternyata. dan, saya sadar, saya terlalu lama menjelma
bukan-saya. terlalu banyak waktu saya biarkan berjalan sendiri, tanpa
kehadiran "diri" saya. dan, saya takut hidup akan bosan--menyadari bahwa
saya hanya terlalu banyak berjanji kepadanya.
a.n.m
oh,
ya, ini akan menjadi postingan terakhir tentangmu. tahun akan
berakhir, dan aku akan sibuk dengan janji-janjiku kepada hidup--dan Dia
yang menghidupkanku. dan, sampaikan salamku kepada
dia-yang-enggan-kusebut-namanya itu. sampaikan maafku juga--mungkin ada
hal yang menyinggungnya.
so, good bye, then. semoga
kita tak bertemu lagi.